Selasa, 03 November 2015

Sang Guru Sejati




Guru Sejati

DALAM filosofi supranatural tentang manusia, dikenal adanya guru sejati. Sosok ini merupakan pengejawantahan kekuatan gaib yang menuntun seseorang weruh sadurunge winarah, tahu seluk beluk masa depan dan segala sesuatu yang berkait erat dengan indera keenam.

Guru sejati tinggal di dalam jiwa. Ia melakukan komunikasi pada saat genting lewat perlambang. Misal, seseorang yang akan pergi besok pagi dari Medan ke Kisaran naik kereta api, namun dua jam sebelum keberangkatan malah membatalkan tanpa sebab. Hanya gara-gara merasa nggak enak hati atau kehilangan minat untuk berangkat. Ternyata kereta api yang bakal ditumpanginya mengalami kecelakaan. Untung, tidak jadi berangkat.

Meski guru sejati hampir mirip intuisi, namun pada prinsipnya lebih tinggi dibandingkan intuisi. Intuisi, lahir dari keterbiasaan seseorang terhadap sebentuk persoalan.

Misal, ia seorang pedagang, karena sudah tahu irama distribusi dan konsumsi, maka ia mampu menentukan dengan tepat kapan harus keluarkan barang atau menumpuk barang dagangan.

Guru sejati, mampu melakukan segala sesuatu secara supranatural dan tidak membutuhkan keterbiasaan seperti disebut di atas. Jika seseorang yang sudah menemukan guru sejatinya itu seorang paranormal, maka ia tidak harus jadi pedagang dulu untuk meramalkan masa depan sebuah usaha perdagangan.

Dalam konsep ini, pandangan umum yang menerangkan bahwa setiap orang selalu bercermin kepada dirinya sendiri dalam menilai sesuatu, sama sekali sudah tidak berlaku.

Seorang paranormal sejati, tidak perlu jadi pemerkosa terlebih dahulu, untuk dapat menilai seseorang itu pelaku pemerkosa atau bukan. Juga tidak perlu jadi pendusta dulu, jika harus menilai seseorang tersebut adalah penipu atau pembunuh berdarah dingin.

Disamping menyampaikan isyarat tentang keselamatan diri sendiri, guru sejati juga membimbing seseorang masuk dunia gaib roh. Ketika seseorang menemukan guru sejatinya, ia sudah tidak membutuhkan tuntunan kebatinan atau supranatural.

Karena itu dalam filosofi Jawa sudah ditegaskan, ilmu tertinggi dalam ilmu gaib adalah sekti tanpo aji digdoyo tanpo guru, sudah sakti tanpa ‘pegangan’ – maksudnya tanpa jimat, aji-aji, ilmu kebatinan – dan sudah hebat tanpa berguru. Filosofi ini, mencontohkan seseorang yang sudah menemukan ingsun sejati, sedulur sejati dan guru sejati.

Biasanya, orang yang sudah menguasai filsafat tersebut adalah mereka yang sudah memiliki kebijaksanaan mendalam. Penguasaan unsur gaib tubuh tersebut tidak bisa dikaitkan dengan karakter bawaan. Bukan berarti seseorang yang memiliki kebijaksanaan mendalam harus lemah lembut atau sok baik. Kebijaksanaan yang luas akan tercermin pada cara berpikir dan daya analisisnya.

Meski merupakan bentuk pengendalian hidup manusia, namun guru sejati tidak ada kaitannya dengan komunitas malaikat. Guru sejati merupakan penggumpan gaib dari seseorang yang melalukan olah batin. Seseorang yang sudah berhasil menemukan ingsun sejati dan sedulur sejati, secara otomatis akan memiliki daya mistis guru sejati. Ia akan dituntun menuju hakikat supranatural yang digelutinya.

Sumber : Ki Agung Pranoto, Praktisi Supranatural


GURU SEJATI

Ilmu Jawa melihat ROH manusia memiliki PEMBIMBING yang disebut sebagai GURU SEJATI

Guru Sejati berdiri sendiri menjadi pendamping dan membimbing Roh. Sukma di siram "air suci" oleh Guru Sejati sehingga Sukma menjadi Sukma Sejati

Guru Sejati memiliki fungsi sebagai sumber " Pelita' Kehidupn.

Guru Sejati layak dipercayai sebagai GURU kerana ia bersifat teguh dan memiliki hakekat 'Sifat-sifat Tuhan' (Frekuensi Kebaikan) yang abadi tetap tidak berubah.

Guru Sejati adalah 'data Pancaran (Projector) dari rasa yang merupakan rasa yang sumbernya adalah kehendak Tuhan.  Terminologi Jawa menyebutnya sebagai RASA SEJATI. Tidak diragukan apabila peranan Guru Sejati akan 'mewarnai' energi hidup atau roh menjadi energi suci.  Roh Sejati telah mendapat 'Petunjuk' Tuhan dalam konteks ini adalah hakikat Rasa Sejati,  Maka peranan Roh tersebut tidak lain sebagai 'Utusan Tuhan'

Jiwa, nafs yang diperkuat dengan Sukma Sejati perlu didampingi Guru Sejati kerana ia dapat dikalahkan oleh Nafsu yang berasal daripada Jasad manusia.  Jiwa yang ditundukkan oleh nafsu hanya akan berubah karekternya menjadi jahat.

Ilmu seseorang dikatakan sudah mencapai puncaknya apabila sudah bertemu Guru Sejati. wujudnya mirip dengan diri kita sendiri Melihat diri sendiri menjelma menjadi DUA seperti melihat cermin.
Bagi yang dapat merasa Sukma, maka akan melihat kembarannya yang mirip sukma atau badan halusnya sendiri.  Wujud kembaran itulah entitas Guru Sejati kerana Guru Sejati memiliki sifat hakekat Tuhan, maka segala nasehatnya akat tepat dan benar adanya.  Tidak akan menyesatkan.

Jika masih belum bertemu Guru Sejati,  ianya akan mengirim getaran melalui Hati Nurani.  Suara Hati Nurani anda sendiri akan memperoleh petunjuk penting bagi permasalahan yang dihadapi.  Sekiranya kurang mengasah ketajaman batin maka sulit untuk membedakan apakah yang dirasakan merupakan kehendaak hati Nurani atau kemauan hati atau hawa nafsu.  Orang yang dapat bertemu langsung dengan Guru Sejatinya sendiri, hanyalah orang-orang terpilih.

Keberhasilan mengolah Guru Sejati dicapai apabila kita sudah benar-benar 'lepas' dari tubuh.  Jiwa yang telah merdeka dari penjajahan Jasad.  Ini bukan bererti kita meninggalkan segala kegiatan dan kehidupan duniawi.  Sebaliknya, kehidupan duniawi menjadi modal atau bekal utama meraih kemuliaan baik di dunia maupun kelak setelah ajal tiba  Maka seluruh kegiatan dan kehidupan duniawi sudah tidak dicemari oleh hawa nafsu.  Hendaklah memposisikan diri bukan sebagai seteruNya tetapi sekutuNya.

Orang yang memiliki kesedaran Spiritual , hakekat kehendaknya merupakan kehendak Tuhan,  Apa yang dikatakan menjadi terwujud,  Setiap doa akan terkabul.  Ucapannya diumpama 'ludah api' yang diucapkan pasti terwujud.  Kalimatnya menjadi 'Sabda Pendita Ratu', selalu menjadi kenyataan,

Mata (batin) kita akan melihat apa-apa yang menjadi rahsia alam semesta, sekalipun tertutup oleh pandangan visual manusia maupun teknologi.

Tanda-tanda pencapaian itu antara lain, kadang seseorang diizinkan Tuhan untuk mengetahui apa yang akan terjadi di masa mendatang, melalui vision, mimpi, maupun getaran hati nurani. Semua itu dapat merupakan petunjuk Tuhan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar