Allah memilih bulan Ramadhan untuk menurunkan alquran guna memperbaiki dan mendidik jiwa yang jahiliah. Allah juga memilih bulan Ramadhan untuk mempersatukan umat Islam dalam satu kesadaran baik dalam waktu berpuasa dan berbuka. Pada malam-malam yang panjang di bulan suci ini, Allah lebih menyukai hamba-hamba-Nya yang khusuk beribadah, melantunkan ayat-ayat suci Alquran, dan ibadah sunat lainnya. Pada bulan Ramadhan pula kita seharusnya lebih bisa meningkatkan untuk saling berbagi dengan sesama. Mengulurkan tangan kepada mereka yang kekurangan, mambantu meringankan beban hidup orang lain. Lihatlah anak-anak yatim dan kaum fakir miskin di sekitar kita yang senantiasa membutuhkan uluran tangan kita. Jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan ini, karena suatu kemuliaan yang tiada tara bandingannya di sisi-Nya, yang nantinya akan Allah ganjarankan dengan pahala yang derajatnya 70 kali lebih tinggi dibandingkan pada bulan-bulan lainnya.
Ramadhan juga sebagai wahana interaksi kita sebagai hamba-Nya dalam menjalin komunikasi dengan Allah. Karena tujuan puasa adalah untuk menggembleng dan menggodok jiwa-jiwa agar menjadi manusia yang bertakwa (QS. Al-Baqarah: 183). Sebab ibadah puasa yang kita jalankan selama sebulan penuh, berfungsi sebagai landasan kuat agar terbentuknya nilai takwa di sisi Allah.
Kesadaran tersebut akan sangat menonjol pada orang yang berpuasa dengan rasa cinta dan rindu. Karena dengan adanya iman dan takwa, maka kita akan merasakan Allah lebih dekat dengan kita. Jika kita telah merasa dekat dengan Allah, maka apa pun perbuatan mungkar dan keji yang kita lakukan, dengan sendirinya akan tercegah. Karena kita takut dengan pengawasan langsung dari Allah Swt.
Bulan penuh cinta
Jalaluddin Rumi dalam salah satu syairnya mengatakan: “Bagaimana keadaan sang pecinta? Jika kamu seperti aku, maka kamu akan tahu jika Dia memanggilmu, maka kamu pun akan memanggil-Nya.” Cinta yang ditawarkan seorang Jalaluddin Rumi tak hanya sekadar cinta layaknya antar manusia berlainan jenis-yang jika sudah memiliki yang diinginkan, maka berakhir sudah pengorbanannya untuk yang dicintainya. Namun cinta yang dimaksud Jalaluddin di sini adalah cinta antara seorang hamba dengan Sang Penciptanya. Di mana cinta seorang hamba tak pernah luntur, sebelum dia menggapai keimanan dan ketakwaan sesempurna mungkin guna meraih makrifat Allah.
Jalaluddin Rumi dalam salah satu syairnya mengatakan: “Bagaimana keadaan sang pecinta? Jika kamu seperti aku, maka kamu akan tahu jika Dia memanggilmu, maka kamu pun akan memanggil-Nya.” Cinta yang ditawarkan seorang Jalaluddin Rumi tak hanya sekadar cinta layaknya antar manusia berlainan jenis-yang jika sudah memiliki yang diinginkan, maka berakhir sudah pengorbanannya untuk yang dicintainya. Namun cinta yang dimaksud Jalaluddin di sini adalah cinta antara seorang hamba dengan Sang Penciptanya. Di mana cinta seorang hamba tak pernah luntur, sebelum dia menggapai keimanan dan ketakwaan sesempurna mungkin guna meraih makrifat Allah.
Cinta bertemu Ramadhan, berarti cinta bertemu dengan Allah. Maka jelaslah bahwa Allah juga akan membukakan pintu rahmat dan magfirahnya seluas langit dan bumi. Pada bulan suci ini pintu-pintu neraka dikunci, dan pintu surga dibentangkan buat sang pecinta. Maka pecinta sejati tak akan membiarkan bulan “cinta” ini berlalu begitu saja tanpa makna. Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun mencintai pertemuan dengannya. Dan barang siapa tidak mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun tidak mencintai pertemuan dengannya.” (HR. Bukhari).
Dalam Ihya Ulumuddin, Al-Ghazali mengatakan: “Adalah sebuah kebohongan besar jika seseorang mencintai sesuatu, namun dia tidak memiliki kecintaan pada yang dicintainya itu.” Dan bukti cintai inilah yang diperlihatkan Nabi Ibrahim ketika Allah memerintahkan pada Ibrahim untuk mengorbankan Ismail sang buah hatinya kepada Allah. Atau ketika Masyitah harus rela anak dan dirinya dimasukkan ke dalam air mendidih, karena cintanya yang tiada tara pada Allah.
Seluruh sifat-sifat indah itu hanya dimiliki oleh manusia pilihan, yang tidak akan tergerus oleh kemilau duniawi apa pun yang ditawari untuk menaklukkannya. Karena kecintaannya kepada Allah melebihi dari segalanya. Maka pada bulan suci ini, mari kita merayakan “kebebasan” untuk merengkuh kasih sayang Allah. Dengan berlomba-lomba meraih “bonus” yang Allah berikan. Maka segala usaha dan upaya apa pun akan kita tempuh untuk menuju keimanan dan ketakwaan (tahallli), serta sekaligus membersihkan diri dari kita dari dari sifat-sifat tercela yang disebut dengan tahalli. Alangkah indahnya jika sifat-sifat tahalli, bagian dari penyucian jiwa ini, dapat kita implementasikan bukan hanya di bulan suci Ramadhan saja, namun kapan dan di mana pun kita berada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar