Mata itu sinkron ke hati. Jika hati lembut, perasa, dan sensitif mata
akan mudah menangis. Jika hati keras, ia akan sulit meneteskan air
mata.
“Allah Telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu)
Al-Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar
karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi
lembut kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah.
Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu dia menunjuki siapa yang
dikehendaki-Nya, dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada
baginya seorang pemimpin pun,” (QS Az-Zumar: 23).
Hati sesungguhnya diciptakan dalam keadaan lembut dan mudah
tersentuh. Namun seiring perjalanan waktu, banyak hal yang menjadi
bebal. Entah karena kemaksiatan atau jarang mengasahnya dengan ibadah
dan tafakur.
Maka jika hati sudah bebal, untuk melembutkannya
bukan pekerjaan ringan. Bahkan bagi sebagian orang ia lebih berat
ketimbang pekerjaan lain semisal bersedekah. Karena itu, Abdullah bin
Umar mengatakan, “Sungguh menangis karena takut kepada Allah lebih aku
cintai daripada bersedekah dengan 1000 dinar.” Mungkin maksud Abdullah
bin Umar, menangis karena Allah lebih berat dibanding bersedekah 1000
dinar.
Rasulullah berlindung dari hati yang keras dan tidak khusyu’.
اللهم إني أعوذ بك من علم لا ينفع ومن قلب لا يخشع ومن نفس لا تشبع ومن دعوة لا يستجاب لها. رواه مسلم
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak
bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak pernah
kenyang, dan dari doa yang tidak dikabulkan,” (HR. Muslim).
Agar hati menjadi lembut, peka, sensitif, khusyu’ dan mudah
meneteskan air mata karena takut dan rindu kepada Allah, maka seseorang
harus memahami penyebab pembebal hati. Inti dari pembebal hati ketika
seseorang memberikan porsi berlebihan atau melampaui batas pada lisan,
perut, dan syahwatnya.
Lima Penyebab Kerasnya Hati
1. Banyak bicara
Apa hubungan lisan dan hati? Lisan adalah duta hati. Islam
mengajarkan umatnya untuk bicara yang baik. Jika tidak bisa, maka diam.
Sebab keimanan seseorang terkait erat dengan sejauh mana seseorang
menjaga lisannya.
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang berimana kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata benar atau diam,” (HR. Muslim, Baihaqi dan lainnya).
Banyak bicara akan membebalkan hati. Sebab, semakin banyak bicara, kemungkinan akan semakin banyak salah.
Firman Allah, “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan
mereka kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh bersedekah,
berbuat ma’ruf, atau perdamaian di antara manusia,” (QS An-Nisa’:114).
Rasulullah
bersabda: “Beruntunglah orang yang dapat menahan kelebihan bicaranya,
dan menginfakkan kelebihan hartanya,” (HR. Baihaqi).
Ibrahim At Taymiy berkata: “Seorang mukmin ketika hendak berbicara,
ia berpikir dahulu, jika bermanfaat dia ucapkan, dan jika tidak maka
tidak diucapkan. Sedangkan orang fajir (durhaka) sesungguhnya lisannya
mengalir saja.”
Berkata Yazid ibn Abi Hubaib, ”Di antara fitnah orang alim adalah
ketika ia lebih senang berbicara daripada mendengarkan. Jika orang lain
sudah cukup berbicara, maka mendengarkan adalah keselamatan, dan dalam
berbicara ada polesan, tambahan dan pengurangan.”
Sayangnya, masyarakat kita memiliki budaya lebih banyak bicara.
Bahkan bicara yang negatif, dari ghibah, gosip, mengolok-olok dan
menertawakan orang lain. Bahkan program hiburan di TV selalu diisi oleh
hal-hal tersebut.
2. Banyak tertawa
Tertawa bukan hal yang dilarang. Rasulullah sendiri pernah tertawa
namun itu dilakukan sewajarnya. Karena itu ditegaskan di awal bahwa
beliau banyak menangis dan sedikit tertawa.
Tentu saja jika ingin melembutkan hati yang pangkal memudahkan menangis karena Allah, seseorang harus mengurangi tertawa.
3. Banyak makan
Ketika seseorang banyak makan, otomatis ia menuruti syahwat perutnya.
Karena itu, disyariatkan puasa baik yang wajib atau yang sunnah.
Bisyr bin Harits, “Dua hal yang mengeraskan hati; banyak bicara dan banyak makan.”
4. Dosa
Baik dosa besar atau dosa kecil, keduanya berpengaruh negatif pada hati.
Ayat yang patut jadi renungan adalah firman Allah Ta’ala:
كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka,” (QS. Al Muthoffifin: 14).
Makna ayat di atas diterangkan dalam hadits berikut:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- قَالَ « إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى
قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ
سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ
وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى
قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ) »
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Seorang
hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya
sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta
bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat),
maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah
yang diistilahkan ‘ar raan’ yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang
artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu
mereka usahakan itu menutupi hati mereka’,”(HR Tirmidzi).
5. Teman buruk
Sebagian ulama salaf berkata, “Kerasnya hati karena empat hal: melampui batas; makan, tidur, bicara, pergaulan.”
{ وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا
لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً * يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي
لَمْ أَتَّخِذْ فُلاناً خَلِيلاً . لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ
بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولاً } [
الفرقان / 27 – 29 ]
“Dan (Ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua
tangannya, seraya berkata: ‘Aduhai kiranya (dulu) Aku mengambil jalan
bersama-sama Rasul.’ Kecelakaan besarlah bagiKu; kiranya Aku (dulu)
tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia Telah
menyesatkan Aku dari Al Quran ketika QS Al Quran itu Telah datang
kepadaku. dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia,”(Al-Furqan: 27-29).
Rasulullah saw bersabda:
” المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل “
Tidak ada komentar:
Posting Komentar