Kita sudah lama mendengar bahwa Rasul SAW pernah bersabda, “Surga itu ada di bawah telapak kaki ibu.” (Musnad Syihab al-Qadha’i).
Namun, saat ini, saat kehidupan makin sekular dan liberal, tak sedikit anak-anak Muslim yang tidak lagi menghormati apalagi berbakti kepada kedua orang tuanya. Tak sedikit anak yang tidak sopan dalam berbicara kepada orang tua, tidak berterima kasih kepada orang tua, menentang perintahnya bahkan menyakiti perasaan orang tua. Yang lebih parah, ada anak yang sampai tega menyakiti orang tua secara fisik, bahkan membunuh orang tuanya sendiri. Padahal Allah SWT telah berfirman: Tuhanmu telah mewajibkan agar kalian tidak menyembah selain Dia dan agar kalian berbuat baik kepada kedua orang tua (TQS al-Isra’ [17]: 23).
Terkait itu, Ibn Abbas ra berkata, “Ada tiga ayat yang turun, yang di dalamnya satu perkara dikaitkan dengan perkara lainnya; yang salah satunya tidak bisa diterima tanpa melibatkan yang lainnya. Pertama: Firman Allah SWT yang berbunyi, “’Athi’ulLah wa ‘athi’ur-Rasul (Taatlah kalian kepada Allah dan Rasul).” Siapa saja yang menaati Allah tetapi tidak menaati Rasul maka ketaatannya tidak diterima. Kedua: Firman Allah, “Aqimush-shhalah wa atuz-zakah (Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat).” Siapa saja yang menunaikan shalat tetapi tidak mau membayar zakat maka shalatnya tidak diterima. Ketiga: Firman Allah, “An asykur Li wa liwalidayka (Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu).” Siapa saja yang bersyukur kepada Allah tetapi tidak bersyukur (berterima kasih) kepada kedua orang tuanya maka syukurnya tidak diterima. Karena itulah Rasulullah SAW bersabda, ‘RidhalLah fi ridha al-walidayn wa sukhtulLah fi sukhti al-walidayn (Ridha Allah ada pada ridha orang tua. Murka Allah ada pada murka orang tua). (Adz-Dzahabi, Al-Kaba-ir, I/13).
Ibn Umar berkata bahwa seorang laki-laki pernah meminta izin kepada Nabi SAW untuk berjihad bersama beliau. Nabi SAW bertanya, “Apakah orang tuamu masih hidup?” Ia menjawab, “Ya.” Lalu Nabi SAW bersabda, “Berbaktilah kepada kedua orang tuamu terlebih dulu, lalu berjihadlah.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Dalam hadis ini jelas sekali, berbakti kepada orang tua dan melayani mereka lebih diunggulkan/diutamakan daripada berjihad di jalan Allah SWT.
Durhaka kepada orang tua adalah dosa besar sebagaimana dinyatakan oleh Nabi SAW bersabda, “Maukah kalian aku beri tahu dosa besar yang paling besar: Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Perhatikanlah, bagaimana Rasul SAW mengaitkan sikap buruk dan durhaka kepada kedua orang tua dengan sikap menyekutukan Allah SWT.
Rasul SAW juga bersabda, “Andai Allah menginformasikan ada yang lebih remeh dari sekadar mengucapkan kata “Ah!” (kepada kedua orang tua) maka pasti Allah akan melarang hal demikian. Karena itu lakukan saja oleh orang yang durhaka kepada kedua orang tua apa saja yang mereka inginkan, niscaya mereka tidak akan pernah masuk surga. Lakukan pula oleh orang-orang yang berbakti kepada kedua orang tua apa saja yang mereka kehendaki, niscaya mereka tidak akan pernah masuk neraka selama-lamanya.” (Adz-Dzahabi, Al-Kaba-ir, I/14).
Durhaka kepada orang tua akan mendatangkan azab yang cepat bagi pelakunya. Rasul SAW bersabda, “Setiap dosa Allah tunda (azabnya) sampai Hari Kiamat, kecuali dosa durhaka kepada kedua orang tua; maka azabnya Allah segerakan atas pelakunya di dunia sebelum dia mati.” (HR Al-Hakim dalam al-Mustadrak dan Al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman).
Terkait durhaka kepada kedua orang tua, Kaab al-Ahbar pernah ditanya, “Apa yang dimaksud dengan durhaka kepada kedua orang tua?” Ia menjawab, “Yaitu jika ayah atau ibunya membagi sesuatu kepada dia, dia tidak menerimanya dengan baik; jika keduanya memerintah dia, di tidak melakukannya; jika keduanya meminta kepada dia, dia tidak memberi; jika keduanya memberi amanah, dia tidak tunaikan.” (Adz-Dzahabi, Al-Kaba-ir, I/14).
Abu Hurairah ra. berkata bahwa Rasul SAW pernah bersabda, “Ada empat kelompok manusia yg menjadi hak Allah untuk tidak memasukkan mereka ke dalam surganya dan mereka tidak akan menikmati sedikitpun nikmat surga di dalamnya: pemeras khamar, pemakan riba, pemakan harta anak yatim secara zalim dan orang yang durhaka kepada kedua orang tua—jika mereka tidak bertobat.” (Adz-Dzahabi, Al-Kaba-ir, I/14).
Terkait berbakti kepada orang tua, Rasul SAW memberikan tuntunan. Seseorang pernah datang kepada Rasulullah SAW dan bertanya, “Ya Rasulullah, siapa yang lebih berhak aku pergauli secara baik?” Rasul menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Lalu siapa?” Rasul menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Lalu siapa?” Rasul menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Lalu siapa?” Rasul, “Ayahmu, lalu orang-orang terdekatmu dari yang paling dekat.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
WalLau a’lam bi ash-shawab. [] abi
Namun, saat ini, saat kehidupan makin sekular dan liberal, tak sedikit anak-anak Muslim yang tidak lagi menghormati apalagi berbakti kepada kedua orang tuanya. Tak sedikit anak yang tidak sopan dalam berbicara kepada orang tua, tidak berterima kasih kepada orang tua, menentang perintahnya bahkan menyakiti perasaan orang tua. Yang lebih parah, ada anak yang sampai tega menyakiti orang tua secara fisik, bahkan membunuh orang tuanya sendiri. Padahal Allah SWT telah berfirman: Tuhanmu telah mewajibkan agar kalian tidak menyembah selain Dia dan agar kalian berbuat baik kepada kedua orang tua (TQS al-Isra’ [17]: 23).
Terkait itu, Ibn Abbas ra berkata, “Ada tiga ayat yang turun, yang di dalamnya satu perkara dikaitkan dengan perkara lainnya; yang salah satunya tidak bisa diterima tanpa melibatkan yang lainnya. Pertama: Firman Allah SWT yang berbunyi, “’Athi’ulLah wa ‘athi’ur-Rasul (Taatlah kalian kepada Allah dan Rasul).” Siapa saja yang menaati Allah tetapi tidak menaati Rasul maka ketaatannya tidak diterima. Kedua: Firman Allah, “Aqimush-shhalah wa atuz-zakah (Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat).” Siapa saja yang menunaikan shalat tetapi tidak mau membayar zakat maka shalatnya tidak diterima. Ketiga: Firman Allah, “An asykur Li wa liwalidayka (Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu).” Siapa saja yang bersyukur kepada Allah tetapi tidak bersyukur (berterima kasih) kepada kedua orang tuanya maka syukurnya tidak diterima. Karena itulah Rasulullah SAW bersabda, ‘RidhalLah fi ridha al-walidayn wa sukhtulLah fi sukhti al-walidayn (Ridha Allah ada pada ridha orang tua. Murka Allah ada pada murka orang tua). (Adz-Dzahabi, Al-Kaba-ir, I/13).
Ibn Umar berkata bahwa seorang laki-laki pernah meminta izin kepada Nabi SAW untuk berjihad bersama beliau. Nabi SAW bertanya, “Apakah orang tuamu masih hidup?” Ia menjawab, “Ya.” Lalu Nabi SAW bersabda, “Berbaktilah kepada kedua orang tuamu terlebih dulu, lalu berjihadlah.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Dalam hadis ini jelas sekali, berbakti kepada orang tua dan melayani mereka lebih diunggulkan/diutamakan daripada berjihad di jalan Allah SWT.
Durhaka kepada orang tua adalah dosa besar sebagaimana dinyatakan oleh Nabi SAW bersabda, “Maukah kalian aku beri tahu dosa besar yang paling besar: Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Perhatikanlah, bagaimana Rasul SAW mengaitkan sikap buruk dan durhaka kepada kedua orang tua dengan sikap menyekutukan Allah SWT.
Rasul SAW juga bersabda, “Andai Allah menginformasikan ada yang lebih remeh dari sekadar mengucapkan kata “Ah!” (kepada kedua orang tua) maka pasti Allah akan melarang hal demikian. Karena itu lakukan saja oleh orang yang durhaka kepada kedua orang tua apa saja yang mereka inginkan, niscaya mereka tidak akan pernah masuk surga. Lakukan pula oleh orang-orang yang berbakti kepada kedua orang tua apa saja yang mereka kehendaki, niscaya mereka tidak akan pernah masuk neraka selama-lamanya.” (Adz-Dzahabi, Al-Kaba-ir, I/14).
Durhaka kepada orang tua akan mendatangkan azab yang cepat bagi pelakunya. Rasul SAW bersabda, “Setiap dosa Allah tunda (azabnya) sampai Hari Kiamat, kecuali dosa durhaka kepada kedua orang tua; maka azabnya Allah segerakan atas pelakunya di dunia sebelum dia mati.” (HR Al-Hakim dalam al-Mustadrak dan Al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman).
Terkait durhaka kepada kedua orang tua, Kaab al-Ahbar pernah ditanya, “Apa yang dimaksud dengan durhaka kepada kedua orang tua?” Ia menjawab, “Yaitu jika ayah atau ibunya membagi sesuatu kepada dia, dia tidak menerimanya dengan baik; jika keduanya memerintah dia, di tidak melakukannya; jika keduanya meminta kepada dia, dia tidak memberi; jika keduanya memberi amanah, dia tidak tunaikan.” (Adz-Dzahabi, Al-Kaba-ir, I/14).
Abu Hurairah ra. berkata bahwa Rasul SAW pernah bersabda, “Ada empat kelompok manusia yg menjadi hak Allah untuk tidak memasukkan mereka ke dalam surganya dan mereka tidak akan menikmati sedikitpun nikmat surga di dalamnya: pemeras khamar, pemakan riba, pemakan harta anak yatim secara zalim dan orang yang durhaka kepada kedua orang tua—jika mereka tidak bertobat.” (Adz-Dzahabi, Al-Kaba-ir, I/14).
Terkait berbakti kepada orang tua, Rasul SAW memberikan tuntunan. Seseorang pernah datang kepada Rasulullah SAW dan bertanya, “Ya Rasulullah, siapa yang lebih berhak aku pergauli secara baik?” Rasul menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Lalu siapa?” Rasul menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Lalu siapa?” Rasul menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Lalu siapa?” Rasul, “Ayahmu, lalu orang-orang terdekatmu dari yang paling dekat.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
WalLau a’lam bi ash-shawab. [] abi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar