Minggu, 25 Januari 2015

Nikmat Sabar


Seluruh puji hanyalah milik DIA, DZAT yang kasih-sayang-NYA kita rasakan dalam setiap detik kehidupan yang kita jalani, melebihi kasih sayang siapapun di jagat raya ini. DZAT yang tidak pernah melupakan kita barang sedetikpun dan tidak pernah menjauhi kita barang sejengkalpun. Bagaimana DIA akan lupa dan jauh, sementara jantung kita ini DIA-lah yang menghidupkannya, peredaran darah kita DIA-lah yang mengaturnya, pencernaan, paru-paru dan ginjal dan setiap mili tubuh ini, DIA pula yang mengatur dan mengurusnya, yang tidak pernah bisa dilakukan oleh siapapun selain DIA.

Saudaraku, kita semua menyadari bahwa dalam kehidupan ini apa-apa yang terjadi pada diri kita tidaklah senantiasa sesuai dengan keinginan, harapan dan rencana kita. Susah dan senang, tangis dan tawa, datang silih berganti. Hal ini disebabkan karena yang akan terjadi adalah apa-apa yang ALLOH kehendaki, dan bukan yang kita kehendaki. Jika DIA menghendaki sesuatu maka pasti akan terjadi, dan jika DIA tidak menghendakinya pasti tidak akan terjadi.

ALLOH menghendaki dunia ini sebagai tempat bertemunya dua hal yang saling berlawanan, dua jenis yang saling bertolak belakang: yang baik dengan yang buruk, yang benar dengan yang salah, kebaikan dengan kerusakan, kebahagiaan dengan kesedihan, pria dan wanita, yang kaya dengan yang miskin, yang ‘alim dengan yang awam, malam dengan siang. Dan jika kita mau mentafakurinya, maka justru inilah wujud kasih sayang ALLOH kepada kehidupan ini yang tiada taranya. Kita tidak akan bisa membayangkan apa jadinya kehidupan ini tanpa adanya perbedaan. Niscaya akan hancurlah kehidupan ini sejak awal diciptakannya.

Dan setelah itu, ALLAH akan mengumpulkan semua yang baik, yang benar, kebaikan dan kebahagiaan itu di surga. Adapun yang buruk, yang salah, kerusakan dan kesedihan akan dikumpulkan di neraka. “Dunia ini terlaknat, dan terlaknat semua yang ada di dalamnya kecuali berdzikir kepada ALLAH dan semua yang berkaitan dengannya, seorang yang ‘alim dan seorang yang belajar”, begitu Rasulullah bersabda.

Di samping itu pula, ketahuilah wahai saudaraku, bahwa apa-apa yang akan terjadi dan akan kita temui dalam kehidupan ini, seluruhnya telah berada dalam ketetapan dan kehendak-NYA. Lihatlah ALLOH berfirman:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الأرْضِ وَلا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا 

“tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.” (QS. Al-Hadiid, 57:22)

Tinta pena telah mengering, lembaran-lembaran catatan ketentuan telah disimpan, setiap perkara telah diputuskan dan takdir telah ditetapkan. Maka,

قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا 

“Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan ALLOH untuk kami...".” (QS. At-Taubah, 9:51)

Tapi kita tidak perlu khawatir, takut dan cemas; karena tiada seorang pun yang kasih sayangnya kepada kita melebihi kasing sayang ALLOH, bahkan termasuk kasih sayang kita kepada diri kita sendiri. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi kita untuk takut akan hal-hal yang telah menjadi ketetapan ALLOH, kecuali kalau kita tidak mempercayai-NYA. Yang perlu kita takutkan adalah kita tidak bisa memberikan karya terbaik kita kepada ALLOH sebagai wujud pengabdian kita kepada-NYA.

Tidak ada keinginan yang paling baik selain keinginan ALLOH. Tidak ada ketetapan yang paling baik selain ketetapan ALLOH. Jadi, apa-apa yang telah ALLOH tetapkan untuk kita, itu pasti yang terbaik. Kalaupun seringkali kita memandangnya sangat buruk, itu karena kita acap kali menilai baik dan buruk itu berdasarkan pandangan hawa nafsu dan keinginan saja, bukan berdasarkan pandangan ALLOH. 

Padahal belum tentu apa yang diinginkan oleh kita itu baik buat kita dan apa-apa yang kita benci itu buruk buat kita, justru bisa terjadi sebaliknya. Hal itu karena keterbatasan pengetahuan kita akan segala sesuatu. ALLOH SWT berfirman:

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ 

“Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah, 2:216)

Bahkan ALLOH SWT berfirman:

فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا 

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisaa, 4:19)

Karena kasih sayang-NYA, ALLOH akan paksakan sesuatu yang baik dalam pandangan-NYA untuk ditimpakan kepada kita. Sungguh pun itu akan membuat DIA disu’udzoni. Karena memang manusia akan memandang baik terhadap ketentuan ALLOH jika cocok dengan keinginan mereka, sementara ketentuan dari ALLOH yang tidak mereka inginkan mereka menganggap itu perkara yang buruk.
ALLOH SWT berfirman,

مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ 

“Apa-apa yang menimpamu dari perkara yang baik, maka sesungguhnya itu dari ALLOH, dan apa-apa yang menimpamu dari perkara yang buruk, itu dari nafsumu sendiri.” (QS. An-Nisa, 4:79)

Timbul pemikiran kita, “kalaulah ALLOH begitu menyayangi kita mengapa DIA tidak memberikan semua yang kita inginkan?”. Pemikiran seperti ini bisa dikatakan keliru, bahkan yang DIA berikan sebenarnya jauh lebih baik dari apa-apa yang kita inginkan. Bukankah yang kita inginkan belum tentu baik untuk kita?

Saudaraku, sesungguhnya ALLOH menyayangi, akan tetapi DIA tidak suka selalu memanjakan, mengapa? Karena ALLOH menginginkan tumbuhnya nilai-nilai yang mulia pada diri kita: kedewasaan, kesabaran, ketawakalan, kezuhudan, keteguhan, kepercayaan yang sangat tinggi kepada ALLOH dan sifat-sifat mulia lainnya. Yang mana hal ini tidak bisa diraih melalui kemanjaan. Bisakah seseorang mempunyai sabar kalau ia tidak diuji? Dari sisi mana kita bisa menilai kesabarannya?

Jika keyakinan tersebut tertanam kuat dalam jiwa dan kukuh bersemayam dalam hati, maka setiap bencana akan menjadi karunia, setiap ujian menjadi anugerah, dan setiap peristiwa menjadi penghargaan dan pahala, bahkan semua hal menjadi jalan untuk mendapatkan karunia teragung kelak di akhirat yaitu surga dengan segala kenikmatannya.

“Barang siapa yang oleh ALLOH dikehendaki menjadi baik maka ia akan diuji oleh-NYA” (Al-Hadits)

Oleh karena itu wahai saudaraku, tidak sepatutnya kita merasa putus asa, bingung apalagi frustasi ketika persoalan yang tidak sesuai dengan keinginan dan harapan, rapat membentang di hadapan kita. Karena apa-apa yang membentang di hadapan kita itu sebenarnya adalah hal terbaik dalam hidup kita sebagai pemberian DZAT yang Maha Pengasih Maha Penyayang.

Bahkan yang selayaknya kita lakukan adalah senantiasa bersyukur kepada-NYA dengan mempersembahkan karya terbaik selama hidup kita. Berusahalah sekuat tenaga untuk membuat ALLOH ridho dengan apapun yang kita lakukan! Jangan pernah membuat-NYA ‘kecewa’! Tunjukkalah kesabaran kita di hadapan-NYA! Jangan menunjukkan perasaan tidak senang dan ridho, karena tidak ada alasan bagi kita untuk berlaku seperti itu setelah semua yang ALLOH berikan untuk kita.

Saudaraku, bersabar diri merupakan ciri orang-orang yang menghadapi berbagai kesulitan dengan lapang dada, kemauan yang tinggi, ketabahan yang besar serta rasa syukur yang begitu dalam dengan mengoptimalkan ikhtiar di jalan-NYA dengan memfungsikan seluruh potensi ni’mat yang secara sempurna telah ALLOH berikan kepada mereka.
Lagi pula apakah kita memiliki solusi lain selain bersabar? Dan apakah kita memiliki senjata lain yang bisa kita gunakan selain kesabaran?

Karena itu, jangan pernah merasa gundah dan berputus asa dikarenakan suatu penyakit, kematian, kerugian harta, atau rumah terbakar. Betapapun, sesungguhnya Sang Maha Pencipta telah menentukan segala sesuatunya dan takdir telah bicara. Usaha dan upaya dapat sedemikian rupa, tetapi hak untuk menentukan tetap mutlak milik ALLOH Yang Maha Pengasih Maha Penyayang, Maha Adil dan Maha Bijaksana. Pahala tercapai, dan dosa sudah terhapus. Maka, berbahagialah orang-orang yang telah tertimpa musibah atas kesabaran dan kerelaan mereka terhadap Yang Maha Mengambil, Maha Pemberi, Maha mengekang lagi Maha Lapang.

Syaraf-syaraf akan terasa tegang, kegundahan jiwa tak akan reda, dan kecemasan di dada tak akan pernah sirna jika kita menghadapi sesuatu tanpa mempercayai ALLOH, tanpa kesabaran dan tanpa keridhoan.

Jangan biarkan diri larut dalam kesedihan, jangan mengira kita sanggup melakukan segala upaya untuk menahan tembok yang akan runtuh, membendung air yang meluap, menahan angin agar tak bertip, atau memelihara kaca agar tak pecah. Adalah tak benar bila semua dapat terjadi dengan paksaanku dan paksaanmu, karena apa yang telah digariskan akan terjadi, setiap ketentuan akan berjalan dan semua keputusan akan terbukti.

Tengoklah kanan-kiri: tidakkah anda menyaksikan betapa banya orang yang sedang mendapat cobaan; dan betapa banyaknya orang yang sedang tertimpa bencana? Telusurilah: di setiap rumah pasti ada yang merintih, dan setiap pipi pasti pernah basah oleh air mata.

Sungguh, betapa banyaknya penderitaan yang terjadi, dan betapa banyaknya pula orang-orang yang sabar menghadapinya. Maka kita bukan satu-satunya orang yang mendapat cobaan. Bahkan, mungkin saja penderitaan dan cobaan kita tidak seberapa bila dibandingkan dengan cobaan orang lain.

Adalah sepantasnya bila kita menjalani kehidupan ini dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Sebab kesabaran dan keikhlasan itulah yang membuat hidup ini terasa nikmat. Ketidak sabaran kita dalam menjalani hidup ini hanya akan membuat kita merana dan menderita tanpa pernah bisa merubah apapun yang telah menjadi kehendak-NYA.

Saudaraku, tidak ada obat yang paling mujarab, senjata paling ampuh untuk menghadapi hidup ini agar penuh ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan selain kesabaran dan keikhlasan hidup yang dilandasi kepercayaan yang totalitas kepada ALLOH SWT. Dan rasakanlah indah dan nikmatnya kesabaran itu.

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan).” 
(QS. Al-Baqarah, 2:214)


Sumber: 
Buletin Dakwah “Ihyaus Sunnah” Edisi 5 Tahun II
oleh: Ust. Aceng Miftah Rahmat., S.Si


makna hidup

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Al-Jabar Putra Hafit

DALAM hidup ini terdapat dua unsur yang saling berlawanan. Keduanya datang silih berganti seperti siang dan malam, senang dan susah, sehat dan sakit. Jika salah satu unsur tersebut tidak ada atau dihilangkan, maka kehidupan di dunia ini tidak dapat berjalan.
Di akhirat pun demikian, ada 2 hal yang saling berlawanan yaitu surga dan neraka. Namun bedanya jika di dunia kesenangan dan kesusahan menjadi satu, Sedangkan di akhirat keduanya dipisahkan. Orang baik tempatnya di surga bersama dengan segala kesenangan yang ada di dalamnya. Sedangkan orang jahat berada di neraka bersama dengan segala penderitaan yang telah disiapkan.
Kehidupan di surga layaknya kehidupan di dunia; ada langit, tanah, sungai, pepohonan, tempat tinggal, pakaian, pasar dan sebagainya. Tetapi kualitas dan kuantitasnya jauh berbeda dengan apa yang ada di dunia.
Selain itu, ada beberapa perbedaan yang sangat mencolok antara kenikmatan yang ada di surga dengan kenikmatan yang ada di dunia, diantaranya;
Pertama, di surga manusia tidak mungkin mati. kematian adalah sesuatu yang menyebabkan kenikmatan menjadi tidak bernilai. Untuk apa manusia mengejar kesenangan dan kenikmatan dunia jika toh ujung-ujungnya ia akan merasakan sakitnya kematian.
Orang yang hidupnya bergelimang harta dan kesenangan dunia tidak jauh berbeda dengan orang yang hidup miskin dan menderita ketika kematian menghampirinya. Yang akan membedakan hanyalah amal yang mereka lakukan selama hidup di dunia.
Kedua, di surga manusia tidak akan sakit. Sakit dalam bentuk apapun tidak akan ada lagi di surga. Hati yang terluka, kaki yang tertusuk duri dan tubuh yang terbaring lemah di peraduan hanya terjadi di dunia.
Ketiga, di surga manusia tidak menjadi tua. Kecantikan dan ketampanan akan segera pudar ketika manusia memasuki masa tua. Sampai detik ini pun belum ada obat-obatan yang mampu menjadikan kulit manusia tetap kencang dan cantik selamanya.
Maka dari itu, merugilah orang-orang yang menghabiskan harta dan umurnya hanya untuk mengejar kesenangan dunia. Karena tubuh ini semakin hari akan semakin tua dan kehidupan ini semakin hari akan semakin berat.
Keempat, di surga manusia tidak pernah sedih. Banyak sekali kejadian di dunia ini yang menyebabkan hati manusia bersedih. Entah itu kematian, kehilangan benda yang disayangi, kekurangan makanan dan yang lainnya. Itu terjadi karena kenyataan yang terjadi di lapangan sering tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh hati.
Berbeda dengan kehidupan di surga, setiap keinginan yang terbersit dalam pikirian akan dapat diwujudkan secara langsung tanpa harus shabar menunggu apalagi sampai mengalami kegagalan. Disana tidak ada sesuatupun yang tidak disukai oleh manusia yang menyebabkan hatinya bersedih. Semua sesuai dengan apa yang diinginkannya bahkan lebih.
Keempat perbedaan ini terangkum dalam hadits dari Abu Said al-Khudri dan Abu Hurairah r.a bahwasannya Rasulullah Saw bersabda: Seorang penyeru menyerukan (pada hari kiamat): sesungguhnya kalian hidup dan tidak akan mati selamanya, kalian sehat dan tidak akan sakit selamanya, kalian muda dan tidak akan tua selamanya, kalian bersenang-senang dan tidak akan bersedih selamanya. Itulah firman Allah Azza wa Jalla, “Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan.” (QS. al-A’raf: 43) (HR. Muslim No. 2837).
Kiranya keempat kelebihan ini sudah cukup untuk menjadikan kenikmatan dunia tidak ada artinya jika dibandingkan dengan surga. Maka dari itu, bershabarlah atas semua ujian hidup di dunia. Tetaplah bertaqwa kepada Allah Swt. dimanapun kita berada. [Azam/Islampos]

Kamis, 22 Januari 2015

Rizki


 

RIZKI HALAL ATAU HARAM


KEHIDUPAN DUNIA MENAWARKAN KESENANGAN SEMU YANG TIADA BATAS

Dan MANUSIA di `ANUGRAHI` Cobaan Berupa NAFSU Sebagai PENGIKUT SETIA Atas Semua Itu.

Berbagai TAWARAN MENGGIURKAN Pun Tak LUPUT MENYEMARAKKAN KELEZATAN DOSA.

Namun Sangat di Sayangkan Bahwa KeSemua Itu Berujung Pada NERAKA Yang MENGERIKAN.

Betapa BATIN MANUSIA Sering Kali TERLUPA Atas DOSA Yang NYATA Apa Lagi yang TERSAMAR.

Saat Kelalaian Malah di Anggap ATRAKSI HIBURAN Yang MENYENANGKAN.

Atau DOSA di NILAI Sebagai IMPROFISASI BRILIAN.

Maka KABUT HITAM PENUTUP PINTU HIDAYAH MANUSIA Pun Menjadi Terasa SESAK Untuk di LEWATI.

Bisakah KITA MENGAKAJI Ulang Sebentar Dan Melihat Kembali ke BELAKANG Jalan HIDUP Yang Selama ini telah KITA TEMPUH.

Adakah Barang HARAM Yang Telah KITA RELAKAN Menjadi Bagian Dari DARAH KITA Saat Ini...??

Dan atau Mungkin Bukan Hanya KITA...??

Jangan- Jangan SUAPAN DOSA Itu Telah KITA SUGUHKAN Kepada ANAK-ANAK KITA...??

Menghadirkan NERAKA Sebagai Bagian dari SARAPAN PAGI KITA Dan KELUARGA KITA.

Tentu Saja Bukan Mencerminkan CITA RASA Yang BAIK Dari ORANG TUA Yang PANTAS DITELADANI.

Bagaimana Mungkin ORANG TUA Yang BAIK Bisa Begitu EGOIS.

EGOIS...?

Ya, KEEGOISAN ORANG TUA Yang Dengan KESENANGAN Dan KEPUASAN PRIBADINYA Telah MENGUMPULKAN HARTA HARAM.

Yang Kemudian Memenuhi PERUT ANAK-ANAK Terkasih Yang Jelas- Jelas Tidak Tahu Menahu Tentang TINGKAH POLAH AYAH IBUNYA.

Parahnya Lagi, Jika Hal Itu di Sampaikan ORANG Lain Sebagai NASEHAT Bagi Mereka.

Sejuta DALIH Atas DASAR TANGGUNG JAWAB Pun Mengalir Dari MULUT.

Agar Terbuka Jalan Pemakluman ORANG Lain Atas DIRINYA.

Bagaimana Mungkin ORANG TUA TELADAN Akan BANGGA Mengajak ANAK-ANAK.

Untuk Secara BERJAMAAH NGEMIL KERIKIL NERAKA Sebagai RUTINITAS HARIAN.

Tentu Saja KITA Berharap Kepada ALLAH Agar Melindungi KITA.

Dari Menjadi Hambanya Yang Tergambarkan Seperti Hal Tersebut di Atas.

Untuk Mendapat RIZKI HALAL Atau HARAM..??

Bkanlah Tentang IDEALISME Atau Sekedar JARGON-JARGON Tak Berguna.

Kesemua itu adalah PENCERMINAN KUALITAS ORANG TUA Sebagai Seorang HAMBA.

Jangan Anggap Remeh Sebuah Pilihan.

Karena Hitungan ALLAH Yang Sangat Maha AKURAT Dalam Segala Hal.

Akan Memberikan Balasan Atas Apa Yang KITA Pilih Dengan Sangat Tepat Pula.

Saat Ini
Besok
Di Dunia
Atau Pun di Akherat.

Cepat Atau Lambat, BUMERANG Balasan Itu Akan Kembali Menimpa KITA.

Benar- Benar Tidak Ada Yang GRATIS Apa Lagi Tembus Dengan Cuma- Cuma Untuk Sebuah KEJAHATAN Ataupun KEBAIKAN.

Semua Akan Menuai Balasannya Sendiri-Sendiri Sesuai Dengan KADARNYA.

Usia KITA Akan MENUA

Dan KITA Tidak Akan Tahu Apa Yang Akan ALLAH Rencanakan Dalam EPISODE PENEMPUH JALAN Itu.

Beberapa ORANG Sengaja Menunggu UMUR Senja Mereka Untuk Memanen TANGIS PENYESALAN.

Sebagian Dari Mereka Mungkin Tak SADAR Atas PROSES MENUNGGU Itu.

Dengan Membiarkan DIRI LALAI Terus Menerus Dalam DOSA.

Hal Itu Sama Saja Mereka MEMBANGUN JALAN TAKDIR Mereka Selanjutnya.

Dan Kapan Tepatnya EPISODE KESEDIHAN Itu Akan Terjadi Tentunya Itu Hanya Masalah Waktu Saja.

Saat MATA Sudah BURAM Untuk MELIHAT

Saat LUTUT Tak Mampu Menopang Penuh BADAN Untuk MELANGKAH.

Dan Atau Malah Justru Saat HARTA Yang Seumur HIDUP Di KUMPULKANNYA Tenyata Tak Lagi Mengakrabinya.

Apa Lagi Yang Mampu di Capai Saat Itu

Kecuali Dengan Rahmat ALLAH SUBHANAHU WATA'ALA Yang Kembali Merengkuh KITA Dalam Sebuah KEBAHAGIAAN.

Hanya HATI Yang Penuh KESYUKURAN Yang Akan Dengan GAGAH BERANI MENATAP KENYATAAN.

Dan MEMANDANG Langkah TAKDIR Berikutnya Sebagai PERJUANGAN.

Bagi PRIBADI Seperti Ini

KEKURANGAN DI PANDANG Sebagai TANTANGAN Dengan IJIN ALLAH Akan Selalu Bisa di TAKLUKKAN.

PERJUANGAN Menghadiahi KELUARGA Dengan HIDANGAN KESENANGAN Dalam RIZKI Yang HALAL.

Walau Pun Dalam KETERBATASAN Akan Menjadikan KITA KEBANGGAAN KELUARGA.

KESELAMATAN DUNIA AKHERAT Yang KITA BANGUN Atas KELUARGA.

Menjadikan KITA Sebagai HARTA Yang Tak TERNILAI Bagi KELUARGA.

Sangat Lebih BERNILAI, Bahkan Lebih Dari NILAI HARTA Yang Telah KITA BERIKAN Untuk Mereka.

Hijab Alila originally shared:




 
1. innalillahi kita hidup di masa Islam serasa bara api, khsususnya bagi wanita | alhamdulillah, mereka tentu dapat pahala lipat-ganda

2. terutama saat aurat wanita diumbar, seolah bagian dari tuntutan masa | dan yang bersedia menutup aurat bagai benda museum purba

3. salut buat mereka yang mendekap cinta Allah lebih daripada rongrongan nafsu manusia | pecandu dunia yang mengukur hebatnya dari aurat yang dibuka

4. begitulah akhwat-akhwat yang hanya pada Allah takutnya | yang dirindukan pengagum Nabi, dicemburui bidadari surgawi

5. Islam memandang wanita makhluk agung, yang harus terlindung, dengan jilbab dan kerudung | agar terhormat bukan bermaksud mengurung atau memasung

6. karena itulah Rasul menasihati Asma binti Abu Bakar "tak layak wanita yang telah haid terlihat kecuali ini dan ini" (HR Abu Dawud)

7. "ini dan ini" | selagi mengucap, Rasul mengisyaratkan dengan batasan tangan, yaitu wajah dan tangannya, semudah itulah aurat wanita

8. tak hanya menentukan batas aurat wanita, Islam pun menuntun wanita tentang cara memilih pakaian penjaga auratnya | dengan kerudung dan jilbab

9. adapun kerudung, Al-Qur'an menyebutnya khimar | dan ia berhak menutup aurat kepala wanita sampai dengan batas dadanya (QS 24:31)

10. adapun jilbab, begitu sebutan Al-Qur'an, kita mengenalnya baju kurung atau jubah | ia menutup aurat sampai mata kaki (QS 33:59)

11. namun seringkali Muslim kita rancu, menyamakan antara jilbab sebagai kerudung | padahal keduanya berbeda, tak sekandung

12. mengenai batasan jilbab, izinkan kami rangkumkan pendapat Ibnu Katsir, Ibnu Mas'ud dan Ibnu Hazm, tentang apa itu jilbab

13. jilbab adalah pakaian penutup tubuh wanita, yang terulur, tidak berpotongan, tidak tembus pandang, dan tidak menampakkan lekuk tubuh

14. "..perempuan anshar keluar seakan-akan dari atas kepala mereka terdapat burung gagak, karena tertutup selimut" (HR Abu Dawud

15. dari hadits lain juga kita dapatkan bahwa syarat jilbab adalah menutupi mata kaki bagi wanita, tak mengapa bila sampai menyapu jalan

16. dan tambahannya, agar tak terlihat lekuk tubuh saat angin bertiup, atau karena sinar terik, hendaknya wanita juga kenakan mihnah

17. mihnah adalah pakaian yang biasa dipakai wanita di rumah, pelapis bagian dalam | dan bila ia keluar rumah, maka jilbab ditutupkan atas mihnah

18. bolehkah jilbab dan kerudung berwarna selain warna gelap? | bila itu tidak menyolok perhatian pria, dipersilahkan oleh syariah

19. perkenankan pula kami sampaikan keuntungan apa yang didapat akhwat kami yang menghormati dirinya dengan menutup auratnya

20. jelas lebih hemat, ringkas dan cepat | tak perlu sanggul yang memakan waktu dan mahal, tak perlu riasan yang risih

21. dengan menutup aurat, tanda kemajuan peradaban | justru yang tak menutup aurat tertinggal zaman karena menyamai pakaian zaman batu

22. mana yang akan dipilih pria berakal? | produk yang tersegel yang terlindung ataukah yg telah terbuka? pisang goreng atau lapis legit?

23. ini rahasia, pria yg tertarik pada wanita yang taat pada Allah, pastilah pria itu taat pada Allah pula | mengayomi, mengimami, memimpin

24. you're so special, limited edition, mungkin anda termasuk yang sedikit dan dianggap aneh | bukankah penghuni surga itu sedikit?

25. aman dari Allah dgn menutup aurat, ini yang utama | siapa yang merasa aman dari Allah di dunia, Allah janji akan buat dia takut di akhirat

26. subhanallah, camkan peringatan Rasulullah

"ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat, yaitu (yang pertama) suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan, (yang kedua) para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring, wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian"
(HR Muslim)

27. betul dengan menutup aurat, mungkin kita akan terasing | namun bukankah Rasul katakan Islam datang dan kembali terasing?

28. begitulah bara api di tangan kita, maka Rasul jamin "bahkan (pahala mereka berlipat) 50x org diantara kalian (shahabat)" (HR Abu Dawud)

29. Semoga Allah berikan kemudahan bagi akhwat kami tutupkan auratnya, dan istiqamah bagi yg telah melakukan, dan kesabaran bagi semua

30. lebih sedap dipandang, lebih enak dilihat | lebih jauh dari murka dan neraka dan lebih dekat pada surga dan ampunan, tutuplah aurat

31. dan satu saat dgn bangga anda katakan | "wahai suamiku, Demi Allah, hanya engkau satu-satunya makhluk Allah yang diizinkan menyaksikan aku seutuhnya"

Renungan harian


Ya Allah, hari ini kami semua bermunajat kepada-Mu pada kesempatan terakhir ini, ya Allah dengan kerendahan hati kami pada saat ini, ibu maafkanlah anakmu ini yang tidak bisa membalas semua yang telahh diberikan kepadamu, ayah yang sudah tiada anakmu ini hanya dapat mendo'akanmu semoga dalam kubur mendapat kesejukan.  jasa ibu tiada tara, pengorbanan ayah tak tertandingi, wahai kota semua apa yang telah kita persembahkan untuk kedua ibu dan bapak kita, cukupkah bakti kita, pemberian kita, jika dihitung maka hal itu hanyalah secul dari perjuangan mereka.  Ya Allah, aku sangat mengharapkan balasan yang setimpal untuk ayah dan bundaku.  ..........................