Supirnya menjawab, "Begini, pak, saya sudah belajar bahwa saya tak
selalu mendapatkan apa yang saya sukai, karena itu saya selalu menyukai
apapun yang saya dapatkan."
Jawaban singkat tadi merupakan wujud perasaan syukur. Syukur merupakan
kualitas hati yang terpenting. Dengan bersyukur kita akan senantiasa
diliputi rasa damai, tenteram, dan bahagia. Sebaliknya, perasaan tak
bersyukur akan senantiasa membebani kita. Kita akan selalu merasa kurang
dan tak bahagia.
Seorang pengarang pernah mengatakan, "Menikahlah dengan orang yang Anda
cintai, setelah itu cintailah orang yang Anda nikahi." Ini perwujudan
rasa syukur.
Ada dua hal yang sering membuat kita tak bersyukur. Pertama, kita sering
memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita
miliki. Katakanlah Anda sudah memiliki sebuah rumah, kendaraan,
pekerjaan tetap, dan pasangan yang baik. Tapi Anda masih merasa kurang.
Tentunya boleh-boleh saja kita memiliki keinginan, tapi kita perlu
menyadari bahwa inilah akar perasaan tak tenteram. Kita dapat mengubah
perasaan ini dengan berfokus pada apa yang sudah kita miliki. Cobalah
lihat keadaan di sekeliling Anda, lihatlah orang-orang disekitar anda
yang hidupnya tidak sebaik anda, pikirkan yang Anda miliki, dan
syukurilah. Anda akan merasakan nikmatnya hidup.
Ada cerita menarik mengenai seorang kakek yang mengeluh karena tak dapat
membeli sepatu, padahal sepatunya sudah lama rusak. Suatu sore ia
melihat seseorang yang tak mempunyai kaki, tapi tetap ceria. Saat itu
juga si kakek berhenti mengeluh dan mulai bersyukur.
Hal kedua yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan
membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang
lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih
pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih kaya
dari kita.
Saya ingat, pertama kali bekerja saya senantiasa membandingkan
penghasilan saya dengan rekan-rekan semasa kuliah. Perasaan ini membuat
saya resah dan gelisah. Sebagai mantan mahasiswa teladan di kampus, saya
merasa gelisah setiap mengetahui ada kawan satu angkatan yang
memperoleh penghasilan di atas saya. Nyatanya, selalu saja ada kawan
yang penghasilannya melebihi saya.
Saya menjadi gemar berganta-ganti pekerjaan, hanya untuk mengimbangi rekan-rekan saya. Saya bahkan tak peduli dengan jenis pekerjaannya, yang penting gajinya lebih besar. Sampai akhirnya saya sadar bahwa hal ini tak akan pernah ada habisnya. Saya berubah dan mulai mensyukuri apa yang saya dapatkan. Kini saya sangat menikmati pekerjaan saya.
Ada cerita tentang saudara kita yang hidupnya diberatkan karena hutang,
bukan karena kebutuhan hidup yang membuat dia berhutang, tetapi
ketidak-mampuannya menahan hawa nafsu untuk memiliki barang. Sudah
memiliki motor, ingin membeli motor baru, walaupun cicilan kreditnya
cukup besar, membeli TV baru dengan alasan TV yang lama sudah kuno. Dan
banyak lagi demi gengsi atau demi sekedar kepuasan semata. Tetapi
sekarang hidupnya selalu susah dan diberatkan oleh hutang. Hutang yang
satu ditutup dengan hutang lainnya. Akhirnya hidupnya menjadi susah,
ingin bekerja susah, ingin ngaji juga susah karena hutangnya sudah
banyak dimana-mana. Semoga kita dijauhkan dari beratnya hutang.
Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita
miliki. Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi.
Bersyukur dapat membuat hidup kita lebih tentram.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar