Guru
Sejati
DALAM
filosofi supranatural tentang manusia, dikenal adanya guru sejati. Sosok ini
merupakan pengejawantahan kekuatan gaib yang menuntun seseorang weruh sadurunge
winarah, tahu seluk beluk masa depan dan segala sesuatu yang berkait erat
dengan indera keenam.
Guru sejati tinggal di dalam jiwa. Ia melakukan komunikasi pada saat genting lewat perlambang. Misal, seseorang yang akan pergi besok pagi dari Medan ke Kisaran naik kereta api, namun dua jam sebelum keberangkatan malah membatalkan tanpa sebab. Hanya gara-gara merasa nggak enak hati atau kehilangan minat untuk berangkat. Ternyata kereta api yang bakal ditumpanginya mengalami kecelakaan. Untung, tidak jadi berangkat.
Meski guru sejati hampir mirip intuisi, namun pada prinsipnya lebih tinggi dibandingkan intuisi. Intuisi, lahir dari keterbiasaan seseorang terhadap sebentuk persoalan.
Misal, ia seorang pedagang, karena sudah tahu irama distribusi dan konsumsi, maka ia mampu menentukan dengan tepat kapan harus keluarkan barang atau menumpuk barang dagangan.
Guru sejati, mampu melakukan segala sesuatu secara supranatural dan tidak membutuhkan keterbiasaan seperti disebut di atas. Jika seseorang yang sudah menemukan guru sejatinya itu seorang paranormal, maka ia tidak harus jadi pedagang dulu untuk meramalkan masa depan sebuah usaha perdagangan.
Dalam konsep ini, pandangan umum yang menerangkan bahwa setiap orang selalu bercermin kepada dirinya sendiri dalam menilai sesuatu, sama sekali sudah tidak berlaku.
Seorang paranormal sejati, tidak perlu jadi pemerkosa terlebih dahulu, untuk dapat menilai seseorang itu pelaku pemerkosa atau bukan. Juga tidak perlu jadi pendusta dulu, jika harus menilai seseorang tersebut adalah penipu atau pembunuh berdarah dingin.
Disamping menyampaikan isyarat tentang keselamatan diri sendiri, guru sejati juga membimbing seseorang masuk dunia gaib roh. Ketika seseorang menemukan guru sejatinya, ia sudah tidak membutuhkan tuntunan kebatinan atau supranatural.
Karena itu dalam filosofi Jawa sudah ditegaskan, ilmu tertinggi dalam ilmu gaib adalah sekti tanpo aji digdoyo tanpo guru, sudah sakti tanpa ‘pegangan’ – maksudnya tanpa jimat, aji-aji, ilmu kebatinan – dan sudah hebat tanpa berguru. Filosofi ini, mencontohkan seseorang yang sudah menemukan ingsun sejati, sedulur sejati dan guru sejati.
Biasanya, orang yang sudah menguasai filsafat tersebut adalah mereka yang sudah memiliki kebijaksanaan mendalam. Penguasaan unsur gaib tubuh tersebut tidak bisa dikaitkan dengan karakter bawaan. Bukan berarti seseorang yang memiliki kebijaksanaan mendalam harus lemah lembut atau sok baik. Kebijaksanaan yang luas akan tercermin pada cara berpikir dan daya analisisnya.
Meski merupakan bentuk pengendalian hidup manusia, namun guru sejati tidak ada kaitannya dengan komunitas malaikat. Guru sejati merupakan penggumpan gaib dari seseorang yang melalukan olah batin. Seseorang yang sudah berhasil menemukan ingsun sejati dan sedulur sejati, secara otomatis akan memiliki daya mistis guru sejati. Ia akan dituntun menuju hakikat supranatural yang digelutinya.
Sumber : Ki Agung Pranoto, Praktisi Supranatural
Guru sejati tinggal di dalam jiwa. Ia melakukan komunikasi pada saat genting lewat perlambang. Misal, seseorang yang akan pergi besok pagi dari Medan ke Kisaran naik kereta api, namun dua jam sebelum keberangkatan malah membatalkan tanpa sebab. Hanya gara-gara merasa nggak enak hati atau kehilangan minat untuk berangkat. Ternyata kereta api yang bakal ditumpanginya mengalami kecelakaan. Untung, tidak jadi berangkat.
Meski guru sejati hampir mirip intuisi, namun pada prinsipnya lebih tinggi dibandingkan intuisi. Intuisi, lahir dari keterbiasaan seseorang terhadap sebentuk persoalan.
Misal, ia seorang pedagang, karena sudah tahu irama distribusi dan konsumsi, maka ia mampu menentukan dengan tepat kapan harus keluarkan barang atau menumpuk barang dagangan.
Guru sejati, mampu melakukan segala sesuatu secara supranatural dan tidak membutuhkan keterbiasaan seperti disebut di atas. Jika seseorang yang sudah menemukan guru sejatinya itu seorang paranormal, maka ia tidak harus jadi pedagang dulu untuk meramalkan masa depan sebuah usaha perdagangan.
Dalam konsep ini, pandangan umum yang menerangkan bahwa setiap orang selalu bercermin kepada dirinya sendiri dalam menilai sesuatu, sama sekali sudah tidak berlaku.
Seorang paranormal sejati, tidak perlu jadi pemerkosa terlebih dahulu, untuk dapat menilai seseorang itu pelaku pemerkosa atau bukan. Juga tidak perlu jadi pendusta dulu, jika harus menilai seseorang tersebut adalah penipu atau pembunuh berdarah dingin.
Disamping menyampaikan isyarat tentang keselamatan diri sendiri, guru sejati juga membimbing seseorang masuk dunia gaib roh. Ketika seseorang menemukan guru sejatinya, ia sudah tidak membutuhkan tuntunan kebatinan atau supranatural.
Karena itu dalam filosofi Jawa sudah ditegaskan, ilmu tertinggi dalam ilmu gaib adalah sekti tanpo aji digdoyo tanpo guru, sudah sakti tanpa ‘pegangan’ – maksudnya tanpa jimat, aji-aji, ilmu kebatinan – dan sudah hebat tanpa berguru. Filosofi ini, mencontohkan seseorang yang sudah menemukan ingsun sejati, sedulur sejati dan guru sejati.
Biasanya, orang yang sudah menguasai filsafat tersebut adalah mereka yang sudah memiliki kebijaksanaan mendalam. Penguasaan unsur gaib tubuh tersebut tidak bisa dikaitkan dengan karakter bawaan. Bukan berarti seseorang yang memiliki kebijaksanaan mendalam harus lemah lembut atau sok baik. Kebijaksanaan yang luas akan tercermin pada cara berpikir dan daya analisisnya.
Meski merupakan bentuk pengendalian hidup manusia, namun guru sejati tidak ada kaitannya dengan komunitas malaikat. Guru sejati merupakan penggumpan gaib dari seseorang yang melalukan olah batin. Seseorang yang sudah berhasil menemukan ingsun sejati dan sedulur sejati, secara otomatis akan memiliki daya mistis guru sejati. Ia akan dituntun menuju hakikat supranatural yang digelutinya.
Sumber : Ki Agung Pranoto, Praktisi Supranatural
GURU SEJATI
Ilmu Jawa melihat ROH manusia memiliki
PEMBIMBING yang disebut sebagai GURU SEJATI
Guru
Sejati berdiri sendiri menjadi pendamping dan membimbing Roh. Sukma di siram "air
suci" oleh Guru Sejati sehingga Sukma menjadi Sukma Sejati
Guru
Sejati memiliki fungsi sebagai sumber " Pelita' Kehidupn.
Guru
Sejati layak dipercayai sebagai GURU kerana ia bersifat teguh dan memiliki
hakekat 'Sifat-sifat Tuhan' (Frekuensi Kebaikan) yang abadi tetap tidak
berubah.
Guru
Sejati adalah 'data Pancaran (Projector) dari rasa yang merupakan rasa yang
sumbernya adalah kehendak Tuhan. Terminologi Jawa menyebutnya sebagai
RASA SEJATI. Tidak diragukan apabila peranan Guru Sejati akan 'mewarnai' energi
hidup atau roh menjadi energi suci. Roh Sejati telah mendapat 'Petunjuk'
Tuhan dalam konteks ini adalah hakikat Rasa Sejati, Maka peranan Roh
tersebut tidak lain sebagai 'Utusan Tuhan'
Jiwa,
nafs yang diperkuat dengan Sukma Sejati perlu didampingi Guru Sejati kerana ia
dapat dikalahkan oleh Nafsu yang berasal daripada Jasad manusia. Jiwa
yang ditundukkan oleh nafsu hanya akan berubah karekternya menjadi jahat.
Ilmu
seseorang dikatakan sudah mencapai puncaknya apabila sudah bertemu Guru Sejati.
wujudnya mirip dengan diri kita sendiri Melihat diri sendiri menjelma menjadi
DUA seperti melihat cermin.
Bagi
yang dapat merasa Sukma, maka akan melihat kembarannya yang mirip sukma atau
badan halusnya sendiri. Wujud kembaran itulah entitas Guru Sejati kerana
Guru Sejati memiliki sifat hakekat Tuhan, maka segala nasehatnya akat tepat dan
benar adanya. Tidak akan menyesatkan.
Jika
masih belum bertemu Guru Sejati, ianya akan mengirim getaran melalui Hati
Nurani. Suara Hati Nurani anda sendiri akan memperoleh petunjuk penting
bagi permasalahan yang dihadapi. Sekiranya kurang mengasah ketajaman
batin maka sulit untuk membedakan apakah yang dirasakan merupakan kehendaak
hati Nurani atau kemauan hati atau hawa nafsu. Orang yang dapat bertemu
langsung dengan Guru Sejatinya sendiri, hanyalah orang-orang terpilih.
Keberhasilan
mengolah Guru Sejati dicapai apabila kita sudah benar-benar 'lepas' dari
tubuh. Jiwa yang telah merdeka dari penjajahan Jasad. Ini bukan
bererti kita meninggalkan segala kegiatan dan kehidupan duniawi.
Sebaliknya, kehidupan duniawi menjadi modal atau bekal utama meraih kemuliaan
baik di dunia maupun kelak setelah ajal tiba Maka seluruh kegiatan dan
kehidupan duniawi sudah tidak dicemari oleh hawa nafsu. Hendaklah
memposisikan diri bukan sebagai seteruNya tetapi sekutuNya.
Orang
yang memiliki kesedaran Spiritual , hakekat kehendaknya merupakan kehendak
Tuhan, Apa yang dikatakan menjadi terwujud, Setiap doa akan
terkabul. Ucapannya diumpama 'ludah api' yang diucapkan pasti
terwujud. Kalimatnya menjadi 'Sabda Pendita Ratu', selalu menjadi
kenyataan,
Mata (batin) kita akan melihat apa-apa yang menjadi rahsia
alam semesta, sekalipun tertutup oleh pandangan visual manusia maupun
teknologi.
Tanda-tanda pencapaian itu antara lain, kadang seseorang diizinkan Tuhan untuk mengetahui apa yang akan terjadi di masa mendatang, melalui vision, mimpi, maupun getaran hati nurani. Semua itu dapat merupakan petunjuk Tuhan
Tanda-tanda pencapaian itu antara lain, kadang seseorang diizinkan Tuhan untuk mengetahui apa yang akan terjadi di masa mendatang, melalui vision, mimpi, maupun getaran hati nurani. Semua itu dapat merupakan petunjuk Tuhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar