Renungan Anak untuk Orang Tua
Bapak dan ibu adalah dua sosok yang seharusnya kita muliakan, kita hormati dan kita perlakukan bak laksana seorang raja dan permaisurinya. Yang kita siap sedia membantu meringankan beban hidupnya, meringankan pekerjaannya bukan malah sebaliknya kita membuat mereka seolah-olah tak berhenti bekerja. Dikala kita masih dikandungan mereka dengan ikhlas merawat kita, membawa kita kemanapun mereka pergi walupun dengan beban yang sangat berat. Belum lagi ketika mau melahirkanpun seorang ibu berjuang antara hidup dan mati untuk bisa melahirkan kita ke dunia ini
Setelah lahir dengan selamat kitapun disambut dengan riang gembira, tanpa merasakan lagi sakit yang amat sangat. Seolah-olah sakit yang baru saja ia rasakan sudah sembuh dengan kehadiran kita. Belum lagi kekhawatiran kedua orang tua kita ketika usia kita menginjak dewasa merekapun dengan susah payah mencarikan uang untuk menyekolahkan kita bila perlu mencarikan lembaga pendidikan yang favorit atau yang bisa membuat kehidupan kita lebih baik dari kehidupan yang sedang mereka jalani saat ini.
Bahkan untuk seorang anaknya seorang ibu atau ayah rela untuk mengorbankan semua harta bendanya dikala kita sakit atau disaat kita membutuhkan uang untuk melanjutkan sekolah, mereka dengan rela menjual harta benda yang mereka miliki, agar anaknya bisa menjadi sukses dan berhasil.
Begitu besar pengorbanan orang tua kepada kita tapi balasan bagi mereka malah sebaliknya. Benarlah apa yang dikatakan Peribahasa “ air susu dibalas dengan air tuba”. Ayah dan ibu kita menyayangi kita sepenuh hati tapi kita menyanginya separoh hati.. Padahal kita bisa membalas budi kepada orang tua kita….?! mana susu yang kita minum yang diberikan oleh ibu kita dengan ikhlas tanpa minta imbalan sedikitpun..?! mana bubur yang selalu kita makan setiap hari, mana baju yang kita pakai setiap hari, mana uang sekolah dan uang jajan yang kita pakai untuk kesenangan kita dan mana ….(masih banyak lagi) yang seandainya bapak ibu kita minta imbalan itu tentu kita tidak bisa membalasnya walaupun dengan uang banyak sekalipun.
Salah satu bentuk kedurhakaan seorang anak terhadap orang tuanya yang sering dilakukan adalah dengan berkata-kata kasar. Padahal Ibu selalu melayaninya kebutuhan kita walau terkadang diluar kemampuannya dengan ridha dan ikhlas terhadap anak-anaknya meskipun mereka dalam keadaan sedang sakit.
Marilah dengan kegiatan perkemahan ini kita tunjukan kemandirian kita, perubahan prilaku kita dari kekanak-kanakan, manja dan ketergantungan menuju pada kedewasaan, bertindak dan bertanggung jawab dan berguna bagi agama bangsa dan negara . ini sebagai pengharapan dari tiga orang tua
Bagi orang tua, anak merupakan harta yang paling bermanfaat bagi dunia dan akhirat. Oleh karena itu, orang tua melakukan berbagai upaya untuk keberhasilan anak-anaknya, apapun yang dilakukan oleh orang tua pada ujungnya adalah untuk kebahagiaan anak-anaknya. Upaya orang tua untuk keberhasilan anak, mereka rela berkorban jiwa raganya untuk mencarikan biaya dan berdoa siang malam untuk keselamatan dan keberhasilan dambaan hatinya. Disinilah kita perlu memahami perjuangan yang mendalam terhadap pengorbanan orang tua. Dengan jalan perenungan pada saat dimana orang tua sedang beraktifitas dibawah teriknya matahari, dapat kita bayangkan “orang tuanya petani pasti disibukkan oleh ladang dan cangkulnya, guru disibukan oleh murid dan kenakalannya, pegawai pasti disibukkan oleh tugas dan dimarahi atasannya dan orang tuanya pedagang disibukan oleh barang perniagaan dan untung maupun kerugianya.
Jerih payah orang tua yang diperoleh dengan kerja keras tersebut dikirimkan untuk keperluan biaya sekolah, biaya untuk kebutuhan sehari-hari. Bahkan sering sebagian orang tua terpaksa menjual berbagai harta yang dimilikinya untuk mampu membiayai berbagai kebutuhan anaknya untuk melanjutkan pendidikan guna meningkatkan kualitas taraf hidupnya.
Sebagian orang tua tidak mengharapkan apapun dari perjuangan yang dilakukannya, tetapi hanya sebuah kebanggaan baginya karena sudah mampu mendidik anak-anaknya lebih sukses darinya. Walau sebagaian petani, jika anaknya sudah sarjana dan sukses, tetap menjadi petani dan pekerja bangunan pun juga seperti itu.
Oleh karena itu, perjuangan orang tua tentu tidak boleh disia-siakan, karena menyangkut dengan kesuksesan si anak. Orang tua selalu berupaya untuk mendorong anak-anaknya agar selalu sukses. Selain itu jangan sekedar mencari gelar sarjana jikalau tidak memiliki kualitas, tetapi harus menjadi sarjana berkualitas. Sebab selain mampu membahagiakan orang tua juga memberikan manfaat bagi diri sendiri.
Sesungguhnya jasa dan pengorbanan yang telah diberikan oleh kedua orang tua kita kepada kita hingga sekarang ini tidak terhitung banyaknya. Ibu yang mengandung kita selama 9 bulan lamanya, kemudian melahirkan kita dengan mempertaruhkan nyawanya. Ketika kita masih bayi yang tak berdaya, tanpa merasa jijik mereka membersihkan kotoran-kotoran disaat kita pipis dan buang air besar, dengan rasa sabar mereka menghadapi kemarahan, rengekan, dan kenakalan kita serta dengan penuh kasih sayang mereka memberikan kita makan dan minum, dengan penuh cinta kita diberi pakaian dan pendidikan untuk masa depan kita.
Namun, mampukah kita untuk membalas segala pengorbanan yang telah mereka berikan?. Seandainya jika kita merasa kesal dengan mereka disaat mereka sudah tua yang menjadikan kelakuannya kembali seperti anak-anak, dan bahkan seandainya orang tua kita tidak berdaya untuk buang air sehingga kita yang membersihkannya kita mesti harus ingat kesabaran disaat mereka menghadapi dan merawat kita dengan penuh cinta dan harapan agar kita selamat dan panjang umur. Oleh karena itu hendaknya kita harus selalu berbakti pada orang tua kita dan senantiasa mendoakan mereka, agar segala dosa-dosanya yang mungkin pernah diperbuat baik sengaja ataupun tidak supaya mendapatkan ampunan dari Allah SWT.
Waktu kamu berumur 1 tahun
dia menyuapi dan memandikanmu…
sebagai balasannya…
<p>kau menangis sepanjang malam</p> <p>Waktu kamu berumur 2 tahun</p> <p>dia mengajarimu cara berjalan…</p> <p>sebagai balasannya…</p> <p>kau kabur saat dia memanggilmu</p> <p>Waktu kamu berumur 4 tahun</p> <p>dia memberimu pensil untuk mewarnai…</p> <p>sebagai balasannya…</p> <p>kau corat coret dinding rumah dan meja makan</p> <p>Waktu kamu berumur 7 tahun</p> <p>dia memberikanmu bola…</p> <p>sebagai balasannya…</p> <p>kau lemparkan bola ke jendela tetangga</p> <p>Waktu kamu berumur 10 tahun</p> <p>dia mengantarkanmu ke mana saja,</p> <p>dari kolam renang sampai pesta ulang tahun…</p> <p>sebagai balasannya…</p> <p>engkau bermain asyik dengan temanmu</p> <p>sampai tidak dengar panggilan orang tuamu…</p> <p>Waktu kamu berumur 13 tahun</p> <p>dia menyarankanmu untuk memotong rambut</p> <p>karena sudah waktunya…</p> <p>sebagai balasannya…</p> kau bilang “mama tidak tahu mode…” <p> </p> <p>Waktu engkau berumur 15 tahun</p> <p>dia pulang kerja ingin memelukmu…</p> <p>sebagai balasannya…</p> <p>kau kunci pintu kamarmu</p> <p>Waktu engkau berumur 18 tahun</p> <p>dia menangis terharu ketika engkau lulus SMA…</p> <p>sebagai balasannya…</p> <p>kau berpesta dengan teman-temanmu sampai pagi</p> <p>Waktu engkau berumur 19 tahun</p> <p>dia membayar semua kuliahmu</p> <p>dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama…</p> <p>sebagai balasannya…</p> <p>kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang</p> <p>biar nggak malu sama teman-teman</p> <p>karena orang tuamu jelek</p> <p>Waktu engkau berumur 20 tahun</p> <p>dia bertanya “Dari mana saja seharian ini?”</p> <p>sebagai balasannya…</p> <p>kau menjawab “Ah cerewet amat sih”</p> <p>mau tau urusan anak muda</p> <p>Waktu engkau berumur 25 tahun</p> <p>dia membantumu membiayai pernikahanmu…</p> <p>sebagai balasannya…</p> <p>engkau pindah ke kota lain</p> menjauhi orang tuamu <p> </p> <p>Waktu engkau berumur 30 tahun</p> <p>dia memberimu nasehat</p> <p>bagaimana merawat bayimu…</p> <p>sebagai balasannya…</p> <p>engkau katakan</p> “Sekarang zamannya sudah beda, Ma…” <p> </p> <p>Waktu engkau sudah jadi orang sukses</p> <p>dia menelponmu untuk diantar ke acara syukuran</p> <p>salah satu saudara dekatmu…</p> <p>sebagai balasannya…</p> <p>engkau jawab “Aku sibuk sekali,</p> Banyak kerjaan kantor, Ma…” <p> </p> <p>Waktu engkau berumur 35 tahun</p> <p>dia sakit-sakitan sehingga</p> <p>memerlukan perawatanmu…</p> <p>sebagai balasannya…</p> <p>engkau baca tentang pengaruh negatif orang tua</p> yang numpang tinggal di rumah anaknya <p> </p> <p>Dan hingga SUATU HARI</p> <p>dia meninggal dunia dengan tenang…</p> <p>dan tiba-tiba engkau teringat semua</p> <p>yang belum pernah engkau lakukan…</p> <p>dan itu menghantam</p> HATIMU bagaikan pukulan QODAM <p> </p> <p>Maka…</p> <p>JIKA ORANG TUAMU MASIH ADA…</p> <p>BERIKANLAH KASIH SAYANG DAN</p> <p>PERHATIAN LEBIH DARI YANG PERNAH</p> ENGKAU BERIKAN SELAMA INI
JIKA ORANG TUAMU SUDAH TIADA…
INGATLAH KASIH SAYANG DAN CINTANYA
YANG TELAH DIBERIKANNYA
<p>DENGAN TULUS IKHLAS KEPADAMU…</p> <p>DAN DOAKANLAH…</p> <p>MOHONKANLAH KEPADA ALLAH</p> AMPUNAN BAGI KEDUANYA
“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”
(QS. Al Israa’:24)
“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”
(QS. Ibrahim:41)
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan”
(QS. Nuh:28)
Cobalah katakan pada dirimu, cobalah renungkan.
Katakanlah…
Saya ada karena kehendak Allah , saya dilahirkan oleh ibu saya, saya dididik agar menjadi anak yang berguna bagi keluarga, orang tua saya selalu mendidik saya dengan KASIH SAYANG.
Orang tua mencintai anaknya dengan sepenuh hati. Tak ada yang terlewatkan.
Marilah kita merenung…
Beberapa tahun lalu saat kita dikandung oleh orang tua, betapa bahagia mereka, mengharap anak yang akan lahir adalah anak yang berbakti dan selalu sayang kepadanya.
Tapi coba renungkan, apakah kita begitu?
Saat melahirkan kita, orang tua kita merasakan sakit yang amat sangat, menangis kesakitan, antara hidup dan mati.bahkan mungkin jika diberi pilihan oleh tuhan antara menyelamatkan nyawanya atau nyawa bayinya, pastilah ia akan memilih menyelamatkan bayiny, ibu memberikan kita asi waktu bay1, menahan derita menggendong kita seharian.
Tapi apa????apakah kita saat ini cuma melihat beliau dengan penderitaannya, mencaci makinya, melawannya, mengacuhkannya…
Coba renungkan…
Sekarang apa balasan kita?????
Saya juga pernah berkata yang tidak baik pada orang tua saya, membentak, kata-kata kasar,ejekan.hampir semua anak pernah melakukannya..
RENUNGILAH SEJENAK
Pernahkah kita tahu…
Setiap malam orang tua kita, ibu kita terbangun tengah malam dan menangis di bantalnya, menangis oleh kata kata kita yang terlalu menyakitinya????
Sadarkah kita saat kita membentak ibu kita, ternyata mereka sangat sabar, namun di belakang mereka merasakan perih di hati mereka, tangisan lirih.
Saat kita pergi meninggalkan mereka karena marah… orang tua kita sangatlah sedih.. mereka akan menyesali diri mereka, baikkah itu?
Coba renungkan anak mana yang mau melihat orang tua mereka menangis?
Mungkin kita tak pernah mau memikirkan kepedihan yang dirasakan oleh ibu kita.
Saat kita marah, saat kita meninggalkan rumah.. ibu kita akan menangis.
Baikkah itu?senangkah kalian?anak mana yang senang membuat orangtua mereka menangis, membuat orang tua merasa sangat tak berharga hanya karena kata – kata dan kelakuan anak mereka????
RENUNGKANLAH!!!!
Mungkin saat ini beliau masih ada, masih sehat. Dan saat ini mungkin kamu sedang menuntut pendidikan, jauh dari orangtua. yang membuatnya sedih
Cobalah perhatikan, tiap libur akademik saat bertemu orang tua kita, perhatikanlah… rambut mereka makin memutih… kulit mereka makin berkerut… sinar wajahnya makin meredup… masihkah kalian belum sadar??? Kata kata yang telah kita ucapkan yang kadang membuat mereka terbangun di tengah malam untuk menangisi kata kata kasar, bentakan itu, namun mengapa kita tak pernah menyadari. Mengapa kita tak mau minta maaf????
Ingatlah… tak ada yang menjamin bahwa ibu kita akan tetap ada mendampingi kita saat pulang… mungkin saat kita pulang kita masih bisa menemui ibu kita tersayang.
Tetapi rennungkanlah ketika kita pulang dan yang kita temui adalah sosok yang telah terbujur kaku, kita tak lagi merasakan kasih sayangnya, yang kita temui hanyalah sebuah nisan…
masihkah kita ingin menyakiti hati mereka, membuat mereka menangis karena anaknya yang selalu membentaknya, meninggalkannya dalam kemarahan??
Mungkin saat ini kita sedang bahagia, jauh dari orang tua kita? Tapi pernahkah kita berpikir, apakah orang tua saya juga disana bahagia?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar