Nama, Nasab, Dan Nisbatnya
Mekah Al-Mukarramah merupakan tempat yang paling suci di bumi, sebuah negeri yang dipilih oleh Allah menjadi tempat bagi rumah-Nya, dan tempat berhaji para Nabi, dan kiblat bagi kaum muslimin. Disanalah Kabilah Quraisy tinggal dengan kebanggan atas seluruh Jazirah Arab. Kabilah inipun mendapatkan perhatian rabbani yang lebih, dimana dari keturunannyalah pemimpin anak cucu Adam, Muhammad Shallallahu’alaihi wa Sallam dilahirkan, sebagai Nabi penutup, dan rahmat Allah bagi seluruh alam.
Dari kabilah besar yang terhormat dan memiliki banyak kebanggan dan kelebihan serta keistimewaan ini, lahirlah banyak suku-suku, diantaranya Bani Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik. Dan dari suku yang mempunyai kedudukan yang tinggi inilah, seorang shahabat yang mulia dilahirkan, Sa’ad bin Abi Waqqash. Begitu juga dengan saudaranya dalam Islam, rekannya dalam golongan sepuluh orang yang dijamin masuk surga, shahabatnya dalam enam orang yang menjadi ahli surga, dan yang lebih dahulu wafat darinya, seorang shahabat terkemuka,Abdurrahman bin Auf.
Sa’ad dengan nasabnya yang mulia adalah Sa’ad bin Abi Waqqash, dan nama dari Abu Waqqash adalah Malik bin Wahaib dan disebut juga Uhaib bin Abdu Manaf bin Zuhra bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay, Al-Qurasyi Az-Zuhri Al-Makki Al-Madani.
Nasabnya bertemu dengan nasab Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam pada Kilab bin Murrah, yang merupakan kakek kelima bagi Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam dan yang keempat bagi Sa’ad. Dia adalah seorang Quraisy dilihat dari kabilah besarnya, seorang Zuhri dilihat dari suku dimana ia berasal dan dilahirkan, berasal dari Mekah karena lahir dan besar di sana, dan hijrah ke Madinah, lalu tinggal dan wafat di sana.
2. Paman (Khal, yaitu paman dari pihak ibu) Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam
Sa’ad memiliki hubungan kekerabatan dengan Rasulullah dari pihak ibu beliau. Ibu NabiShallallahu’alaihi wa Sallam berasal dari Bani Zuhrah. Ibu beliau adalah Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah. Ayahnya (Wahab) dan kakek dari Sa’ad (Wuhaib) adalah dua bersaudara. Maka Wuhaib adalah kakek dari Sa’ad (Wuhaib) adalah dua bersaudara. Maka Wuhaib adalah kakek dari Sa’ad, dan paman dari Aminah. Dan orang Arab menganggap kerabat itu sebagai paman.
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam seringkali membanggakan hubungan paman dan keponakan ini, dan mencandai Sa’ad dengan itu, juga membanggakannya di depan para shahabat lain dengan berkata, “Inilah pamanku, siapa yang akan memperlihatkan pamannya kepadaku!”
3. Julukannya
Sa’ad dijuluki Abu Ishaq, demikian ia dipanggil oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam dan para shahabatnya Radhiyallahu’ Anhum.
4. Gelarnya
Sa’ad digelari pahlawan Islam, dan ia layak dan pantas untuk menyandang gelar yang hebat tersebut. Peristiwa-peristiwa yang dilaluinya, begitu juga dengan lembaran-lembaran jihad dan kisah kepahlawanannya serta ketegaran yang dimilikinya, merupakan bukti yang paling nyata bahwa ia benar-benar seorang pahlawan Islam.
5. Sifat Dan Kepribadiannya
Allah menganugerahkan kepada Sa’ad sifat-sifat jasmani dan kesempurnaan tubuh yang mengimbangi kepahlawanannya dalam memikul beban jihad dan menantang para musuh di medan perang. Ia adalah seorang yang mempunyai postur tubuh yang kokoh, dengan otot-otot yang keras, mempunyai cengkeraman yang kuat, memiliki mata yang tajam, jiwa yang berani, dan sangat kuat.
Putrinya Aisyah menggambarkannya dan berkata, “Ayahku adalah seorang laki-laki yang pendek, kekar, mempunyai tubuh yang keras, kuat dengan otot yang besar. Memiliki kepala yang besar, dengan jari-jari besar dan pendek, dan memiliki banyak bulu.”
Dan dengan ciri-ciri fisik seperti ini ia lebih mirip dengan ciri-ciri yang dimiliki Ali bin Abu ThalibRadhiyallahu’ Anhuma.
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dengan sanad jayyid dari Abu Ishaq As-Sabi’ berkata, “Shahabat Rasulullah yang paling keras ada empat : Umar, Ali, Zubair, dan Sa’ad.”
Jadi dalam hal kekuatan tubuh, kekokohannya, kesempurnaan sosok dan kekuatannya, serta dalam hal keunggulannya dalam berperang dan tabiatnya yang keras, menyerupai Umar, Ali, dan Zubair. Dan telah cukup kita ketahui bagaiamana kekuatan, ketegaran, ketegasan, juga keberanian, wibawa, serta keagungan yang mereka miliki.
Abu Ya’la meriwayatkan dalam Musnadnya dari Amir bin Sa’ad bin Abi Waqqash, ia berkata, “Saad termasuk orang yang paling tajam pandangannyaa. suatu hari ia melihat sesuatu. Ia bertanya kepada orang yang bersamanya, “Apakah kalian melihat sesuatu?” mereka berkata, “Kami melihat sesuatu seperti burung.” Sa’ad berkata, “Aku melihat seseorang mengendarai unta.” Tidak lama setelah itu datanglah Umar bin Sa’ad dengan mengendarai seekor unta betina. Ia berkata, “Ya Allah, kami berlindung kepadamu dari kejahatan yang akan datang bersamanya.”
Ketajamannya penghlihatannya ini telah menolongnya dalam banyak peperangan dimana ia bisa mengarahkan anak panahnya kepada leher-leher musuhnya, dan tidak pernah meleset. Dan hal ini juga diberkahi dengan doa Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam dimana beliau berdoa agar tembakan panahnya selalu tepat. Dan itulah yang kemudian terjadi.
Bersambung Insya Allah . . .
Artikel http://www.SahabatNabi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar