“Wahai manusia, sungguh telah datang pada kalian bulan dengan membawa berkah, rahmat, dan magfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya adalah hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam yang paling utama. Jam-jamnya adalah jam yang paling utama.”
ITULAH pesan Rasulullah saw saat menyambut bulan suci Ramadhan, dan yang mengisyatkan bahwa puasa bukanlah sekadar rutinitas seremonial tahunan untuk menahan lapar dan dahaga saja sepanjang hari mulai fajar hingga tenggelamnya matahari. Dimensi puasa sesungguhnya adalah suatu ekspresi kesadaran cinta hamba-Nya kepada Sang Khalik. Maka sudah sepantasnya kita menyambut Ramadhan dengan segenap rasa rindu dan cinta.
Karena tanpa rindu dan cinta, mustahil kita bisa memasuki relung bulan suci ini dengan segenap jiwa dan kerelaan untuk berkorban secara lahir dan batin. Ekspektasinya adalah tentu penyerahan diri secara totalitas kepada Allah swt. Jika rasa rindu dan cinta itu dapat kita wujudkan, maka dawai-dawai indah Ramadhan akan berdenting setiap saat, dan kita merasakan betapa indahnya kelaparan dan kehausan yang menjelama dalam bentuk takluknya hawa nafsu demi untuk meraih sebuah keridhaan kepada Allah.
Jika untuk urusan dunia, terkadang kita bisa mengorbankan apa saja untuk meraihnya. Ketika keinginan untuk membeli mobil baru begitu besar hasrat yang melanda, maka kita rela menjual apa saja asalkan kita bisa memilikinya. Tak jarang, agar benda yang kita inginkan tersebut bisa terwujud, maka ada yang rela gajinya dipotong setiap bulan, dan dengan sendirinya jatah untuk keperluan sehari-hari pun harus terkorbankan.
Menabung amal
Tanpa rasa rindu dan cinta, mustahil kita dapat “memadu kasih” dengan segenap jiwa kita pada bulan Ramadhan ini, kecuali cinta yang lahiriah saja yang kita nikmati. Padahal Allah telah memberikan garansi bahwa pada bulan nan agung inilah, kita dapat memperbanyak tabungan amal ibadah sebanyak-banyaknya, asalkan kita mampu melakukannya sesuai dengan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Tanpa rasa rindu dan cinta, mustahil kita dapat “memadu kasih” dengan segenap jiwa kita pada bulan Ramadhan ini, kecuali cinta yang lahiriah saja yang kita nikmati. Padahal Allah telah memberikan garansi bahwa pada bulan nan agung inilah, kita dapat memperbanyak tabungan amal ibadah sebanyak-banyaknya, asalkan kita mampu melakukannya sesuai dengan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Allah akan menempatkan hamba-hamba yang taat ini (al-shaim) pada derajat tertinggi dalam meraih segala kemuliaan dan kemudahan di akhirat kelak. Karena pada bulan inilah kita dapat memohon segala pengharapan sesuai dengan firman Allah Swt: “Dan Tuhanmu menciptakan apa saja yang dikehendaki dan memilih apa saja yang dikehendaki.” (QS. Al-Qashash: 68).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar