Rabu, 25 November 2015

Keguguran

Pertanyaan:
Assalamu’alaikum.
Ustadz, beberapa waktu yang lalu saya mengalami keguguran di usia janin 5 minggu. Pada waktu darah pertama kali keluar, saya masih melaksanakan shalat. Setelah dipastikan bahwa darah yang keluar adalah gugurnya janin, saya tidak shalat. Ketika mendapati darah berhenti, saya bersuci dan shalat. Ternyata, belakangan saya membaca fatwa Syaikh Utsaimin bahwa untuk kondisi seperti saya di atas, maka hukum darah yang keluar adalah darah istihadhah, dimana tetap diwajibkan atas saya shalat, dan lain-lain. Mengingat bahwa saya telah meninggalkan shalat selama keluarnya darah, apa yang harus saya lakukan, ustadz? Masalah ini sungguh merisaukan saya. Mohon penjelasannya. Jazakallahu khairan.
Wassalamu’alaikum.
Jawaban:
Wa alaikumus salam
Kami turut berdoa semoga musibah yang menimpa ibu mendapatkan pahala dari Allah dan segera mendapat ganti dengan yang lebih baik.
Terkait status darah keguguran yang dialami wanita, para ulama memberikan rincian sebagai berikut:
Pertama, keguguran terjadi ketika janin berada pada dua fase pertama, yaitu fase nutfah yang masih bercampur dengan mani, berlangsung selama 40 hari pertama dan fase ‘alaqah, yaitu segumpal darah yang berlangsung selama 40 hari kedua. Sehingga total dua fase ini berjalan selama 80 hari.
Apabila terjadi keguguran pada dua fase ini, ulama sepakat bahwa status darah keguguran tidak dihukumi sebagai darah nifas. Para ulama menghukumi darah ini sebagai darah istihadhah. Sehingga hukum yang berlaku untuk wanita ini sama dengan wanita suci yang sedang mengalami istihadhah, sehingga tetap wajib shalat, puasa, dst. Dan setiap kali waktu shalat, wanita ini disyariatkan untuk membersihkan darahnya dan berwudhu. Jika ada darah yang keluar di tengah shalat, tetap dilanjutkan dan status shalatnya sah, serta tidak perlu diulang.
Kedua, keguguran terjadi pada fase ketiga, yaitu fase mudhghah, dalam bentuk gumpalan daging. Pada fase ini, mulai terjadi pembentukan anggota badan, bentuk, wajah, dst. Fase ini berjalan sejak usia 81 hari sampai 120 hari masa kehamilan.
Jika terjadi keguguran pada fase ini, ulama merinci menjadi dua:
  1. Janin belum terbentuk seperti layaknya manusia. Pembentukan anggota badan masih sangat tidak jelas. Hukum keguguran dengan model janin semacam ini, statusnya sama dengan keguguran di fase pertama. Artinya, status wanita tersebut dihukumi sebagai wanita mustahadhah.
  2. Janin sudah terbentuk seperti layaknya manusia, sudah ada anggota badan yang terbentuk, dan secara dzahir seperti prototype manusia kecil. Status keguguran dengan model janin semacam ini dihukumi sebagaimana wanita nifas. Sehingga berlaku semua hukum nifas untuk wanita ini.
Oleh karena itu, jika mengalami keguguran pada usia 81 sampai 120 hari, untuk memastikan apakah statusnya nifas ataukah bukan, ini perlu dikonsultasikan ke dokter terkait, mengenai bentuk janinnya.
Ketiga, ketika keguguran terjadi di fase keempat, yaitu fase setelah ditiupkannya ruh ke janin. Ini terjadi di usia kehamilan mulai 121 hari atau masuk bulan kelima kehamilan. Jika terjadi keguguran pada fase ini, ulama sepakat wanita tersebut statusnya sebagaimana layaknya wanita nifas.
Bagaimana status janinnya, ini perlu dikupas dalam kajian tersendiri.
Disadur dari fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah (21/437)
Dijawab oleh Ammi Nur Baits
Artikel www.KonsultasiSyariah.com

Selasa, 24 November 2015

HARI GURU

Guru menjerit, guru menangis, guru dikebiri, guru dibiarkan, guru tidak dipedulikan..... hari ini ulang tahun guru repoblik Indonesia namun nasib guru masih sangat jauh dari harapan..... termasuk kesejahteraannya.  pada hal pekerjaan guru kita tahu sangat banyak bukan hanya mengajar, mendidik, melatih, membimbing, menilai mengepaluasi tapi semua masalah dihadapi oleh guru, baik siswa, orang tua, masyarakat, bahkan pemerintah pun justru tidak memperhatikan nasib seorang guru.
pada hal guru adalah orang yang telah dinyatakan sebagai memanusiakan manusia, menghitam putihkan bangsa ini..... dan semua pekerjaan yang benilai ibadah dikerjakan oleh guru tapi apa balasan dari semua itu, guru hanya bangga jika anak didiknya berhasil dengan sebaik-baiknya, tanpa mengharapkan apa-apa.   

Tapi sampai kapan guru akan seperti ini, misalkan saja gaji guru yang saya sendiri alami selalu terlambat dibayarkan, apalagi yang namanya tunjangan profesi guru baik itu sertifikasi maupun non sertifikasi yang saya tahu belum perna dibayarkan sebelum guru itu bertanya-tanya enta mau bertanya sama siapa?...... apatah lagi dengan tunjangan yang hanya RP.250.000 perbulan, belum lagi guru honor yang nasibnya tidak menentu, untungan jika dibayarkan lewat dana BOS, KOMITE sekolah, atau GTT.  ini semua tidak memberikan harapan baik bagi guru ke depan.  apakah memang sudah seperti itu keinginan pemerintah kita....... ataukah memang guru itu sangat banyak sehingga tidak mampu pemerintah untuk menaikkan gajinya seperti profesi-profesi yang lain yang dianggap layak...... misalkan saja dokter, polisi, tentara, anggota dewan, pegawai bank, pegawai keuangan, KPK dan lain sebagainya....... sungguh sangat ironi negri kita yang sangat kaya ini.
Semoga para guru masih bekerja dengan ikhlas...........
Walaupun dengan gelar Pahlawan tanpa tanda jasa............
Tapi itulah tugas mulia yang harus diemban...........
Sekali menjadi guru tetap jadi guru...........

HUKUM MEMINJAM UANG DARI BANK UNTUK MEMBUAT RUMAH


Soal:
Apakah boleh bagiku meminjam uang dari bank ribawi untuk membeli rumah? Berikanlah faidah untuk kami, jazakumullahu khaira.
Jawaban:
Seandainya engkau membutuhkan khubz (sejenis roti –pent) untuk makan, yang dengannya engkau bisa menyelamatkan dirimu dari kematian, jangan engkau mengambil sesuatu pun dari bank, terlebih-lebih lagi untuk membangun rumah atau membeli mobil.
Allah ‘azza wa jalla menghalalkan untukmu bangkai, daging babi, yang mati karena dipukul, atau karena,jatuh, dalam keadaan sangat mendesak, tapi tidak menghalalkan untukmu riba. Riba sangatlah berbahaya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan Dia memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupi (keperluannya)”.
(QS ath Thalaq:2-3)
Maka dosa riba amatlah besar, dan perkaranya sangat berbahaya. Barangsiapa yang menghalalkannya, maka ia  telah kafir.
Apabila engkau butuh rumah, bersabarlah sampai Allah membukakan rizki untukmu. Kembalilah kepada Allah, tempuhlah sebab-sebab sampai Allah menyiapkan rumah untukmu.
Namun apabila tidak tercapai, maka engkau meninggal dalam keadaan selamat dari permusuhan kepada Allah, karena pelaku riba adalah musuh Allah, wal’iyadzu billah.
Sebagaimana Allah ‘azza wa jalla berfirman, “Jika kalian tidak melaksanakannya,maka umumkanlah perang dari Allah dan rasul-Nya, tetapi jika kamu bertaubat, maka kamu berhak atas pokok hartamu”.
(QS al Baqarah:279)
Allah mengumumkan peperangan terhadap pelaku riba.
Dalam hadits, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat orang yang memakan harta riba, perwakilannya, penulisnya, dan kedua saksinya”.
Apa yang kalian inginkan setelah datangnya laknat? Apakah rumah itu akan bermanfaat untukmu sementara di depanmu  neraka jahannam?  Bertaqwalah kepada Allah wahai orang yang beriman, dan bersabarlah di atas kemiskinan dan bebagai kebutuhan.
Allah ‘azza wa jalla berfirman, “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang yang sabar”.
(QS al Baqarah:155)
Bersabarlah, Allah akan memberikan kepadamu pahala yang agung ini, sebagai pengganti dari dirimu terjatuh dalam laknat, kemarahan, kemurkaan dan adzab-Nya. Engkau memikul kesempitan ini di dunia, yang tidak bernilai sedikitpun dibanding kemurkaan Allah dan adzab-Nya.
Kita meminta kepada Allah untuk mencukupi kita dengan karunia-Nya dari kemarahan dan kemurkaan-Nya. Sesungguhnya Rabb kita Maha Mengabulkan doa.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya.
Fatawa asy Syaikh Rabi’ bin Hadi al Madkhaly 1/134-135

Kamis, 12 November 2015

Menyingkap Peran dan Kepahlawanan Umat Islam Dalam Sejarah


Di Istana Negara, Jakarta, Kamis, (5/11/2015), Presiden Jokowi menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada 5 tokoh yang dianggap berjasa terhadap bangsa dan negara. Pemberian gelar tersebut sesuai dengan Keppres No 116/TK/Tahun 2015 tanggal 4 November 2015 (news.liputan6.com, 05/11)
Satu dari lima orang yang diberi gelar pahlawan nasional tahun ini adalah Ki Bagoes Hadikoesoemo. Beliau pernah menjadi anggota BPUPKI (Badan Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) tahun 1945. Kiprah beliau sangat kental dengan spirit penegakan Islam.
“Kejahatan” Terhadap Sejarah
Mayoritas pahlawan di negeri ini adalah muslim. Namun, kepahlawanan mereka, termasuk pengungkapan sejarah mereka, lebih sering disifati dengan sifat nasional, bukan dengan spirit Islam. Ini tentu merupakan ”kejahatan” terhadap sejarah, yang berujung pada pengaburan peran Islam dalam sejarah bangsa dan negara ini.
Setidaknya ada tiga ”kejahatan” terhadap sejarah itu. Pertama: Penguburan sejarah. Penggalan sejarah tidak diungkap atau jarang dimasukkan dalam kajian dan pembelajaran sejarah. Salah satu contohnya Resolusi jihad 22 Oktober 1945. Penetapan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan adalah untuk mengenang peristiwa heroik yang terjadi di Surabaya pada tanggal 10 November 1945. Peristiwa heroik itu tak lepas dari adanya Resolusi jihad yang ditandatangani oleh Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945.
Pada 21 Oktober 1945, para konsul NU se-Jawa dan Madura berkumpul di Kantor ANO (Ansor Nahdlatul Oelama) di Jl. Bubutan VI/2 Surabaya. Setelah rapat maraton, pada 22 Oktober dideklarasikan seruan jihad fi sabilillah yang dikenal sebagai Resolusi jihad. Salah satu poin Resolusi jihad itu menyerukan bahwa perang melawan penjajah adalah fardhu ’ain bagi yang berada dalam jarak 94 km dari tempat masuk dan kedudukan musuh (yakni Surabaya). Adapun bagi yang di luar itu, perang (jihad) adalah fardhu kifayah. Dinyatakan pula bahwa siapa yang gugur dalam jihad itu maka ia menjadi syuhada.
Resolusi jihad itu mendorong puluhan ribu muslim bertempur melawan Belanda dengan gagah berani. Pasukan terdepan yang bertempur kala itu antara lain: Laskar Hizbullah pimpinan KH Zainul Arifin, Laskar Sabilillah pimpinan KH Masykur, Barisan Mujahidin pimpinan KH Wahab Chasbullah; PETA, separuh batalionnya dipimpin oleh para kiai NU, tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan lainnya. Resolusi jihad itulah—yang kemudian dikukuhkan dalam Konggres Umat Islam di Yogyakarta 7-8 November 1945—yang juga menggerakkan perlawanan para kiai, ulama, santri dan umat Islam di wilayah-wilayah lainnya.
Peristiwa heroik 10 November di Surabaya itu selalu disebut-sebut dan diperingati sebagai Hari Pahlawan. Anehnya, Resolusi jihad serta peran para kiai, ulama, santri, Laskar Hizbullah dan Sabilillah serta umat Islam yang bertempur dengan spirit jihad justru seolah sengaja dikubur atau digelapkan. Dalam buku sejarah, peristiwa penting itu tidak ditulis. Padahal bila sejarah pergerakan kemerdekaan ditulis secara jujur, mestinya akan terbaca sangat jelas peran besar para santri yang tergabung dalam Hizbullah dan para kiai yang tergabung dalam Sabilillah, dalam periode mempertahankan kemerdekaan.
Kejahatan kedua: Pengaburan peristiwa sejarah. Contoh: Siapa sebenarnya inspirator kebangkitan nasional melawan penjajah? Bila sejarah mencatat secara jujur, mestinya bukan Boedi Oetomo, melainkan Syarikat Islam (SI) yang merupakan pengembangan dari Syarikat Dagang Islam (SDI) yang antara lain dipimpin oleh HOS Cokroaminoto. Inilah yang harus disebut sebagai cikal bakal kesadaran nasional melawan penjajah. Sebagai gerakan politik, SI ketika itu benar-benar bersifat nasional, ditandai dengan keberadaannya di lebih dari 18 wilayah di Indonesia, dengan tujuan yang sangat jelas, yakni melawan penjajah Belanda. Sebaliknya, Boedi Oetomo sesungguhnya hanya perkumpulan kecil, sangat elitis, dikalangan priyayi Jawa, serta tidak memiliki spirit perlawanan terhadap Belanda.
Kejahatan ketiga: Pengaburan konteks peristiwa sejarah. Contoh: Kebangkitan Nasional ditetapkan berdasarkan pada kelahiran Boedi Oetomo, bukan Sarekat Islam. Hari Pendidikan Nasional juga bukan didasarkan pada kelahiran Muhammadiyah dengan sekolah pertama yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada 1912, tetapi pada kelahiran sekolah Taman Siswa pada tahun 1922. Mengapa demikian? Sebab, bila kelahiran Sarekat Islam dan Muhammadiyah dengan sekolah pertamanya yang dijadikan dasar, maka yang akan mengemuka tentu adalah spirit atau semangat Islam. Dalam setting kepentingan politik penguasa saat itu, hal itu sangat tidak dikehendaki.
Padahal spirit Islam sesungguhnya telah lama menjadi dasar perjuangan kemerdekaan pada masa lalu. Peperangan selama abad ke-19 melawan Belanda tak lain atas dorongan semangat jihad melawan penjajah. Saat Pangeran Diponegoro memanggil sukarelawan, kebanyakan yang tergugah adalah para ulama dan santri dari berbagai pelosok desa. Pemberontakan petani menentang penindasan yang berlangsung terus-menerus sepanjang abad ke-19 selalu di bawah bendera Islam. Perlawanan oleh Tengku Cik Di Tiro, Teuku Umar dan diteruskan oleh Cut Nyak Dien dari tahun 1873-1906 adalah jihad melawan kape-kape Belanda. Begitu juga dengan Perang Padri. Sebutan Padri menggambarkan bahwa perang ini merupakan perang keagamaan.
Jadi, jelas sekali ada usaha sistematis untuk meminggirkan bahkan menghilangkan peran Islam dalam sejarah perjuangan kemerdekaan serta menghilangkan spirit Islam dari wajah sejarah bangsa dan negara ini.
Spirit Penegakan Islam
Spirit penegakan Islam di negeri ini juga sangat kental. Di antaranya tampak dalam pembelaan KH Wahid Hasyim terhadap Islam dan pemerintahan Islam.
Sebagaimana diketahui, Presiden Soekarno dalam kunjungan ke Amuntai Kalimantan Selatan pada Januari 1953 menyatakan, jika negara berdasarkan Islam maka akan terjadi separatisme sejumlah daerah yang mayoritas non-muslim. Artinya, negara berdasarkan Islam akan menyebabkan perpecahan.
KH Wahid Hasyim yang menjadi ketua NU kala itu menanggapi pernyataan itu dengan keras. Beliau menulis, pernyataan bahwa pemerintahan Islam tidak akan dapat memelihara persatuan bangsa, menurut pandangan hukum Islam, adalah perbuatan mungkar yang tidak dibenarkan oleh syariah Islam. Wajib atas tiap-tiap orang muslim menyatakan ingkar atau tidak setuju.
Spirit penegakan Islam dalam bernegara juga tampak kental dalam kiprah perjuangan Ki Bagus Hadikusumo. Hal itu tampak dalam pidatonya di depan BPUPKI tahun 1945 yang kemudian dibukukan oleh putra beliau, Djarnawi Hadikusumo, pada 1957 dengan judul, ”Islam Sebagai Dasar Negara: Seruan Sunyi Seorang ulama”.
Di antaranya Ki Bagus menyatakan, “Bagaimanakah dan dengan pedoman apakah para nabi itu mengajar dan memimpin umatnya dalam menyusun negara dan masyakarat yang baik? Baiklah saya terangkan dengan tegas dan jelas, ialah dengan bersendi ajaran agama.” Ki Bagus kemudian meminta, “…Bangunkanlah negara di atas ajaran Islam.”
Dalam risalah sidang BPUPKI terungkap, Ki Bagus menyatakan, “Dalam negara kita, niscaya tuan-tuan menginginkan berdirinya satu pemerintahan yang adil dan bijaksana, berdasarkan budi pekerti yang luhur, bersendi permusyawaratan dan putusan rapat, serta luas berlebar dada tidak memaksa tentang agama. Kalau benar demikian, dirikanlah pemerintahan itu atas agama Islam karena ajaran Islam mengandung kesampaiannya sifat-sifat itu.” Beliau juga menyatakan, “Supaya negara Indonesia merdeka itu dapat berdiri tegak dan teguh, kuat dan kokoh, saya mengharapkan akan berdirinya negara Indonesia itu berdasarkan agama Islam.” (Saafroedin Bahar dan Nannie Hudawati (Editor). Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) – Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). 28 Mei 1945 – 22 Agustus 1945. Sekretariat Negara. Jakarta. 1998.)
Wahai Kaum muslim:
Sejarah kiprah dan perjuangan para kiai, ulama, santri dan umat Islam dulu begitu kental dengan spirit perjuangan dan penegakan Islam. Inilah yang mesti diwarisi untuk mewujudkan kembali kehidupan yang lebih baik pada masa sekarang dan mendatang. Dalam hal ini penting bagi kita segera seperti para pejuang Islam dulu, memenuhi dan menjwab seruan Allah. Allah SWT berfirman:
]يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ[
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kalian pada suatu perkara yang memberikan kehidupan kepada kalian (TQS al-Anfal [8]: 24).
Untuk memenuhi seruan Allah itu dan sekaligus menyambung kiprah dan perjuangan para kiai, ulama, santri dan umat Islam dulu, maka penerapan dan penegakan syariah Islam secara total dan menyeluruh di bawah pemerintahan Islam harus menjadi agenda utama umat Islam. WalLâh a’lam bi ash-shawâb. []

Rabu, 11 November 2015

Pensil

 


“Setiap orang membuat kesalahan. Itulah sebabnya, pada setiap pensil ada penghapusnya” (Pepatah Jepang)

Dikisahkan, sebuah pensil akan segera dibungkus dan dijual ke pasar. Oleh pembuatnya, pensil itu dinasihati mengenai tugas yang akan diembannya. Maka beberapa wejangan pun diberikan kepada si pensil. Inilah yang dikatakan oleh si pembuat pensil tersebut kepada pensilnya.

“Wahai pensil, tugasmu yang pertama dan utama adalah membantu orang sehingga memudahkan mereka menulis. Kamu boleh melakukan fungsi apa pun, tapi tugas utamamu adalah sebagai alat penulis. Kalau kamu gagal berfungsi sebagai alat tulis. Macet, rusak, maka tugas utamamu gagal”

“Kedua, agar dirimu bisa berfungsi dengan sempurna, kamu akan mengalami proses penajaman. Memang menyakitkan, tapi itulah yang akan membuat dirimu menjadi berguna dan berfungsi optimal”

“Ketiga, yang penting bukanlah yang ada di luar dirimu. Yang penting, yang utama dan yang paling berguna adalah yang ada di dalam dirimu. Itulah yang membuat dirimu berharga dan berguna bagi manusia”

“Keempat, kamu tidak bisa berfungsi sendirian. Agar bisa berguna dan bermanfaat, maka kamu harus membiarkan dirimu bekerja sama dengan manusia yang menggunakanmu”

“Kelima. Di saat-saat terakhir, apa yang telah engkau hasilkan itulah yang menunjukkan seberapa hebatnya dirimu yang sesungguhnya. Bukanlah pensil utuh yang dianggap berhasil, melainkan pensil-pensil yang telah membantu menghasilkan karya terbaik, yang berfungsi hingga potongan terpendek. Itulah yang sebenarnya paling mencapai tujuanmu dibuat”

Sejak itulah, pensil-pensil itu pun masuk ke dalam kotaknya, dibungkus, dikemas dan dijual ke pasar bagi para manusia yang membutuhkannya.

Sahabatku, pensil-pensil ini pun mengingatkan kita mengenai tujuan dan misi kita berada di dunia ini. Saya pun percaya bahwa bukanlah tanpa sebab kita berada dan diciptakan ataupun dilahirkan di dunia ini. Yang jelas, ada sebuah purpose dalam diri kita yang perlu untuk digenapi dan diselesaikan.

Sama seperti pensil itu, begitu pulalah diri kita yang berada di dunia ini. Apapun profesinya, saya yakin kesadaran kita mengenai tujuan dan panggilan hidup kita, akan membuat hidup kita menjadi semakin bermakna... :)

kita memang

kita memang memberikan sesuatu kepada orang lain yang telah memberikan hal yang terbaik untuk kita . melakukan yang terbaik dengan orang lain dalam hal ini.......
kadang hal yang terjadi adalah pahit, namun kita harus mencerna semua kelakuan apa yang kita lakukan.  kapan harus kita berbuat yang memberikan sesuatu dengan tingkah. Tak semua yang pahit itu racun, tapi justru ada yang jadi obat.  

Makin Banyak

 
1. semakin banyak kau dapat bukan malah semakin tenang | malah membuatmu semakin gelisah, semakin berang

2. itu karena engkau terus-terusan mengejar | engkau mati-matian pada sesuatu yang tidak benar

3. engkau mengusahakan perkara yang akan engkau tinggalkan | engkau lupa bahwa semua ini baru ujian dan sebuah permulaan

4. bahwa ada yang kekal dan selamanya | tapi engkau buta darinya dan tak merasa

5. seperti air laut yang makin diteguk makin menambah dahaga | dunia semata takkan memuaskan bila tak dirangkai tujuan mulia

6. adalah menyadari adanya Pencipta dan memahami mau-Nya | itu yang membuat kita berada dalam fitrah, bahagia senantiasa

7. melawan fitrah mungkin nikmat, namun pasti ada akhirnya | dan diakhirnya pasti penyesalan yang tinggal tersisa

8. tanpa rekayasa, hidup kita pastilah cenderung pada dosa | maka mulailah mendengarkan, terutama pada Pencipta

9. nikmat dunia itu terbatas, yang Allah janjikan itu selamanya | asal mau sedikit bersabar, menaati setiap apa yang Allah pinta

10. jadi bila engkau tetap mengikuti siapapun | engkau berakhir menjadi bukan siapapun

Akibat Kemarahan

“Kemarahan bisa membuat seseorang menjadi buta..
Buta dalam memandang.. "

"Kemarahan bisa membuat seseorang menjadi kacau..
Kacau dalam berfikir.. "

"Kemarahan bisa membuat seseorang menjadi lupa..
Lupa dalam kebaikan.. "

"Kemarahan bisa membuat seseorang menjadi terlena..
Terlena dalam amarah.. "

"Kemarahan bisa membuat seseorang menjadi hina..
Hina dalam perbuatan.. "

"Kemarahan bisa membuat seseorang menjadi buruk..
Buruk dalam sangkaan..
Dan kemarahan bisa,, bisa,, bisa,,
tentu sangat bisa membuat
seseorang menjadi tdk bijaksana..”

Sahabat fillah
Kenanglah selalu setiap  nasehat" yg indah
dari seorang Ustad Jeffry  Albukhory

semoga
bermanfaat untuk kehidupan kita di dunia dan Akherat kelak  ~

10 FAKTA MENGEJUTKAN

 
 TENTANG BUAH KIWI YANG PATUT ANDA KETAHUI

Kapan terakhir kali Anda mengonsumsi buah kiwi?Apabila Anda termasuk orang yang jarang mengonsumsi buah kiwi, sebaiknya Anda segera menambahkan buah kiwi dalam menu sehat harian Anda.

Selama ini buah kiwi hanya dikenal sebagai buah penghasil vitamin C tertinggi selain jeruk, namun seperti yang dilansir dari appforhealth.com, ternyata buah kiwi menyimpan 10 fakta mengejutkan yang baik untuk kesehatan Anda.

1. Buah kiwi mengandung serat larut dan tidak larut yang baik bagi kesehatan jantung dan pencernaan. Selain itu buah kiwi dapat membantu menurunkan kadar kolesterol.
2. Kadar glukosa dalam buah kiwi mampu dicerna oleh penderita diabetes sekalipun.
3. Buah kiwi disebut sebagai 'nutritional all - star' yang berarti bahwa buah ini memiliki kepadatan nutrisi terbaik.
4. Buah kiwi yang sebelumnya dikenal mengandung vitamin C dua kali lebih besar daripada jeruk ternyata juga mempunyai anti oksidan yang melindungi tubuh terhadap radikal bebas.
5. Wanita hamil disarankan untuk mengonsumsi banyak buah kiwi karena si hijau ini mengandung asam folat yang cukup tinggi.
6. Konsumsilah buah kiwi sebagai menu sarapan Anda karena buah kiwi kaya akan magnesium yang mampu mengubah makanan menjadi energi.
7. Kadar karotenoid yang terdapat dalam buah kiwi membantu melindungi mata Anda dari radikal bebas berbahaya.
8. Buah kiwi ternyata juga mampu meredakan tekanan darah tinggi.
9. Selandia Baru dikenal sebagai produsen terbesar buah kiwi karena buah kiwi telah ditanam sejak 100 tahun yang lalu di negara ini. Selain Selandia Baru, negara - negara seperti Italia, Perancis,Chili, Jepang, Korea Selatan dan Spanyol juga mulai dikenal sebagai negara produsen buah kiwi.
10. Pada awalnya, buah kiwi bernama Yang Tao atau Chinese Gooseberry.

Saat ini, buah kiwi dapat dengan mudah ditemukan di Indonesia dengan harga yang cukup terjangkau. Jadi, tidak ada salahnya jika Anda mulai banyak mengonsumsi buah kiwi sebagai variasi dalam menu makanan sehat Anda. Selamat mencoba!

Menangislah untuk Ramadhan yg Kan Hilang.........

Teman, marilah kita menangis,..
Jika itu bs melapangkan gundah yg mengganjal sanubari.

Bahwa Ramadhan sudah bergegas di akhir hitungan. ....

Dan tadarus Quran kita tak juga beranjak khatam. Jika itu adalah ungkapan penyesalan. Jika itu merupakan awal tekad utk menyempurnakan tarawih dan Qiyamul lail kita yg centang perenang

Menangislah,....

Biar butir bening itu jadi saksi di yaumil akhir. Bahwa kita adl hamba Allah yg lalai lagi terlena.

Yg berdoa sejak 2 bulan sblm ramadhan, yg berlatih puasa semenjak Rajab, yg rajin mengikuti tarhib Ramadhan, tp sp puasa mendekati akhir masih juga menggunjing kekhilafan teman, masih juga tak bisa menahan ucapan dari kesia-siaan, tak juga menambah ibadah sunah, bahkan hampir terlewat menunaikan yg wajib...

Menangislah, lebih keras
Allah tak menjanjikan apa2 utk Ramadhan thn depan, apk kita msh disertakan, sdgkn Ramadhan skr cuma tersisa hitungan hari..

Tak ada yg dpt menjamin usia kita sp utk Ramadhan besok, sdg Ramadhan ini tersia-siakan. Menangislah utk Ramadhan yg kan hilang...

Menangislah, ....
Utk dosa2 yg belum terampuni, tp kita masih juga menambah dg dosa baru...

Menangislah,
Dan tuntaskan semuanya di sini, malam ini. Krn bsk waktu akan bergerak makin cepat, Ramadhan semakin berlari.

Tahu-tahu sudah 10 malam terakhir dan kita belum bersiap utk itikaf. Dan lembar Quran menunggu utk dikhatamkan. Dan lembar rupiah menunggu utk disalurkan melalui infaq dan zakat. Dan malam menunggu dihiasi sholat tambahan.

Sekarang, atau (mungkin) tidak (ada lagi) sama sekali...

MENANGISLAH BILA MEMANG HARUS MENANGIS!


“menangislah bila harus menangis
Karena kita semua manusia
Manusia bisa terluka manusia pasti menangis
Dan manusia pun bisa mengambil hikmah.”
(petikan lagu dewa19)

Sebagai manusia, wajar jika kita  , baik pria maupun wanita, sebagai mana lagu” Air Mata” yang di nyanyikan grup band Dewa di atas apalagi menangis itu banyak manfaat nya baik dari sisi fisik,mental, spiritual bahkan sosial.

Menangis adalah pekerjaan pertama kita begitu terlahir kedunia. Sayapun menangis saat menyaksikan kelahiran Mulla Sadra putra pertama kami,  menangis
sebagai tanda syukur pada Ilahi.Saat anak saya tumbuh dan berkembang, belajar berjalan dan terjatuh, ia pun menangis. Menangis adalah fitrah kemanusiaan. Agama yang mengharamkan menangis adalah agama yang jauh dari fitrah.Orang yang tidak menangis dan menaha tangisan sama saja dengan menampik fitrahnya sebagai manusia, karena tangisan dan air mata merupakan anugerah Tuhan pada setiap manusia.

Sebuah penelitian yang dilakukan yang dilakuka para ahli di Amerika Serikat menyebutkan bahwa , 9 dari 10 orang mengaku merasa lebih lega sete;lah menangis. Bahkan para ahli juga percaya bahwa menangis bisa menyembuhkan rasa sakit.

Tentang manfaat menangis . Dr.Simon Moore, Guru besar Psikologi dari London Metropolitan University mengatakan:” Menangis adalah pelepasan emos yang paling tepat saat kita tak mampu mengungkapkannya lewat kata-kata.”Sementara itu Prof William Frey, ahli tangis dari AS mengungkapkan bahwa air mata yang dikeluarkan saat kita menangis mengandung hormone endhorphine sehingga bisa membuat perasaan lebih plong. Menurutnya, menangis juga terbukti menurunkan tekanan darah dan denyut nadi.

Para Sufi menjadikan tangisan sebagai salah satu jalan untuk membuang kotoran-kotoran hatinya.Merekaa menangis karena rindu pada Tuhannya.Menurut mereka, banyak tertawa bisa mengeraskan hati, sementara menangis saat mengingat kesalahan dan menangis sebagai ungkapan rasa rindu pada Ilahi bisa meningkatkan maqam spiritual.Tangisan bagi mereka adalah suatu jalan menuju Tuhan. Tentang hal ini, Nabi suci pernah bersabda,” Andai kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis ( H.R Bukhari Muslim).

Dalam istilah Sunda, ada yang namanya “ Ceurik Batin” atau “menangis batin”. Salah seorang guru silat saya pernah dihina karena kemiskinannya, lalu ia menangis dan bermunajat pada Ilahi. Tangisan yang kemudian membuatnya bangkit. Ya, sebuah tangisan memang sering melahirkan inspirasi dan menguatkan mental. Energi spiritual yang dahsyat sering muncul manakala seorang sudah bisa menangisi kesalahanya dan kemudian berjanji untuk mengadakan perubahan radikal dalam hidupnya. Seperti halnya yang dialami guru silat saya kang Anang, menangis bisa membuatnya bangkit dari keterpurukan dan membuatnya kuat menghadapi berbagai kesulitan hingga mencapai kemenangan yang diharapkan.Setahun setelah “ Ceurik Batin”, ia bangkit menjadi seorang pedagang sukses dengan omset jutaan bahkan puluhan juta perhari.

Pada saat menangis, beban emosi yang tertahan akan muntah bersamaan dengan “ sesunggukan” dan linangan air mata. Endapan energi negative akan terlepas kea lam semesta bersamaan dengan terurainya airmata. Saat itu pula system emosional-mental-spiritual kita menyeimbangkan dirinya sendiri. Pikiran akan kembali berisi materi yang seimbang. Tubuh energi kita akan terbarukan.


Selama dan setelah menangis, pernafasan biasanya lebih “plong” dan lebih dalam, sehingga kadar oksigen dalam darah akan meningkat. Hal ini akan membuat mental dan fisik terasa lebih kuat. Melihat banyaknya manfaat tangisan, kini para peneliti dari AS merekomendasikan terapi menangis untuk orang-orang tertentu, terutama mereka yang punya kesulitan dalam mengekspresikan emosinya.
  Demikian pula bagi anda! Mengislah saat mengungkapkan ketidak mampuan anda pada Tuhan, karena Dia akan memapukan anda.Janganlah malu untuk mengakui segala kelemahan anda pada Ilahi sambil menangis, karena Dia akan “menjamah” dan menguatkan anda.

Menangislah bila memang harus menangis
( Dari buku saya : Biarkan Tubuh Anda yang Menyembuhkan”)

MENANGISLAH WAHAI PARA PECINTA ALHUSEIN!

Qur`an Sucipun mengisahkan tentang kisah Ya`kub as, seorang Nabi yang banyak menangis setelah ditinggalkan Yusuf, anaknya yang terkasih. Saat ditanya tentang alasan mengapa Ya`kub as menangis, Qur`an Surat Yusuf menyebutkan bahwa Ya`kub kemudian menjawabnya dengan suatu kalimat yang indah ,” Aku mengetahui apa-apa yang tidak kalian ketahui.”

Itulah sebabnya mengapa para pecinta Husein menangisi kesyahidan Alhusein. Bukan sebuah tangisan ketidak relaan, tetapi sebuah tangisan ekspresi kecintaan, dan pengakuan akan kedudukan Alhusein disisi Allah dan rasulNya . Para peziarah Alhusein sangat mengetahui rentetan peristiwa yang terjadi dan mereka pun memahami kedudukan beliau.Sehingga bila ditanya apa alasan menangisi Alhusein, cukuplah para pecinta Alhusein menjawabnya seperti jawaban Ya`kub terhadap pertanyaan anak-anaknya,” Kalian tidak mengetahui apa-apa yang aku ketahui.”

Kamis, 05 November 2015

Hakikat Tobat Dari Maksiat

Beberapa saat lalu Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyerukan kepada masyarakat untuk bertobat agar segala macam musibah dan ujian dari Tuhan bisa berakhir, termasuk musibah berupa kebakaran hutan dan lahan serta kabut asap (Merdeka.com, 1/11). “Kita melakukan tobat sehingga apa yang merupakan musibah ujian bisa segera diakhiri,” kata Lukman Hakim di Masjid Istiqlal, Jakarta, Minggu (1/11).
Terkait itu, pemerintah dalam hal ini Kemenag, pada 29 September 2015 mengirimkan surat edaran ke kantor wilayahnya se-Indonesia sampai ke seluruh madrasah-madrasah untuk menunaikan Shalat Istisqa (Antaranews.com, 1/11).
Sebelumnya, MUI menyeru umat Islam di Indonesia untuk melaksanakan shalat memohon hujan (istisqa) untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan yang menyebabkan kabut asap (Antaranews, 21/10).
MUI juga menyeru umat Islam di Indonesia agar bertobat dan memohon ampunan kepada Allah SWT dari segala macam maksiat. “Karena kekeringan berkepanjangan yang melanda negeri ini bisa jadi merupakan peringatan dari Allah SWT,” kata Ketua MUI KH Ma’ruf Amin.
MUI pun menyeru pemerintah untuk mengambil kebijakan tegas dan strategis yang berimplikasi pada upaya penghentian atau pengurangan dari berbagai dampak buruk kemarau panjang. Tindakan tegas bisa berupa penegakan hukum yang menjerakan terhadap setiap pelaku pembakaran hutan dan lahan yang menyebabkan bencana asap serta melancarkan ekonomi yang pro rakyat kecil, yang paling merasakan dampak kemarau panjang (Antaranews, 21/10).
Semua Pihak Harus Bertobat
Betul, semua pihak di negeri ini memang harus segera bertobat. Seruan tobat baik dari MUI, Menag atau siapapun itu haruslah segera disambut. Tobat tentu harus dilakukan dalam bentuk tawbat[an] nashuha secara menyeluruh dan dilakukan bersama-sama oleh umat ini.
Ali bin Abi Thalib radhiyalLâh ‘anhu menjelaskan bahwa tobat harus menghimpun enam hal: 1. menyesal atas dosa yang telah lalu; 2. kembali melaksanakan kewajiban; 3. menolak atau mengembalikan kezaliman (mengembalikan hak kepada yang berhak); 4. mengurai persengketaan; 5. ber-‘azam tidak akan mengulangi kemaksiatan itu; 6. menggiatkan diri dalam ketaatan seperti dulu membiasakan diri dalam kemaksiatan (Imam al-Baydhawi, Anwar at-Tanzîl wa Asrâr at-Ta’wîl, tafsir QS at-Tahrim: 8).
Karena itu untuk melakukan tawbat[an] nashuha itu kita harus: Pertama, menyesali kemaksiatan yang dilakukan. Bahkan menurut Imam an-Nawawi, an-nadam (penyesalan) ini adalah rukun utamanya. Kedua, memohon ampunan (istighfar) kepada Allah. Ketiga, berhenti dan meninggalkan kemaksiatan itu. Keempat, bertekad tidak mengulangi kemaksiatan itu pada masa datang. Kelima, meng-qadha kewajiban yang ditinggalkan yang memang harus di-qadha. Keenam, mengembalikan hak kepada pemilik hak dan atau meminta bara’ah (pembebasan) dari orang yang haknya dilanggar. Tentu tobat menjadi tidak bermakna jika hak orang yang dilanggar masih terus dikangkangi.
Ada beberapa kemaksiatan yang terjadi, yang erat kaitannya dengan bencana kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan yang melanda negeri ini lebih dari dua bulan terakhir. Di antara kemaksiatan itu: Pertama, pembakaran hutan dan lahan. Jelas ini merupakan kemaksiatan sebab pembakaran ini menyebabkan dharar (bahaya) bagi masyarakat. Karena itu pelaku pembakaran, baik individu atau korporasi (perusahaan), harus menjadi pihak pertama yang bertobat.
Kedua, penguasaan lahan yang sangat luas, apalagi yang semula adalah hutan, jelas merupakan kemaksiatan. Pasalnya, dalam pandangan Islam hutan adalah milik umum seluruh rakyat. Hutan haram dikuasai atau dikuasakan kepada individu, korporasi (perusahaan) atau sekelompok orang. Karena itu, dalam pandangan Islam, penguasaan lahan dan hutan itu berarti mengangkangi hak milik umum. Jelas itu merupakan kemaksiatan yang sangat serius karena berakibat buruk bagi rakyat banyak. Jika untuk mendapat konsesi itu disertai dengan kolusi, suap dan lainnya, juga jika kemaksiatan penguasaan lahan itu lantas diikuti dengan pembersihan lahan dengan cara dibakar, maka itu menjadi kemaksiatan di atas kemaksiatan. Bertobat dari kemaksiatan ini adalah dengan menghentikan kebijakan penguasaan lahan dan hutan itu. Lalu hutan harus dikembalikan kepada pemiliknya, dalam hal ini adalah seluruh rakyat. Artinya, hutan yang dikuasai segelintir orang itu harus dikembalikan sebagai milik umum, sebagaimana ketentuan syariah.
Ketiga, penguasaan (pemberian konsesi) lahan dan hutan kepada swasta, pelegalan hal itu dengan UU dan peraturan, kebijakan mengubah hutan dan lahan gambut menjadi perkebunan dan hutan tanaman industri serta kebijakan-kebijakan yang terkait, dsb. Semua itu jelas merupakan kemaksiatan karena menyalahi syariah Islam tentang hukum kepemilikan umum. Kemaksiatan sistemik yang dilakukan oleh penguasa dan politisi ini malah bisa dianggap sebagai salah satu pangkal dari bencana kabut asap itu.
Bencana kabut asap terus membesar di antaranya juga dipengaruhi oleh lamban dan gagapnya pemerintah menangani kebakaran lahan dan hutan. Bahkan bencana kabut asap yang sudah terjadi berulang lebih dari 18 tahun seolah tak pernah diambil sebagai pelajaran agar program dan kebijakan bisa dibuat untuk mencegah, mengatasi dan menyelesaikan dampaknya. pemerintah juga lambat dalam memberikan pelayanan kesehatan dan mengatasi dampak kabut asap pada rakyat. Semua itu antara lain sebagai akibat dari penerapan sistem politik demokrasi, ego sektoral, ego daerah, otonomi daerah yang kebablasan dan sederet problem lain yang ada dalam sistem yang dijalankan saat ini.
Keempat, ketidakpedulian terhadap kemaksiatan yang terjadi. Allah SWT dan Rasul saw. memperingatkan umat dari sesuatu yang akan menimpa masyarakat secara umum akibat kemaksiatan yang dilakukan oleh sebagian orang di tengah mereka, sementara masyarakat tidak berusaha mengubah mencegah, menghentikan dan mengubah kemaksiatan itu. Semua kemaksiatan di atas—yang berujung pada bencana kabut asap yang menimpa sedemikian banyak orang—haruslah menjadi pelajaran bagi umat ini seluruhnya untuk bersama-sama mencegah, menghalangi, menyudahi dan mengubah berbagai kemaksiatan yang ada.
Tobat Harus Total
Bertobat dalam konteks bencana kabut asap berarti harus: menyesali semua bentuk kemaksiatan di atas; menghentikan dan meninggalkan serta beristighfar atas semua kemaksiatan itu; bertekad kuat tidak mengulanginya; mengembalikan hak kepada yang berhak; dan kembali pada ketaatan.
Saat ini umat ramai-ramai memohon ampunan dan memohon agar diturunkan hujan sehingga bencana kabut asap hilang. Allah SWT telah berkenan menurunkan hujan di beberapa wilayah. Mudah-mudahan musim hujan akan segera datang dan bencana kabut asap pun hilang. Namun, ingat dan merujuk kepada Allah SWT hendaknya tidak hanya ketika terjadi bencana, tetapi harus secara terus-menerus. Allah SWT memperingatkan hal itu:
]وَإِذَا مَسَّ الْإِنسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَائِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ كَأَن لَّمْ يَدْعُنَا إِلَىٰ ضُرٍّ مَّسَّهُ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ[
Apabila manusia ditimpa bahaya maka dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri. Namun, setelah Kami menghilangkan bahaya itu dari dia maka dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpa dirinya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan (TQS Yunus [10]: 12).
Karena itu umat harus berusaha agar tidak seperti yang diperingatkan dalam ayat tersebut. Jika itu terjadi, umat ini benar-benar tidak tahu bersyukur. Karena itu pula umat ini harus terus-menerus mengingat dan merujuk kepada Allah SWT.
Bencana kabut asap kali ini harus dijadikan pelajaran besar untuk menumbuhkan kesadaran demi menghentikan berbagai kemaksiatan yang terjadi dan kembali ke ketaatan. Ibrah itulah yang tidak boleh gagal diambil dari bencana yang terjadi ini. Allah SWT berfirman:
]ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ[
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan (kemaksiatan) manusia supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (TQS ar-Rum [30]: 41).
Sebagai wujud tobat yang sebenarnya, maka ke depan yang harus menjadi fokus agenda umat adalah mewujudkan ketaatan secara menyeluruh. Ketaatan menyeluruh itu tidak lain dengan menerapkan syariah Islam secara total dan menyeluruh dalam institusi Khilafah Rasyidah ‘ala minhaj an-nubuwwah. Inilah sesungguhnya wujud nyata dan hakiki dari tawbat[an] nashuha yang harus menjadi agenda utama umat ini ke depan. WalLâh a’lam bi ash-shawâb. []Al-Islam edisi 779