Selasa, 28 Juli 2015

sosialisasi PKLK

Palu, mengikuti kegiatan sosialisasi PK-PLK kepala sekolah dan Guru dilaksanakan di Hotel Palu Golden. tanggal 28 sd tanggal 30 Juli 2015.dibuka oleh Sekertaris dinas Pendidikan provinsi sulawesi tengah, dalam acara pembukaan membacakan sambutan tertulis dari kadis dikjar memberikan penegasan  bertekad terus melakukan upaya agar anak-anak Pendidikan Khsus dan Pendidikan Layanan Khusus (PK PLK), bisa terus ditingkatkan derajatnya hingga nantinya bisa merasa sama dengan anak-anak normal lainnya.
Berbagai upaya dilakukan utnk mewujdukan hal itu, mulai dari membangun gedung pusat yang meski saat ini masih menunggu penyelesaian administrasi agar bisa digunakan, memberikan sosialisasi bagi kepala sekolah dan tenaga pendidik PK PLK di Provinsi Sulteng, sampai pada mendorong orang tua agar tidak mengangap anak-anak PK PLK ini sebagai anak yang harus dikucilkan.  pagi ini materi akan diberikan oleh paranarasumber.

Rabu, 15 Juli 2015

laila al qadr

Nafāis Tsamarāt: Keutamaan Lailatul Qadar

‏عَنْ ‏عَائِشَةَ ‏أمِّ المؤمنين رضي الله عنها ‏قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏يُجَاوِرُ (يعتكف) فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ وَيَقُولُ: “تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ”. رواه البخاري
Dari Aisyah radliyallāhu ‘anhā berkara: Rasulullah saw beriktikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Dan Beliau bersabda: “Carilah lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR Bukhari).
و‏عَنْ ‏عَائِشَةَ‏ ‏رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا ‏أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏‏قَالَ: “‏تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ”.
Dari Aisyah radliyallāhu ‘anhā bahwa Rasulullah saw bersabda: “Carilah lailatul qadar pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
وروى النسائي عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم: «أتاكم رمضان شهر مبارك فرض الله عز وجل عليكم صيامه، تفتح فيه أبواب السماء وتغلق فيه أبواب الجحيم، وتغل فيه مردة الشياطين، لله فيه ليلة خير من ألف شهر من حرم خيرها فقد حرم».
An-Nasai meriwayatkan dari Abu Hurairah yang berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan yang diberkati. Allah azza wa jalla telah mewajibkan kalian berpuasa di bulan Ramadhan. Di bulan Ramadhan ini pintu-pintu langit dibuka, sebaliknya pintu-pintu Jahannam ditutup, dan di bulan Ramadhan ini pula medan perang setan dibelenggu. Adalah hak Allah bahwa di bulan Ramadhan ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barangsiapa yang terhalang darinya, maka sungguh ia terhalang (dari semua kebaikannya).”
عن أبي هريرة رضي الله تعالى عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: “مَن صام رمضان إيماناً واحتساباً غُفر له ما تقدَّم من ذنبه ومن قام ليلة القدر إيماناً واحتساباً غُفر له ما تقدَّم من ذنبه”. رواه البخاري ومسلم وأبو داود والنَّسائي والدارمي وابن حِبَّان.
Dari Abu Hurairah radliyallāhu ‘anhu dari Nabi saw yang bersabda: “Siapasaja yang berpuasa pada bulan Ramadlan dengan penuh keimanan dan keikhlasan, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu. Siapasaja yang melakukan qiyamul lail pada malam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan keikhlasan, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.” (HR Bukahri, Muslim, Abu Dawud, an-Nasai, ad-Darimi dan Ibnu Majah).
عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال: “دخل رمضان، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن هذا الشهر قد حضركم وفيه ليلةٌ خيرٌ من ألف شهر، مَن حُرِمَها فقد حُرِم الخيرَ كلَّه، ولا يُحْرَم خيرَها إلا محرومٌ”. رواه ابن ماجه. ورواه أحمد والنَّسائي من طريق أبي هريرة رضي الله عنه
Dari Anas bin Malik radliyallāhu ‘ahu yang berkata bahwa ia mendapati bulan Ramadhan. Lalu Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya bulan ini (Ramadhan) benar-benar telah datang kepadamu, dimana pada pada bulan Ramadhan ini ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barangsiapa yang terhalang darinya, maka sungguh ia terhalang (dari) kebaikan semuanya. Dan tidak terhalang (dari) kebaikannya, kecuali orang-orang yang bernasib buruk.” (HR Ibnu Majah, dan diriwayatkan juga oleh Ahmad, sedang an-Nasai meriwayatkan dari jalan Abu Hurairah radliyallāhu ‘anhu).
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 11/7/2015.

Selasa, 14 Juli 2015

khutbah idulfitri 1436 H

Khutbah Iedul Fitri 1436 H (2015 M): Bersama Umat Tegakkan Khilafah

Khutbah Pertama :
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
أَمَّا بَعْدُ؛
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

Allahu akbar 3x wa lillahil hamd,
Hadirin yang dirahmati Allah,

Pada hari ini, kita pantas bersyukur kepada Allah Ta’ala, yang telah memberi kesempatan kita menikmati Idul Fitri yang penuh bahagia, setelah sebulan penuh kita berpuasa, agar menjadi insan-insan yang bertaqwa.
Namun di tengah rasa bahagia ini, kita tidak boleh melupakan kondisi umat Islam terkini, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Karena sungguh masih banyak persoalan datang silih berganti, seakan-akan tiada mau berhenti.
Di dalam negeri kebijakan-kebijakan neoliberalisme terus menggila. Lihat naiknya harga-harga barang dan jasa. Harga gas elpiji naik, BBM naik, tarif listrik naik, dan masih banyak yang lainnya. Para penguasa seakan-akan tak peduli lagi dengan rakyatnya, mencabut subsidi seenaknya, walaupun rakyatnya sudah sangat menderita. Kita lihat juga semakin kuatnya nilai tukar Dolar Amerika, sementara nilai rupiah semakin nista. PHK (pemutusan hubungan kerja) mulai merajalela, akibat lesunya perekonomian di negeri kita.
Anehnya, dalam situasi ini, sikap penguasa terhadap korporasi asing justru sebaliknya. Contohnya, PT Freeport yang menguasai tambang di Papua. Tambang yang dalam Syariah Islam seharusnya menjadi milik kita bersama (milkiyyah ‘aammah), dieksploitasi secara rakus oleh PT Freeport yang banyak melanggar aturan yang ada. Sudah 3 tahun PT Freeport tak membayar dividen kepada pemerintah Indonesia, tidak membangun smelter untuk mengolah bahan mentah, namun PT Freeport tetap dibiarkan saja. Bahkan pemerintah tunduk tak berdaya dan justru menjadi pelayannya. Buktinya, pemerintah malah akan memperpanjang izin operasi PT Freeport selama 20 tahun lagi di Papua. Izin operasi kontrak karya (KK) akan diubah menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), yang intinya hanya berganti nama. Jika percepatan IUPK itu bisa dilakukan pada 2015, artinya PT Freeport masih diizinkan merampok kekayaan kita 20 tahun lagi hingga tahun 2035.
Allahu akbar 3x wa lillahil hamd,

Hadirin yang dirahmati Allah,
Kondisi umat Islam di luar negeri juga masih sangat memprihatinkan. Jangan lupakan saudara-saudara kita para pejuang Syariah dan Khilafah yang ditindas diktator brutal Uzbekistan! Jangan lupakan saudara-saudara kita muslim Rohingnya yang sengsara terobang-ambing di tengah samudra! Jangan lupakan saudara-saudara kita di Mesir yang ditindas oleh Presiden Jenderal As Sisi yang telah menjadi tiran! Jangan lupakan saudara-saudara kita di Suriah yang dibunuh dan diperangi pemimpinnya sendiri, Basyar Asad yang menjadi setan!
Sungguh kita tidak boleh mengabaikan kondisi umat yang demikian itu. Karena kita adalah umat Islam yang satu. Penderitaan umat Islam di mana pun juga di muka bumi ini, hakikatnya adalah penderitaan kita bersama sebagai umat yang satu. Rasulullah SAW telah bersabda menggambarkan hal itu :
«اَلْمُسْلِمُوْنَ كَرَجُلٍ وَاحِدٍ إِنْ اِشْتَكَى عَيْنُهُ اِشْتَكَى كُلُّهُ وَإِنْ اِشْتَكَى رَأْسُهُ اِشْتَكَى كُلُّهُ»
(al-muslimuuna ka-rajulin waahidin, inisytaka ‘ainuhu isytaka kulluhu, wa inisytaka ra`suhu isytaka kulluhu). “Kaum muslimin adalah seperti satu orang laki-laki, jika sakit matanya akan merasa sakit pula seluruh tubuhnya. Jika sakit kepalanya akan merasa sakit pula seluruh tubuhnya.” (HR Muslim no 2586).

Allahu akbar 3x wa lillahil hamd,
Hadirin yang dirahmati Allah,

Terhadap kondisi umat yang masih memperihatinkan di atas, sesungguhnya Islam telah memberikan solusi yang tuntas. Kondisi umat itu dapat diumpamakan seperti orang yang sakit, maka syariah Islam sajalah yang layak menjadi obat yang pas.
Syariah Islam telah mengharamkan kebijakan-kebijakan neoliberalisme yang menimbulkan derita; yang sebenarnya lahir dari neoimperialisme (penjajahan gaya baru) dari negara-negara kafir penjajah, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga mereka seperti IMF, WTO, ADB, dan Bank Dunia. Adanya dominasi dan hegemoni asing atas kita ini sebenarnya telah diharamkan Islam, sesuai firman-Nya :
﴿وَلَن يَجۡعَلَ ٱللَّهُ لِلۡكَٰفِرِينَ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ سَبِيلًا﴾
“Dan Allah sekali-kali tidak menjadikan jalan bagi orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang yang beriman.” (QS An Nisaa` [4]: 141).
Syariah Islam juga telah mewajibkan kita mengelola tambang-tambang seperti di Papua, sebagai milik kita bersama (milkiyyah ‘aammah), bukan sebagai milik pribadi sehingga dapat dieksploitasi oleh korporasi swasta. Nabi SAW terbukti telah membatalkan pemberian tambang kepada pribadi, dan menjadikannya sebagai milik umum. Nabi SAW pernah memberikan tambang garam di daerah Ma’rib kepada Abyadh bin Hammal RA. Namun, tatkala Abyadh bin Hammal telah pergi, seseorang yang berada di majelis berkata kepada Nabi SAW, “Tahukah Anda bahwa yang Anda berikan adalah (seperti) air yang mengalir?” Lalu Nabi SAW pun membatalkan pemberiannya itu. (HR Baihaqi dan Tirmidzi).
Syariah Islam juga telah mewajibkan memberikan pertolongan kepada saudara sesama muslim yang menderita, seperti Muslim Rohingya, sesuai firman-Nya :
﴿وَإِنِ ٱسۡتَنصَرُوكُمۡ فِي ٱلدِّينِ فَعَلَيۡكُمُ ٱلنَّصۡرُ ﴾
“Jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan.” (QS Al Anfaal [7] : 72).

Allahu akbar 3x wa lillahil hamd,
Hadirin yang dirahmati Allah,

Yang menjadi pertanyaan, bagaimana caranya agar Syariah Islam dapat berfungsi efektif mengatasi masalah-masalah umat yang ada? Di sinilah kita harus memahami, bahwa Syariah Islam memerlukan sebuah negara pro Syariah yang menerapkannya. Itulah yang dinamakan Khilafah. Hanya dalam negara Khilafah saja, Syariah Islam dapat diterapkan secara seutuhnya, bukan diterapkan seperti saat ini, yakni secara parsial saja.
Tanpa Khilafah sangat mustahil umat Islam dapat lepas dari neoliberalisme dan neoimperialisme yang terus menjadi sumber derita. Tanpa Khilafah tidak mungkin kita dapat mengelola sumber daya alam umumnya dan tambang khususnya dengan baik agar rakyat hidup sejahtera. Tanpa Khilafah tidak mungkin kita dapat secara sempurna menolong saudara-saudara kita yang tertindas oleh para penguasa yang durjana.
Maka pada kesempatan yang mulia ini, kami menyerukan kepada Saudara sekalian untuk berjuang bersama menegakkan Khilafah. Sebab hanya dengan Khilafah sajalah, kita dapat sempurna menjalankan Syariah. Karena hanya dengan Syariah sajalah, kita dapat secara benar mengatasi semua masalah.
Sesungguhnya Khilafah bukanlah ajaran asing bagi kita. Khilafah merupakan kewajiban yang disepakati oleh para ulama kita, meskipun keberadaannya sejak tahun 1924 di Turki telah sirna, akibat persekongkolan Inggris gembong penjajah dengan Mustafa Kamal yang menjadi antek-anteknya.
Insya Allah Khilafah akan segera tegak kembali, meskipun Amerika dan antek-anteknya membencinya. Sebab kembalinya Khilafah sudah menjadi janji Allah kepada kita (QS An Nuur : 55), dan juga sudah disampaikan oleh Rasulullah SAW sebagai berita gembira. Sabda Rasulullah SAW :
«ثُمَّ تَكُوْنُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ»  
 “Kemudian (setelah masa penguasa diktator/mulkan jabriyyatan) akan muncul kembali Khilafah yang mengikuti jalan kenabian.” (HR Ahmad, dan Al Bazzar).
اَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ لِى وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرْهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua :
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَالللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ.
اْلحَمْدُ للهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثيرًا.
اَمَّا بَعْدُ:
فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله، أُوصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَا اللهَ فَقْدْ فَازَ الْـمُتَّقُوْنَ.
Allahu akbar 3x wa lillahil hamd,
Hadirin yang dirahmati Allah,
Akhirnya marilah kita berdoa kepada Allah SWT :
بسم الله الرحمن الرحيم ، الحمد لله رب العالمين ،والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين
اللّهُمَّ اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، أَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَات
اللّهُمَّ اجْعَلْ عَمَلَنَا عَمَلًا صَالِحًا مُتَقَبَّلًا, مُوَافِقًا بِأَحْكَامِكَ وَخَالِصًا لِوَجْهِكَ
اَللّهُمَّ يَا مُنْـزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ الْحِساَبِ وَمُحْزِمَ اْلأَحْزَابِ اِهْزِمِ اْليَهُوْدَ وَاَعْوَانَهُمْ والَصَلِّيْبِيِّيْنَ الظَّالِمِيْنَ وَاَنْصَارَهُمْ وَالرَّأْسُمَالِيِّيْنَ وَاِخْوَانَهُمْ وَ اْلإِشْتِرَاكَيِّيْنَ وَالشُيُوْعِيِّيْنَ وَاَشْيَاعَهُمْ
اَللَّهُمَّ ارْحَمْ اُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَحْمَةً عَامَّةً تُنْجِيْهِمْ بِهَا النَّارَ وَتُدْخِلْهُمْ بِهَا الْجَنَّةَ. اَللَّهُمَّ اَيُّمَا عَبْدٍ اَوْ أَمَةٍ مِنْ اُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ يُحِبُّنَا وَيَدْعُوْ لَنَا فَثَقِّلْ مِيْزَانَهُ وَحَقِّقْ اِيْمَانَهُ وَاجْعَلْهُ فِي الْجَنَّةِ الْفِرْدَوْسِ اْلاَعْلَى. وَاَيُّمَا عَبْدٍ اَوْ اَمَةٍ مِنْ اُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَلَى خَطَأِ وَهُوَ يَظُنُّ اَنَّهُ عَلىَ الْحَقِّ فَرُدَّهُ اِلَى الْحَقِّ رُدًّا جَمِيْلاً. اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا ِلإِخْوَانِناَ الْمُسْلِمِيْنَ حَيِّنِيْنَ لَيِّنِيْنَ سَهِّلِيْنَ حَبِيْبِيْنَ قَرِيْبِيْنَ. وَنَسْأَلُكَ اَنْ تَجْعَلَناَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُيَسِّرِيْنَ وَلاَ تَجْعَلَناَ مُعَسِّرِيْنَ وَمُنَفِّرِيْنَ.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ دَوْلَةَ الْخِلاَفَةِ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ تُعِزُّ بِهَا اْلإِسْلاَمَ وَاَهْلَهُ وَتُذِلُّ بِهَا الْكُفْرَ وَاَهْلَهُ، وَ اجْعَلْناَ مِنَ الْعَامِلِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ بِإِقَامَتِهَا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَسُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، كُلُ عَامٍ وَ أَنْتُمْ بِخَيْرٍ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Jumat, 10 Juli 2015

Mencintai Ramadhan

Allah memilih bulan Ramadhan untuk menurunkan alquran guna memperbaiki dan mendidik jiwa yang jahiliah. Allah juga memilih bulan Ramadhan untuk mempersatukan umat Islam dalam satu kesadaran baik dalam waktu berpuasa dan berbuka. Pada malam-malam yang panjang di bulan suci ini, Allah lebih menyukai hamba-hamba-Nya yang khusuk beribadah, melantunkan ayat-ayat suci Alquran, dan ibadah sunat lainnya. Pada bulan Ramadhan pula kita seharusnya lebih bisa meningkatkan untuk saling berbagi dengan sesama. Mengulurkan tangan kepada mereka yang kekurangan, mambantu meringankan beban hidup orang lain. Lihatlah anak-anak yatim dan kaum fakir miskin di sekitar kita yang senantiasa membutuhkan uluran tangan kita. Jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan ini, karena suatu kemuliaan yang tiada tara bandingannya di sisi-Nya, yang nantinya akan Allah ganjarankan dengan pahala yang derajatnya 70 kali lebih tinggi dibandingkan pada bulan-bulan lainnya.
Ramadhan juga sebagai wahana interaksi kita sebagai hamba-Nya dalam menjalin komunikasi dengan Allah. Karena tujuan puasa adalah untuk menggembleng dan menggodok jiwa-jiwa agar menjadi manusia yang bertakwa (QS. Al-Baqarah: 183). Sebab ibadah puasa yang kita jalankan selama sebulan penuh, berfungsi sebagai landasan kuat agar terbentuknya nilai takwa di sisi Allah.
Kesadaran tersebut akan sangat menonjol pada orang yang berpuasa dengan rasa cinta dan rindu. Karena dengan adanya iman dan takwa, maka kita akan merasakan Allah lebih dekat dengan kita. Jika kita telah merasa dekat dengan Allah, maka apa pun perbuatan mungkar dan keji yang kita lakukan, dengan sendirinya akan tercegah. Karena kita takut dengan pengawasan langsung dari Allah Swt.
Bulan penuh cinta
Jalaluddin Rumi dalam salah satu syairnya mengatakan: “Bagaimana keadaan sang pecinta? Jika kamu seperti aku, maka kamu akan tahu jika Dia memanggilmu, maka kamu pun akan memanggil-Nya.” Cinta yang ditawarkan seorang Jalaluddin Rumi tak hanya sekadar cinta layaknya antar manusia berlainan jenis-yang jika sudah memiliki yang diinginkan, maka berakhir sudah pengorbanannya untuk yang dicintainya. Namun cinta yang dimaksud Jalaluddin di sini adalah cinta antara seorang hamba dengan Sang Penciptanya. Di mana cinta seorang hamba tak pernah luntur, sebelum dia menggapai keimanan dan ketakwaan sesempurna mungkin guna meraih makrifat Allah.
Cinta bertemu Ramadhan, berarti cinta bertemu dengan Allah. Maka jelaslah bahwa Allah juga akan membukakan pintu rahmat dan magfirahnya seluas langit dan bumi. Pada bulan suci ini pintu-pintu neraka dikunci, dan pintu surga dibentangkan buat sang pecinta. Maka pecinta sejati tak akan membiarkan bulan “cinta” ini berlalu begitu saja tanpa makna. Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun mencintai pertemuan dengannya. Dan barang siapa tidak mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun tidak mencintai pertemuan dengannya.” (HR. Bukhari).
Dalam Ihya Ulumuddin, Al-Ghazali mengatakan: “Adalah sebuah kebohongan besar jika seseorang mencintai sesuatu, namun dia tidak memiliki kecintaan pada yang dicintainya itu.” Dan bukti cintai inilah yang diperlihatkan Nabi Ibrahim ketika Allah memerintahkan pada Ibrahim untuk mengorbankan Ismail sang buah hatinya kepada Allah. Atau ketika Masyitah harus rela anak dan dirinya dimasukkan ke dalam air mendidih, karena cintanya yang tiada tara pada Allah.
Seluruh sifat-sifat indah itu hanya dimiliki oleh manusia pilihan, yang tidak akan tergerus oleh kemilau duniawi apa pun yang ditawari untuk menaklukkannya. Karena kecintaannya kepada Allah melebihi dari segalanya. Maka pada bulan suci ini, mari kita merayakan “kebebasan” untuk merengkuh kasih sayang Allah. Dengan berlomba-lomba meraih “bonus” yang Allah berikan. Maka segala usaha dan upaya apa pun akan kita tempuh untuk menuju keimanan dan ketakwaan (tahallli), serta sekaligus membersihkan diri dari kita dari dari sifat-sifat tercela yang disebut dengan tahalli. Alangkah indahnya jika sifat-sifat tahalli, bagian dari penyucian jiwa ini, dapat kita implementasikan bukan hanya di bulan suci Ramadhan saja, namun kapan dan di mana pun kita berada.

Semua bisa terjadi

Sahabat Bloger yang terhormat.......salam perjuangan hidup,
“Wahai manusia, sungguh telah datang pada kalian bulan dengan membawa berkah, rahmat, dan magfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya adalah hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam yang paling utama. Jam-jamnya adalah jam yang paling utama.”
ITULAH pesan Rasulullah saw saat menyambut bulan suci Ramadhan, dan yang mengisyatkan bahwa puasa bukanlah sekadar rutinitas seremonial tahunan untuk menahan lapar dan dahaga saja sepanjang hari mulai fajar hingga tenggelamnya matahari. Dimensi puasa sesungguhnya adalah suatu ekspresi kesadaran cinta hamba-Nya kepada Sang Khalik. Maka sudah sepantasnya kita menyambut Ramadhan dengan segenap rasa rindu dan cinta.
Karena tanpa rindu dan cinta, mustahil kita bisa memasuki relung bulan suci ini dengan segenap jiwa dan kerelaan untuk berkorban secara lahir dan batin. Ekspektasinya adalah tentu penyerahan diri secara totalitas kepada Allah swt. Jika rasa rindu dan cinta itu dapat kita wujudkan, maka dawai-dawai indah Ramadhan akan berdenting setiap saat, dan kita merasakan betapa indahnya kelaparan dan kehausan yang menjelama dalam bentuk takluknya hawa nafsu demi untuk meraih sebuah keridhaan kepada Allah.
Jika untuk urusan dunia, terkadang kita bisa mengorbankan apa saja untuk meraihnya. Ketika keinginan untuk membeli mobil baru begitu besar hasrat yang melanda, maka kita rela menjual apa saja asalkan kita bisa memilikinya. Tak jarang, agar benda yang kita inginkan tersebut bisa terwujud, maka ada yang rela gajinya dipotong setiap bulan, dan dengan sendirinya jatah untuk keperluan sehari-hari pun harus terkorbankan.
Menabung amal
Tanpa rasa rindu dan cinta, mustahil kita dapat “memadu kasih” dengan segenap jiwa kita pada bulan Ramadhan ini, kecuali cinta yang lahiriah saja yang kita nikmati. Padahal Allah telah memberikan garansi bahwa pada bulan nan agung inilah, kita dapat memperbanyak tabungan amal ibadah sebanyak-banyaknya, asalkan kita mampu melakukannya sesuai dengan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Allah akan menempatkan hamba-hamba yang taat ini (al-shaim) pada derajat tertinggi dalam meraih segala kemuliaan dan kemudahan di akhirat kelak. Karena pada bulan inilah kita dapat memohon segala pengharapan sesuai dengan firman Allah Swt: “Dan Tuhanmu menciptakan apa saja yang dikehendaki dan memilih apa saja yang dikehendaki.” (QS. Al-Qashash: 68).

Rabu, 08 Juli 2015

Menjadikan Al-Quran Petunjuk Hidup


Hasil gambar untuk al quran

Ramadhan sering disebut dengan syahrul-Qur’ân karena pada bulan inilah al-Quran diturunkan. Karena itu setiap tahun, pada bulan Ramadhan, umat Islam mengadakan Peringatan Nuzul al-Quran. Dalam momentum Peringatan Nuzulul Quran pula, tampaknya tetap penting dan relevan untuk melakukan perenungan di seputar al-Quran. Apalagi saat ini, saat kondisi kehidupan umat ini sedang didera oleh aneka problem di berbagai sendi kehidupan mereka, dan mereka tengah mencari jalan keluar dari aneka problem itu; tentu perenungan itu makin tampak mendesak dan penting.
Al-Quran Sebagai Petunjuk
Allah SWT telah menjelaskan untuk apa al-Quran diturunkan:
﴿شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ﴾
Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia serta sebagai penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (TQS al-Baqarah [2]: 185).
Imam ath-Thabari di dalam Jâmi’ al-Bayân fi Ta’wîl al-Qur’ân menjelaskan: “Hudâ li an-nâs” bermakna: sebagai petunjuk untuk manusia ke jalan yang benar dan manhaj yang lurus. “Wa bayyinâti” bermakna: yang menjelaskan “petunjuk”, yakni berupa penjelasan yang menunjukkan hudud Allah SWT, kefardhuan-kefardhuan-Nya serta halal dan haram-Nya. Adapun firman Allah “wa al-furqân” bermakna: pemisah antara kebenaran dan kebatilan.
Syaikh Atha’ bin Khalil Abu ar-Rasytah di dalam Taysîr fî Ushûl at-Tafsîr juga menjelaskan: “Hudâ li an-nâs” bermakna: menunjuki mereka pada kebenaran dan jalan yang lurus. “Wa bayyinâti min al-hudâ” bermakna: sebagai bukti-bukti yang qath’i dan mukjizat bahwa al-Quran merupakan petunjuk yang telah diturunkan oleh Allah SWT. Adapun “wa al-furqân” bermakna: yang membedakan antara kebenaran dan kebatilan, antara yang baik dan yang buruk dan antara amal-amal salih dan amal amal buruk.
Sebagai petunjuk bagi manusia untuk menjalani kehidupan, al-Quran memberikan penjelasan atas segala sesuatu. Allah SWT menegaskan:
﴿ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ ﴾
Kami telah menurunkan kepada kamu al-Kitab (al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu, juga sebagai petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi kaum Muslim (TQS an-Nahl [16]: 89).
Imam al-Baghawi di dalam tafsir Ma’âlim at-Tanzîl menjelaskan, “Al-Quran merupakan penjelasan atas segala sesuatu yang diperlukan berupa perintah dan larangan, halal dan haram serta hudud dan hukum-hukum.”
Dengan mengutip Ibn Mas’ud ra., Imam Ibnu Katsir di dalam Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhim juga menjelaskan, “Sesungguhnya al-Quran meliputi segala pengetahuan yang bermanfaat berupa berita tentang apa saja yang telah lalu: pengetahuan tentang apa saja yang akan datang: juga hukum tentang semua yang halal dan yang haram serta apa yang diperlukan oleh manusia dalam perkara dunia, agama, kehiduan dan akhirat mereka.”
Al-Quran secara hakiki merupakan petunjuk bagi manusia. Namun, al-Quran tidak serta-merta secara riil berperan menjadi petunjuk kecuali jika memang diperhatikan dan dijadikan sebagai panduan, pedoman dan petunjuk. Itulah saat peringatan-peringatannya diindahkan, pelajaran-pelajarannya diperhatikan, perintah-perintahnya dijalankan, larangan-larangannya dijauhi dan ditinggalkan, ketentuan-ketentuannya diikuti, hukum-hukumnya serta halal dan haramnya diterapkan dan dijadikan hukum untuk mengatur kehidupan. Al-Quran yang secara hakiki menjadi penjelasan atas segala sesuatu sekaligus menjadi solusi problem kehidupan akan secara riil menjadi penjelasan dan solusi jika penjelasanya diambil dan solusi-solusinya dijalankan. Dengan kata lain, al-Quran akan benar-benar menjadi petunjuk, penjelasan dan solusi jika kita menjalani hidup dengan al-Quran dan mengelola kehidupan sesuai dengan al-Quran.
Merealisasikan al-Quran Sebagai Petunjuk
Saat Allah SWT menjelaskan al-Quran sebagai petunjuk bagi kaum bertakwa dan bagi umat manusia, di situ terkandung perintah agar kita menjadikan al-Quran secara riil sebagai petunjuk. Allah SWT pun sudah mengutus Rasulullah Muhammad saw. untuk menyampaikan al-Quran kepada kita, menjelaskannya segamblang-gamblangnya serta memaparkan bagaimana menjalankan al-Quran itu di tengah kehidupan dan bahkan memberikan contoh praktis pelaksanaannya.
Dengan itu semua, kita yang mengimani Allah SWT yang menurunkan al-Quran, mengimani Rasulullah Muhammad saw. yang membawa dan menjelaskan al-Quran serta mengimani al-Quran itu sendiri, tidak selayaknya enggan menjadikan al-Quran sebagai petunjuk di dalam kehidupan kita. Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang terancam dengan pengaduan Rasul saw. kepada Allah SWT, sebagaimana dinyatakan di dalam al-Quran:
﴿ وَقَالَ الرَّسُوْلُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوْا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُوْرًا ﴾
Berkatalah Rasul, “Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan al-Quran itu sebagai sesuatu yang diabaikan.” (TQS al-Furqan [25]: 30).

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di di dalam tafsir Taysîr ar-Rahmân fî Tafsîr Kalâm al-Mannân menjelaskan: “Tuhanku, sesungguhnya kaumku”, yakni yang kepada merekalah Engkau utus aku untuk menunjuki mereka dan menyampaikan al-Quran kepada mereka, “telah menjadikan al-Quran itu sebagai sesuatu yang diabaikan”, yakni: mereka berpaling, abai dan meninggalkan al-Quran. Padahal wajib bagi mereka terikat dengan hukum-hukumnya, patuh pada hukum-hukumnya dan berjalan di belakangnya.
Imam Ibnu Katsir menjelaskan berbagai bentuk tindakan dan sikap hajr al-Qur’ân (mengaiabikan al-Quran). Di antaranya adalah meninggalkan ilmunya dan tidak menghapalnya; menolak untuk mengimani dan membenarkan al-Quran; enggan menyimak dan mendengarkannya, bahkan membuat kegaduhan dan pembicaraan lain sehingga tidak mendengar al-Quran saat dibacakan; tidak men-tadabburi dan tidak memahami al-Quran; enggan mengamalkan dan mematuhi perintah dan larangannya; serta berpaling dari al-Quran lalu berpaling pada selainnya baik berupa syair, ucapan, nyanyian, permainan, ucapan, atau thariqah yang diambil dari selain al-Quran
Dalam upaya menjadikan al-Quran sebagai petunjuk, kita dilarang keras membeda-bedakan isi al-Quran. Kita dilarang keras mengimani sebagian dan menolak sebagian ayat-ayatnya. Kita dilarang keras memilih-milih dan memilah-milah kandungan al-Quran sehingga sebagian diambil, dipedomani dan diterapkan; sementara sebagian lainnya diabaikan dan tidak diterapkan dengan berbagai dalih dan alasan.
Kandungan dan hukum-hukum di dalam al-Quran itu ada yang ditujukan untuk individu dan bisa dijalankan secara individual, ada yang ditujukan untuk kelompok atau jamaah dan harus dilakukan secara kelompok atau jamaah, juga ada yang hanya bisa dilaksanakan oleh pemimpin yang memegang kekuasaan negara.
Firman Allah SWT “Kutiba ‘alaykum ash-shiyâm (Telah diwajibkan atas kalian berpuasa)” jelas bisa dilaksanakan secara individual meski pelaksanaan syiar puasa secara sempurna tidak bisa hanya individual melainkan harus melalui negara, seperti penentuan awal dan akhir Ramadhan.
Firman Allah SWT “Kutiba ‘alaykum al-qitâl (Telah diwajibkan atas kalian berperang)” bisa dijalankan oleh individu maupun kelompok. Namun, pelaksanaan perang itu pun hanya sempurna jika dilakukan melalui kekuasaan negara seperti pembentukan angkatan perang, pembangunan persenjataan, pendirian akademi militer, dsb.
Adapun firman Allah SWT “Kutiba ‘alaykum al-qishâsh fî al-qatla (Telah diwajibkan atas kalian hukumqishah dalam kasus pembunuhan)” tidak boleh diterapkan oleh individu ataupun kelompok, tetapi harus dijalankan melalui pemimpin (khalifah) yang memegang kekuasaan negara.
Ketiga contoh hukum al-Quran tersebut adalah sama, tidak ada perbedaan di antaranya, bahkan diungkapkan dengan redaksi yang mirip. Begitulah semua hukum al-Quran. Semuanya punya posisi yang sama. Dengan kata lain, semua hukum Islam berkedudukan sama. Sama-sama wajib dilaksanakan.
Wahai Kaum Muslim:
Dengan demikian tampak jelas dan gamblang bahwa upaya menjadikan al-Quran sebagai petunjuk tidak akan sempurna hanya oleh individu dan kelompok atau jamaah saja, tetapi harus melibatkan peran negara. Caranya adalah dengan menerapkan hukum-hukum al-Quran atau syariah Islam secara formal melalui kekuasaan negara. Untuk itu negara dan sistem kenegaraannya haruslah berlandaskan pada akidah Islam. Negara itu haruslah Khilafah Rasyidah ‘ala minhaj an-nubuwwah, sebagaimana telah dinyatakan di dalam hadis Rasulullah saw. Karena itu menerapkan syariah Islam secara menyeluruh di bawah sistem Khilafah Rasyidah ‘ala minhaj an-nubuwah adalah prasyarat untuk bisa menjadikan al-Quran sebagai petunjuk secara hakiki, sempurna dan riil di tengah kehidupan. Itulah yang mesti diperjuangkan oleh kita semua, umat Islam, agar upaya menjadikan al-Quran sebagai petunjuk tidak sekedar klaim; agar keimanan kita pada al-Quran sempurna; juga agar kita menjadi kaum yang layak untuk dimuliakan dengan al-Quran. Rasul saw. bersabda:
«إنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَاماً وَيَضَعُ بِهِ آخَرِيْنَ»
Sesungguhnya Allah meninggikan dengan al-Quran ini banyak kaum dan merendahkan banyak kaum lainnya(HR Muslim).
WalLâh a’lam bi ash-shawâb[]

[Al-Islam edisi 764, 23 Ramadhan 1436 H – 10 Juli 2015 M]

Renungan Menyambut Idul Fitri: Bersama Umat Tegakkan Khilafah ar-rasyidah

Renungan Menyambut Idul Fitri:  Bersama Umat Tegakkan Khilafah ar-rasyidah
Namun, di tengah rasa bahagia itu, kita tidak boleh melupakan kondisi umat Islam terkini, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Pasalnya, masih banyak persoalan datang silih berganti seakan-akan tidak mau berhenti.
Ekonomi Terus Memburuk
Di dalam negeri kebijakan-kebijakan neoliberalisme terus menggila. Harga-harga barang dan jasa terus naik. Harga BBM lebih dulu naik akibat subsidi BBM dicabut. Harga gas elpiji naik. Tarif listrik juga naik. Bahkan tahun 2016 mendatang subsidi listrik untuk pelanggan Rumah Tangga 450 watt dan 900 watt akan dihilangkan. Artinya, pelanggan Rumah Tangga 450 watt dan 900 watt nantinya harus membayar hampir dua kali lipat dari tarif listrik yang dibayar saat ini. Masih banyak masalah lainnya yang menimpa hampir di semua sektor. Para penguasa seakan-akan tak peduli lagi dengan rakyatnya. Mereka mencabut subsidi seenaknya walaupun rakyatnya sudah sangat menderita.
Kita juga melihat nilai tukar dolar AS semakin kuat, sementara nilai rupiah makin melemah. PHK (pemutusan hubungan kerja) mulai merajalela akibat lesunya perekonomian di negeri ini. Sebagian ekonom malah memperingatkan, jika kondisi ekonomi saat ini terus berlanjut, maka negeri ini akan masuk dalam resesi ekonomi. Krisis ekonomi pun siap melanda.
Anehnya, dalam situasi ini, sikap penguasa terhadap perusahaan asing justru sebaliknya. Contohnya terhadap PT Freeport yang menguasai tambang emas, perak dan tembaga di Papua. Tambang yang dalam syariah Islam seharusnya menjadi milik kita bersama (milkiyyah ‘âmmah), dieksploitasi secara rakus oleh PT Freeport yang banyak melanggar aturan yang ada. Sudah tiga tahun (tahun 2012, 2013 dan 2014) PT Freeport tidak membayar dividen kepada Pemerintah Indonesia. Tahun ini pun PT Freeport gelagatnya juga tidak akan membayar deviden kepada Pemerintah. Alasannya untuk investasi. PT Freeport juga tidak kunjung membangun smelter untuk mengolah bahan mentah. Anehnya, meski sudah banyak melanggar peraturan yang ada, PT Freeport tetap dibiarkan saja oleh Pemerintah. Bahkan Pemerintah tunduk tak berdaya dan justru menjadi pelayannya. Buktinya, Pemerintah malah akan memperpanjang izin operasi PT Freeport selama 20 tahun lagi di Papua. Izin operasi Kontrak Karya (KK) akan diubah menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Itu hanyalah berganti nama, namun hakikatnya sama. Intinya, PT Freeport tetap leluasa mengeruk kekayaan milik rakyat di Bumi Papua. Jika percepatan IUPK itu bisa dilakukan pada 2015, artinya PT Freeport masih diizinkan merampok kekayaan kita 20 tahun lagi hingga tahun 2035. Bahkan sesuai UU Minerba, jika IUK sudah di dapat, PT Freeport punya hak memperpanjang izin tersebut dua kali sepuluh tahun. Jika semua itu terjadi, PT Freeport akan terus mengeruk kekayaan milik rakyat itu hingga tahun 2055.
Dunia Islam Makin Memprihatinkan
Kondisi umat Islam di luar negeri juga masih sangat memprihatinkan. Jangan lupakan saudara-saudara kita para pejuang syariah dan Khilafah yang ditindas diktator brutal Uzbekistan! Jangan lupakan saudara-saudara kita Muslim Rohingnya yang sengsara terombang-ambing di tengah lautan! Jangan lupakan saudara-saudara kita di Mesir yang ditindas oleh Presiden Jenderal al-Sisi yang telah menjadi tiran! Jangan lupakan saudara-saudara kita di Suriah yang dibunuh dan diperangi oleh pemimpinnya sendiri, Basyar Assad, yang menjadi setan! Semuanya mendapat dukungan penuh dari gembong kekufuran, yakni AS dan komplotannya.
Sungguh, kita tidak boleh mengabaikan kondisi umat yang demikian. Kita adalah umat yang satu. Penderitaan umat Islam di mana pun di muka bumi ini hakikatnya adalah penderitaan kita bersama sebagai satu umat. Rasulullah saw. pernah bersabda:
«اَلْمُسْلِمُوْنَ كَرَجُلٍ وَاحِدٍ إِنْ اِشْتَكَى عَيْنُهُ اِشْتَكَى كُلُّهُ وَإِنْ اِشْتَكَى رَأْسُهُ اِشْتَكَى كُلُّهُ»
Kaum Muslim itu laksana seorang laki-laki. Jika sakit matanya maka seluruh tubuhnya akan merasa sakit. Jika sakit kepalanya maka seluruh tubuhnya akan merasa sakit pula (HR Muslim).
Syariah Islam sebagai Solusi
Sesungguhnya Islam memiliki solusi tuntas untuk mengatasi kondisi umat yang masih memperihatinkan di atas. Kondisi umat itu dapat diumpamakan seperti orang yang sakit. Obatnya yang pas dan mujarab hanyalah syariah Islam saja.
Syariah Islam telah mengharamkan kebijakan-kebijakan neoliberalisme yang menimbulkan derita. Kebijakan neoliberalisme itu lahir dari neoimperialisme (penjajahan gaya baru) dari negara-negara kafir penjajah, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga mereka seperti IMF, WTO, ADB, dan Bank Dunia. Adanya dominasi dan penguasaan pihak asing atas kita ini sebenarnya telah diharamkan oleh Allah SWT, sesuai firman-Nya:
]وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلاً [
Allah sekali-kali tidak akan pernah memberikan jalan bagi kaum kafir untuk menguasai kaum Mukmin (TQS an-Nisa` [4]: 141).
Syariah Islam juga telah mewajibkan kita mengelola tambang-tambang besar, seperti di Papua, sebagai milik kita bersama (milkiyyah ‘âmmah), bukan sebagai milik pribadi yang dapat dieksploitasi oleh korporasi (perusahaan) swasta. Nabi saw. terbukti pernah membatalkan pemberian tambang kepada pribadi yang depositnya sangat besar. Ibn al-Mutawakkil menuturkan riwayat dari Abyadh bin Hamal yang bertutur bahwa:
أَنَّهُ وَفَدَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَاسْتَقْطَعَهُ الْمِلْحَ – قَالَ ابْنُ الْمُتَوَكِّلِ الَّذِى بِمَأْرِبَ – فَقَطَعَهُ لَهُ فَلَمَّا أَنْ وَلَّى قَالَ رَجُلٌ مِنَ الْمَجْلِسِ أَتَدْرِى مَا قَطَعْتَ لَهُ إِنَّمَا قَطَعْتَ لَهُ الْمَاءَ الْعِدَّ. قَالَ فَانْتَزَعَ مِنْهُ
Ia pernah datang kepada Rasulullah saw. Lalu ia meminta (tambang) garam—Ibn al-Mutawakkil berkata, “Yang ada di Ma’rib.” Beliau lalu memberikan tambang itu kepada dia. Ketika dia (Abyadh bin Hamal) pergi, seseorang di majelis itu berkata, “Apakah Anda tahu apa yang Anda berikan? Sungguh, Anda telah memberi dia (sesuatu laksana) air yang terus mengalir.” Ibn al-Mutawakkil berkata, “Rasul lalu menarik kembali (tambang itu) dari dia (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi dan al-Baihaqi). 
Syariah Islam juga telah mewajibkan kita untuk memberikan pertolongan kepada saudara sesama Muslim yang menderita, seperti Muslim Rohingya, sesuai firman-Nya:
] وَإِنْ اسْتَنصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمْ النَّصْرُ[
Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam (urusan pembelaan) agama maka kalian wajib memberikan pertolongan (TQS al-Anfal [7]: 72).
Pentingnya Khilafah
Pertanyaannya, bagaimana caranya agar syariah Islam dapat berfungsi efektif mengatasi masalah-masalah umat yang ada? Di sinilah kita harus memahami, bahwa syariah Islam memerlukan sebuah negara yang menerapkannya. Itulah yang dinamakan Khilafah ar-Rasyidah. Hanya dalam negara Khilafah ar-Rasyidah saja syariah Islam dapat diterapkan secara seutuhnya.
Tanpa Khilafah ar-Rasyidah mustahil umat Islam dapat lepas dari neoliberalisme dan neoimperialisme yang terus menjadi sumber derita. Tanpa Khilafah ar-Rasyidah tidak mungkin kita dapat mengelola sumberdaya alam umumnya dan tambang khususnya dengan baik agar rakyat hidup sejahtera. Tanpa Khilafah ar-Rasyidah tidak mungkin kita dapat secara sempurna menolong saudara-saudara kita yang tertindas oleh para penguasa yang durjana. Maka dari itu, semua kaum Muslim harus berjuang bersama menegakkan Khilafah ar-Rasyidah.
Sesungguhnya Khilafah ar-Rasyidah bukanlah ajaran asing bagi kita. Khilafah ar-Rasyidah adalah kewajiban yang telah disepakati oleh para ulama kita meskipun keberadaannya sejak tahun 1924 di Turki telah sirna akibat persekongkolan Inggris, gembong penjajah, dengan Mustafa Kamal Attaturk yang menjadi anteknya.
Insya Allah, Khilafah ar-Rasyidah akan segera tegak kembali meskipun negara kafir Amerika dan antek-anteknya membencinya. Pasalnya, kembalinya Khilafah adalah janji Allah SWT kepada kita:
]وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي اْلأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ …[
Allah telah berjanji kepada orang-orang beriman dan beramal salih di antara kalian, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; juga akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai untuk mereka…(TQS an-Nur [24]: 55). 
Kepastian bahwa Khilafah ar-Rasyidah bakal kembali tegak juga sudah disampaikan oleh Rasulullah saw. sebagai berita gembira melalui sabdanya:
«ثُمَّ تَكُوْنُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ»
Kemudian (setelah masa penguasa diktator/mulkan jabriyyat[an]) akan ada kembali Khilafah yang mengikuti jalan kenabian (HR Ahmad dan al-Bazzar).
WalLâh a’lam bi ash-shawâb[]


Berbuat Baik Kepada orang tua

Orang tua kandung kita sampai kapanpun tak akan pernah tergantikan oleh siapapun juga. Terlebih ibu kandung kita, tak mungkin waktu kembali lalu kita dilahirkan kembali dengan seorang ibu lainnya. Tak kalah pentingnya juga peran ayah kita sebagai pilot rumah tangga yang bertanggung jawab penuh pada navigasi, keselamatan, dan juga keberlangsungan hidup dari seluruh penumpangnya dalam hal ini tentu saja salah satunya adalah kita sebagai anggota keluarganya.

Seluruh hidup mereka pun dipertaruhkan demi anaknya, kasih sayangnya tak akan pernah lekang oleh waktu dan keadaan. Mereka akan selalu mencurahkan air mata penghias do’a-do’a mereka untuk kebahagiaan hidup seluruh anak-anaknya.

Tentu saja hal ini harus menjadi hal yang tidak boleh kita sia-siakan terlebih bagi kita yang kebetulan kedua orangtuanya masih hidup. Walaupun kita saat ini sudah berkeluarga namun bhakti anak kepada kedua orang tua tidak boleh kita lupakan. Beberapa hal yang dapat kita lakukan dalam rangka berbuat baik kepada orang tua di saat kita sudah menikah, sudah berkeluarga, atau bahkan juga sudah memiliki anak di antaranya :

1.   Tetap mendengar nasehat orang tua, tidak membantah meskipun berbeda prinsip, akan tetapi tetap menghormati nasehat-nasehat tulus mereka. Tentu saja selanjutnya akan kita pertimbangkan bagaimana mengambil langkah-langkah tepat yang baik tanpa harus menyakiti hati mereka.

2.   Membantu secara ekonomis semampu kita dengan persetujuan pasangan hidup kita, tanpa menutup-nutupinya. Dan jika perlu jika kita kebetulan memiliki rezeki yang berlebih sisihkan kepada orang tua kita dan juga mertua kita sejumlah nominal yang sama ataupun membelikan sesuatu yang sama dan senilai pula. Ini penting untuk menjaga keharmonisan bukan hanya pada keluarga kecil kita akan tetapi juga antar kedua belah pihak keluarga besar antar besan.

3.   Sempatkan berkomunikasi secara rutin kepada orang tua, baik terkait masalah ekonomi, kesehatan, kabar lain, dan jika perlu selalu minta nasehat dan do’a pada mereka di setiap akhir sesi komunikasi.

4.   Jangan pernah menyalahkan apapun yang telah dilakukan kedua orang tua kepada kita di masa lalu, percayalah itu semua dilakukan mereka dulu memiliki tujuan yang baik bagi kita.
                                                                                                                        
Dan selain beberapa hal yang telah saya uraiakan di atas, masih ada beberapa hal lain yang intinya keluarga kita yakni pasangan hidup kita, dan juga bagi anak kita, hubungan baik tetap terjalin. Minimal jikapun kebetulan saat ini kita belum bisa membantu meringankan beban kedua orang tua kita karena keadaan kita pun sedang mengalami kesulitan, namun setidaknya kita tidak menambah beban pikiran kedua orang tua kita dengan menyampaikan alasan-alasan jujur yang logis, serta tidak mengesampingkan cara berkomunikasi yang baik kepada kedua orang tua kita atapun mertua kita. Semoga bermanfaat dan terimakasih… Salam Hafit Bokko