Senin, 08 Januari 2018

islam kaaffah

Islam adalah agama yang syâmil (meliputi segala sesuatu) dan kâmil (sempurna). Sebagai agama yang syâmil, Islam menjelaskan semua hal dan mengatur segala perkara: akidah, ibadah, akhlak, makanan, pakaian, mumamalah, ‘uqûbât (sanksi hukum), dll. Tak ada satu perkara pun yang luput dari pengaturan Islam. Hal ini Allah SWT tegaskan di dalam al-Quran:
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ
Kami telah menurunkan kepada kamu al-Quran sebagai penjelas segala sesuatu (TQS an-Nahl [16]: 89).
Islam sekaligus merupakan agama yang kâmil (sempurna), yang tidak sedikit pun memiliki kekurangan. Hal ini Allah SWT tegaskan dalam firman-Nya:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
Pada hari ini Aku telah menyempurnakan untuk kalian agama kalian (Islam), telah melengkapi atas kalian nikmat-Ku dan telah meridhai Islam sebagai agama bagi kalian (TQS al-Maidah [5]: 3).
Karena itu tentu sebuah kelancangan jika kita menganggap ada hal-hal yang tidak diatur oleh Islam. Misal, ada yang berpendapat bahwa Islam tidak mengatur urusan negara, apalagi menentukan sistem dan bentuk negara bagi kaum Muslim. Alasannya, karena tidak ada perintahnya secara tekstual di dalam al-Quran.
Pendapat demikian tentu berasal dari cara berpikir yang dangkal. Sebabnya, jika alasannya semata-mata tekstualitas nash, betapa banyak ajaran dan hukum Islam yang tidak secara tekstual dinyatakan oleh nash al-Quran, tetapi dijelaskan oleh as-Sunnah, Ijmak Sahabat atau Qiyas Syar’i. Contoh: Al-Quran secara tekstual hanya memerintahkan shalat, tetapi tidak menjelaskan syarat dan rukunnya, termasuk waktu-waktunya. Ketentuan rinci tentang shalat dijelaskan oleh as-Sunnah. Contoh lain: Al-Quran secara tekstual menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba, tetapi tidak menjelaskan syarat-syarat dan rukun jual-beli, macam-macam akad ribawi serta ketentuan rinci lainnya. Ketentuan rinci tentang jual-beli dan riba dijelaskan oleh as-Sunnah atau Ijmak Sahabat.
Demikian pula terkait pengurusan negara. Al-Quran memang tidak secara tegas (tekstual) menentukan sistem dan bentuk negara. Namun, ketentuan tentang sistem dan bentuk negara dijelaskan oleh banyak nash as-Sunnah atau ditegaskan oleh Ijmak Sahabat. Hal demikian amat mudah dipahami oleh mereka yang memahami ijtihad dan tentu akan gagal dipahami oleh mereka yang tidak mengerti ijtihad.
Keharusan Mengamalkan Islam Secara Kâffah
Totalitas dan kesempurnaan Islam tentu tidak akan tampak kecuali jika kaum Muslim mengamalkan Islam secara kâffah (total) dalam seluruh segi kehidupan. Inilah yang Allah SWT perintahkan secara tegas dalam al-Quran:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagi kalian (TQS al-Baqarah [2]: 208).
Sabab an-nuzûl ayat ini menurut Imam al-Baghawi berkaitan dengan masuk Islamnya seorang Ahlul Kitab Yahudi Bani Nadhir bernama Abdulah bin Salam dan teman-temannya. Namun, setelah memeluk Islam ia tetap menganggap mulia hari Sabtu dan tidak mau memakan daging unta. Mereka pun menyatakan, “Wahai Rasulullah, bukankah Taurat itu adalah Kitabullah? Karena itu izinkanlah kami tetap membaca Taurat itu dalam shalat-shalat malam kami.” Lalu turunlah turunlah ayat ini sebagai jawaban (Tafsir al-Baghawi, I/240).
Terkait kata kâffah dalam ayat di atas ada dua pendapat. Pertama: menurut Imam an-Nasafi, kata kâffah adalah hâl (penjelasan keadaan) dari dhamir (kata ganti) pada frasa udkhulû (masuklah kalian) yang bermakna jamî’an (menyeluruh/semua kaum Mukmin). Artinya, ayat ini ditujukan untuk semua kaum Mukmin (Lihat: An-Nasafi, Madârik at-Tanzîl, I/112).
Kedua: Menurut Imam Qurthubi, kata kâffah  berfungsi sebagai hâl (penjelasan keadaan) dari kata al-silmi (Islam) (Tafsir al-Qurthubi, III/18). Artinya, melalui ayat ini Allah SWT menuntut orang-orang yang masuk Islam untuk masuk ke dalam Islam secara keseluruhan (total). Mereka tidak boleh memilih-milih maupun memilah-milah sebagian hukum Islam untuk tidak diamalkan. Pemahaman ini diperkuat dengan sabâb an-nuzûl ayat ini—sebagaimana diterangkan di atas—yang  menolak dispensasi beberapa orang Yahudi ketika hendak masuk Islam untuk mengamalkan sebagian isi Taurat.
Menurut Imam ath-Thabari, dalam ayat ini kaum Mukmin diseru untuk menolak semua hal yang bukan dari hukum Islam; melaksanakan seluruh syariah Islam; dan menjauhkan diri dari upaya-upaya untuk melenyapkan sesuatu yang merupakan bagian dari hukum-hukum Islam (Tafsîr ath-Thabari, II/337).
Saat menafsirkan ayat di atas, Imam Ibnu Katsir juga menjelaskan, “Allah SWT menyeru para hamba-Nya yang mengimani-Nya serta membenarkan Rasul-Nya untuk mengambil seluruh ajaran dan syariah Islam; melaksanakan seluruh perintah-Nya dan meninggalkan seluruh larangan-Nya sesuai dengan kemampuan mereka.” (Ibn Katsir,  1/335).
Karena itulah, menurut Syaikh Mahmud Syaltut, Islam menuntut menyatunya syariah dengan akidah; masing-masing tidak bisa dipisahkan. Akidah adalah dasar yang memancarkan syariah, sementara  syariah merupakan wujud nyata yang lahir dari akidah. Dengan kata lain  akidah adalah fondasi, sedangkan syariah adalah bangunan yang berdiri di atasnya. Karena itu akidah tanpa syariah bagaikan fondasi tanpa wujud bangunan sehingga abstrak dan sulit diukur. Sebaliknya, bangunan tanpa fondasi juga tidak mungkin karena ia akan runtuh. Karena itu pula para ulama menyatakan, bahwa keimanan adalah aspek batiniah, sedangkan syariah adalah aspek lahiriah (Al-Kirmani, Jawâhir al-Bukhâri, hlm. 39).
Dengan demikian Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna, yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Tidak ada satu pun persoalan yang tidak dipecahkan oleh Islam sehingga masih kabur atau tidak jelas status hukumnya. Demikian sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah saw.:
قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لاَ يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلاَّ هَالِكٌ
Aku telah meninggalkan kalian dalam keadaan yang terang-benderang, malamnya bagaikan siang harinya. Setelahku tidak akan ada yang tersesat kecuali orang yang celaka (HR Ahmad).
Oleh karena itu kaum Muslim diperintahkan untuk hanya melaksanakan seluruh syariah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Tak sepatutnya kaum Muslim mempraktikkan aturan-aturan lain yang bersumber dari Barat yang diajarkan oleh Motesquie, Thomas Hobbes, John Locke, dll yang melahirkan sistem politik demokrasi; atau yang diajarkan John Maynard Keynes, David Ricardo, dll yang melahirkan sistem ekonomi kapitalisme.
Dengan demikian haram bagi kaum Muslim untuk mengingkari atau mencampakkan sebagian syariah Islam dari realitas kehidupan dengan mengikuti prinsip sekularime (memisahkan agama dari kehidupan) sebagaimana yang dipraktikkan oleh negara saat ini. Allah SWT dengan tegas mengecam sikap semacam ini:
أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنْكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
Apakah kalian mengimani sebagian al-Kitab serta mengingkari sebagian yang lain? Tiada balasan bagi orang yang berbuat demikian di antara kalian melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada Hari Kiamat nanti mereka akan dilemparkan ke dalam siksa yang amat keras. Allah tidaklah lalai atas apa saja yang kalian kerjakan (TQS al-Baqarah [2]: 85).
Tak Boleh Berdiam Diri
Sayang, apa yang dikecam oleh Allah SWT dalam ayat di atas justru dipraktikkan dengan sempurna oleh kaum Muslim hari ini, khususnya oleh negara (penguasa). Bukan hanya sebagian, bahkan sebagian besar hukum Islam dicampakkan. Sebaliknya, yang diterapkan pada sebagian besar aspek kehidupan kita adalah aturan-aturan sekular yang bersumber dari Barat, baik sistem politik demokrasi, sistem ekonomi kapitalisme, sistem hukum/peradilan warisan penjajah Belanda, dll. Jelas, ini adalah kemungkaran yang amat besar. Siapapun yang mengaku Mukmin tak layak berdiam diri menyaksikan kemungkaran ini. Sebabnya, Rasulullah saw. tegas bersabda:
مَن رَأى مِنكُمْ مُنكَرًا فَليُغَيِّرْهُ بِيَدِه فَاِن لَم يَسْتطِعْ فَبِلِسانِه فَانْ لَمْ يَسْتطِعْ فَبِقَلبِهِ وَذَلِكَ اَضْعَفُ الايْمَانِ
Siapa saja di antara kalian yang menyaksikan kemungkaran, hendaknya ia mengubah kemungkaran itu dengan tangan (kekuasaan)-nya; jika tidak mampu, dengan lisannya; jika tidak mampu, dengan hatinya dan yang demikian adalah selemah-lemahnya iman (HR al-Bukhari).
Pertanyaannya: Apakah kita cukup puas dengan hanya memiliki selemah-lemah iman karena kita hanya sanggup mengubah kemungkaran dengan hati atau berdiam diri saja?! []
Kirimkan Komentar yang membangun

PIKIRAN SEBUAH KUNCI

PERUBAHAN

Manusia adalah makhluk mental. Semua aspek dalam kehidupan kita ditentukan dan dikendalikan oleh kualitas pikiran kita. Saat lahir kita diberi oleh Allah satu triliun sel otak. Semua manusia mempunyai jumlah sel otak yang sama. Yang membuat hidup seseorang berbeda dengan yang lain adalah kemampuan berpikir yang dimiliki masing-masing individu.
Nilai pikiran bergantung pada cara dan metode kita menggunakannya. Setiap manusia mempunyai pikiran. Pikiran bisa menjadi kawan maupun lawan. Semua bergantung pada “ANDA” / “SAYA” yang berada di balik pikiran itu. Cara kita menggunakan pikiran merupakan faktor yang sangat menentukan kualitas hidup kita. Jika kita mengubah kualitas pikiran kita, maka secara otomatis kualitas hidup kita juga akan berubah. Kita menciptakan realitas kita berdasarkan kemauan dan kemampuan berpikir.
Pikiran adalah sebuah instrumen berpikir yang sangat canggih. Sayangnya banyak orang kehilangan kendali atas instrumen ini. Contohnya peristiwa ketika kita mengalami sulit tidur. Tubuh ingin istirahat tetapi pikiran kita berkeliaran tanpa bisa kita kendalikan. Walaupum kita berkata stop pada pikiran kita, pikiran tetap saja berlari semaunya sendiri. Pikiran kita tidak mau menaati perintah kita dan kita tidak berdaya mengendalikannya. Mengapa hal ini bisa terjadi ?
Semua ini terjadi karena kita telah membiarkan pikiran kita mengendalikan diri kita, dan bukan sebaliknya. Akibatnya pikiran kita tidak dapat bekerja dengan benar. Kita harus belajar menggunakan pikiran kita seperti kita menggunakan tangan dan kaki. Tangan dan kaki dapat kita kendalikan dengan baik, bekerja demi kebaikan kita. Maka kita juga harus mampu mengendalikan pikiran, bekerja demi keuntungan/kebaikan kita.
Ada 5 kenyataan yang sangat menakjubkan mengenai pikiran kita, yaitu :
  1. Keberhasilan bukanlah kebetulan semata
  2. Keberhasilan meninggalkan petunjuk, demikian pula kegagalan
  3. Keberhasilan adalah hasil dari sebab dan akibat
  4. Pemikiran kita adalah sebab dan perilaku serta keadaaan kita adalah akibat
  5. Kita bisa memilih pemikiran kita sehingga dapat mengendalikan akibatnya
Mengubah pikiran sebenarnya mudah. Kuncinya terletak pada persepsi. Persepsi adalah apa-apa yang dapat kita lihat dengan mata pikiran kita. Persepsi kita dibatasi oleh pengalaman, pengetahuan dan imajinasi yang kita miliki. Pengembangan persepsi merupakan kunci untuk mampu berpikir lebih baik.
Bagaimana cara kita meningkatkan persepsi kita? Hal ini juga tidak sulit. Kumcinya terletak pada kemauan anda untuk berubah. Kemauan muncul karena kita melihat harapan perubahan dengan mengembangkan persepsi. Harapan muncul jika kita secara sadar mampu melihat segala sesuatu secara netral apa adanya. Jadi kuncinya sekarang terletak pada kesadaran. Setiap perubahan selalu diawali dengan peningkatan kesadaran.
Dalam kehidupan sering kita tidak pernah mengendalikan pikiran kita secara sadar. Itulah sebabnya ada begitu banyak orang yang hidupnya menderita, tersiksa, tak bahagia dan tak berprestasi. Kehidupan mereka seringkali diombang-ambingkan oleh emosi (perasaan) dan memori masalalu (ingatan). Jarang ada orang yang secara sadar mau menggunakan kesadarannya untuk menentukan arah hidupnya. Dengan memahami hal itu kita menyadari bahwa kehidupan sesungguhnya adalah permainan batin, tepatnya pikiran.
Jika seseorang ingin berubah namun kesadarannya lemah, maka pikirannya didikte oleh perasaan dan ingatannya. Tentu saja perasaan dan ingatan mempengaruhi persepsinya sehingga ia merasa perubahan sebagai sesuatu yang sangat berat dan menyakitkan.
Cara mengembangkan persepsi :
  1. Sementara waktu tanggalkan ego, emosi dan prasangka
  2. Mengundang, mendorong dan melibatkan ide, persepsi, dan orang lain
  3. Utamakan kecepatan dan kuantitas. Kualitas diperhatikan kemudian
  4. Jangan menyensor ide anda atau ide orang lain. Lakukan curah gagasan yang bersifat spontan. Tidak perlu menjelaskan, merasionalisasikan atau mempertahankan ide anda
  5. Mendengarkan secara proaktif untuk menemukan koneksi, interkoneksi dan pola
  6. Hindari asumsi-asumsi dan tantang semua asumsi secara kreatif dengan mengembangkan dan menggabungkan semua asumsi. Pandang semua asumsi pemikiran sebagai batu loncatan
  7. Gunakan imajinasi dengan bebas. Bermainlah dengan ide dan nikmati ide anda. Lihatlah apa yang bisa tercipta dari apa yang sudah ada
Kirimkan Komentar yang membangun

Senin, 04 Desember 2017

tentang waktu ...

Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh

Berbicara tentang waktu ...

Yang begitu berharga dan tidak pernah bisa kembali ...

Banyak yang mengeluh "tidak ada waktu".

Mau memulai bisnis baru, tidak ada waktu.

Mau membiasakan membaca Al Quran atau buku, tidak ada waktu.

Mau lebih dekat dengan keluarga, tidak ada waktu.

Bukankah kita begitu akrab dengan sebuah alasan "tidak ada waktu"?

Sementara, apa yang dapatkan dan apa yang kita hasilkan tidak sehabat orang-orang sukses.

Padahal waktu yang mereka miliki sama dengan kita, sama-sama 24 jam.

Tapi hasilnya berbeda.

Artinya ada yang salah dengan apa yang kita lakukan.

Mungkin takdir, tetapi sudahkah ikhtiar kita maksimal dengan cara mengoptimalkan waktu yang kita miliki sebaik mungkin atau kita tidak pernah memikirkan bagaimana cara mengoptimalkan waktu sebaik mungkin?

Bagi Anda yang peduli dengan waktu.
Bagi Anda yang ingin mendapatkan lebih dengan waktu yang sama.
Bagi Anda yang ingin lebih banyak waktu untuk melakukan apa yang Anda inginkan.
Kirimkan Komentar yang membangun

memahami garis besar bagaimana cara mengubah diri.


Assalamu'alaikum wr wb

Membaca email ini, in syaa Allah Anda akan memahami garis besar bagaimana cara mengubah diri.

Banyak yang bertanya, bagaimana cara berubah, menjadi lebih baik, menjadi lebih sukses? Apa saja yang harus dilakukan?

Banyak ahli yang menjawab, ubah pikiran. Change Your Mind, change your life. Ubah pikiran, maka hidup Anda bakal berubah.

Pertanyaanya, seperti apa sich tepatnya mengubah pikiran itu?

Pikiran yang dimaksud adalah: mindset atau disebut juga dengan pola pikir atau paradigma. Bukan bagaimana cara melakukan sesuatu, tetapi yang perlu Anda ubah adalah mindset Anda.

Karena, jika mindset sudah berubah, maka yang lainnya akan berubah. Jangan khawatirkan dengan berbagai kekurangan Anda saat ini, jika mindset sudah benar, yang lainnya akan mengikuti.

Mindset itu dimulai dengan kejelasan arah. Kemudian bagaimana pengkondisian pikiran Anda, lebih tepatnya pikiran bawah sadar Anda agar sesuai dengan arah tujuan Anda. Dan cara mengubah pikiran bawah sadar Anda adalah dengan memanfaatkan pikiran sadar Anda.

Pikiran sadar Anda yang mengarahkan tujuan. Pikiran sadar Anda yang mengkondisikan pikiran bawah sadar. Saat tujuan yang jelas plus kondisi pikiran bawah sadar Anda sudah mendukung, maka perubahan tinggal menunggu waktu.

Semoga Anda bisa memahaminya. Seperti itulah jika ingin berubah. Mungkin muncul pertanyaan, seperti apa sich program atau langkah demi langkah mengubah mindset itu?

Saya sudah menulis ebook Beautiful Mind Power, disana saya jelaskan lebih detil bagaimana cara kita mengubah mindset. Penjelasan dalam bentuk ebook dan audio MP3, dimana jika Anda ikuti in syaa Allah mindset Anda akan berubah.

Bagi Anda yang sudah memilikinya, silahkan baca ulang, silahkan dengarkan ulang, silahkan praktekan petunjuk yang ada disana.

Bagi yang belum punya, silahkan dapatkan disini:

Kirimkan Komentar yang membangun

Rabu, 29 November 2017

arti sahabat

Sahabat sejati adalah yang selalu ada jika kita lagi kesulitan, selalu ada dalam kebahagiaan, sahabat takkan perna melupakan kebaikan sahabatnya, selalu melupakan kekurangan sahabatnya, merahasiakan apa yang seharusnya dirahasiakan.
Sahabat bisa diartikan sebagai orang yang bisa paling jujur di dunia, sebab sahabat bisa mengomentari segala hal tentang kita meski itu akan menyakitkan, tapi tetap ia katakan, demi kebaikan sahabatnya. 

Persahabatan harus dilandasi rasa saling kepercayaan yang tinggi dan saling mengerti tanpa harus dikatakan atau diutarakan kita mesti mengerti apa yang terjaddi, karena “friends will always help us in anywhere and anytime” Siapapun sahabat kita dia tetaplah sahabat kita dan harus saling mengerti perasaan satu sama lain.

Semua manusia pasti memiliki sahabat, karena pada hakikatnya memang manusia adalah makhluk sosial, mereka akan selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya, salah satunya adalah sahabat, setiap orang pasti butuh sahabat.
Sahabat artinya adalah seseorang yang sudah benar-benar menyatu dalam kehidupan kita, selalu ada buat kita, selalu bisa menghibur dikala sedih, dan selalu bisa mengatakan hal yang tak bisa dikatakan orang lain. Tapi ingat, sahabat tetaplah seorang manusia, yang kadang khilaf,  yang juga punya kebutuhan sendiri, dan punya kehidupan sendiri, jadi saling mengerti, saling memahami satu sama lain, itulah inti dari persahabatan.

Siapapun bisa menjadi seorang sahabat, yang penting bisa saling mengerti, saling menghargai satu sama lain dan saling menutupi kekurangan masing-masing. Bahkan sahabat juga tak harus selalu nyata, dalam dunia maya pun kita bisa memiliki sahabat. Karena sahabat hanya kita yang tahu bagaimana kita bisa mengakui kalau dia adalah sahabat kita. 

Jadi, apapun definisi kita tentang sahabat, pada dasarnya Arti Sahabat adalah orang yang mengatakan bahwa kita adalah sahabatnya...

Kirimkan Komentar yang membangun

Rabu, 22 November 2017

Tidak layak lagi jadi guru

Setelah menjadi guru sejak tahun 2007 hingga 2017 hampir 10 tahun lamanya seakan ada perubahan yang mendasar yang saya alami, termasuk perubahan pola pikir anak didik yang diberikan pendidikan dan pengajaran setiap hari, namun  prilaku siswa siswiku tidak lagi ada perubahan sikap, tingkah laku yang mengarah kepada yang lebih baik, sehingga saya pun berfikir bahwa saya tidak layak lagi menjadi seorang guru yang bisa ditiru dalam hal keilmuan, tingkah laku, bahkan perhatian untuk menjadi yang terbaik.  keadaan ini semakin terasa dari tahun ketahun semakin banyak saja siswa yang datangnya terlambat, tidak merapikan bajunya (isdal) tidak lagi patuh untuk mengerjakan tugas Rumah (PR), tidak lagi cepat bila diajak untuk melakukan sesuatu misalnya kerjabakti, memberihkan kelas, membuat pagar kelas, semakin banyak yang bolos, alpa, pura-pura sakit, ada yang merokok, ngelem Fox, tidak lagi betah dalam kelas, dll.   Ini semua hal yang membuat saja merasa tidak lagi layak menjadi seorang guru yang sesungguhnya, namun semangatku untuk menjalankan tugas sebagai abdi negara, dan sebagai ladang amal ibadah menjadikan saya tetap melaksanakannya dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan serta kesabaran dalam menjalani semua itu sebagai umar bakri.   Semoga semua yang saya lakukan bernilai ibadah disisiNya.  Karena pekerjaan sebagai seorang guru itu sangat muliah karena tugasnya memanusiakan manusia, mencerdaskan kehidupan bangsa, membangun jiwa maupun raga bangsa ini.  Sedih rasanya melihat siswa-siswiku seakan kecewa campur malu jika setiap hari mengamati mereka, setiap saat diberikan tausia saat apel pagi maupun siang, saat diruangan BK, saat pembelajaran berlangsung dan waktu-waktu mereka diluar ruangan pun tidak luput dari pengamatan. Guru itu adalah teladan bagi siswa-siswinya namun jika keteladanan itu hilang dan tidak berpengaruh terhadap siswa-siswi maka ........... disitulah kelayaknnya hilang sebagai teladan #Hafit Bokko' S.Pd @salakan 23 Nov 2017 
Kirimkan Komentar yang membangun

Perjalanan

Melangkah untuk memulai sebuah perjalanan, baik perjalanan yang dekat (singkat) maupun perjalanan jauh (panjang).  Menjalani hidup dan kehidupan di Dunia ini menjadi hal yang penting, wajib, bahkan menjadi keharusan apabila kita telah berada di dalamnya.  Mengisi hidup untuk bekal menuju hidup yang sesungguhnya yakni kehidupan abadi di akhirat kelak, jadi sudah sejauh mana perbekalan yang telah kita siapkan untuk menuju hari perhitunganNya Allah SWT.   Sebagai seorang suami menjalani hidup untuk mencari nafkah untuk istri dan anak-anaknya, baik itu nafka lahir maupun nafkah batin, mendidik istri dan anak, memberikan yang terbaik, halalan toyyib, memberikan perbekalan ilmu agama maupun ilmu umum, sebagai bekal untuk menjalani kehidupan.   Seakan kita adalah Musyafir yang sedang bepergian jauh dalam menapaki perjalanan hidup ini.  Bekerja  untuk memenuhi semua kebutuhan hidup adalah sebuah keharusan bagi sebuah rumah tangga.
Kirimkan Komentar yang membangun

Selasa, 21 November 2017

Muh Alfatih Hafit


Sangat mengharukan, menggemaskan anak usia 1,5 tahun bisa mandiri, melakukan sendiri kegiatan yang biasanya dilakukan oleh orang dewasa, itu artinya bahwa apa yang diakukan oleh anak-anak itu meniru dari apa yang dilakukan oleh orang lain yang ada disekitarnya, makanya jika ingin anak-anak kita melakukan yang baik-baik maka kita biarkan dia berada di lingkungan yang baik, agamis, akhlak yang baik dll.  seperti pepatah mengatakan buah yang jatuh tidak jauh dari batangnya, kecuali tempat pohon berbuah itu berada di kemiringan, dibukit. 

Kirimkan Komentar yang membangun

Senin, 20 November 2017

Langkah penyusunan RPP Kurikulum 2013 Revisi 2017

Langkah penyusunan RPP Kurikulum 2013 Revisi 2017
  1. Mengkaji silabus (dengan adanya Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, maka silabus dikembangkan oleh guru mengacu pada komponen yang tercantum pada Permendikbud tersebut) (lihat Panduan Pengembangan Silabus).
  2. Melakukan analisis keterkaitan SKL, KI, KD dalam rangka merumuskan IPK, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan rencana penilaian sesuai dengan muatan KD. Untuk mata pelajaran Agama dan PPKn merumuskan IPK dari pasangan KD pada KI-1, KD pada KI-2, KD pada KI 3, dan KD pada KI 4, sedangkan mata pelajaran lain IPK dari pasangan KD pada KI 3 dan KD pada KI 4 (lihat Panduan Analisis Keterkaitan SKL, KI, dan KD)
  3. Menentukan alokasi waktu untuk setiap pertemuan. Penentuan ini berdasarkan hasil analisis waktu yang dibutuhkan untuk pencapaian tiap IPK dan disesuaikan dengan karakteristik siswa di satuan pendidikan.
  4. Merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan KD dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
  5. Menyusun materi pembelajaran. Materi pembelajaran dapat berasal dari buku teks pelajaran, buku panduan guru, sumber belajar lain berupa muatan lokal, materi kekinian, atau konteks pembelajaran dari lingkungan sekitar. Materi pembelajaran ini kemudian dikelompokkan menjadi materi untuk pembelajaran reguler, pengayaan, dan remedial.
  6. Menentukan Pendekatan/Model/Metode Pembelajaran yang sesuai.
  7. Menentukan media, alat, bahan yang digunakan dalam proses pembelajaran.
  8. Memastikan sumber belajar yang dijadikan referensi yang akan digunakan dalam langkah penjabaran proses pembelajaran.
  9. Menjabarkan langkah-langkah pembelajaran ke dalam bentuk yang lebih operasional (mengutamakan pembelajaran aktif/active leaning).
  10. Mengembangkan penilaian proses dan hasil belajar meliputi lingkup, teknik, dan instrumen penilaian, serta pedoman penskoran
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kurikulum 13 revisi 2017, harus terintegrasi dengan pembelajaran diantaranya yaitu; PPK, Literasi, 4C, dan HOTS sehingga perlu kreatifitas guru dalam meramunya. dimana Perbaikan atau revisi Kurikulum 2013 tahun 2017 Adalah sebagai berikut :
  1. 4C (kemampuan berkomunikasi, kemampuan berinteraksi, kemampuan berpikir/lebih luas dari HOTS):
    • Critical Thinking (Berpikir Kritik): Proses Konseptualisasi, Menerapkan, Menganalisis, Dan Mengevaluasi Melalui Proses Berpikir Deduktif Dan Induktif (Sintesis Dari Scriven Dan Paul, 1984; Facione, Dkk., 1995; Scheffer Dan Rubenfield, 2000). 
    • b. Creativity (Kreativitas): Kemampuan Mengembangkan Solusi, Ide, Konsep, Teori, Prosedur, Produk. Inovasi Adalah Bentuk Kreativitas (Sintesis Antara Fullan, 2013 Dan Oecd, 2014)
    • Collaboration (Kerjasama): Kemampuan Kerjasama Dalam Kelompok Baik Tatap Muka Atau Melalui Komunikasi Dunia Maya Untuk Memecahkan Masalah, Menyelesaikan Konflik, Membuat Keputusan, Dan Negosiasi Untuk Mencapai Tujuan Tertentu (Sintesis Antara Lai, 2011 Dan Dede, 2010)
    • Communication (Berkomunikasi): Kemampuan Mengemukakan Pikiranatau Pandangan Dan Hasil Lain Dalam Bentuk Lisan, Tulisan, Menggunakan It, Dan Kemampuan Mendengar, Kemampuan Memahami Pesan (Revisi Dari Fullan, 2013, Canada, 2014)
  2. HOTS (kemampuan berpikir)
  3. Literasi antara lain pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan, dll
  4. Karakter
Kirimkan Komentar yang membangun

Sabar dalam Islam itu terbagi menjadi tiga bagian


1. Bersabar Dalam Menghadapi Musibah






Sahabat Khutbah Jum’at kemarin di masjid Nurul Huda Bernah, Kotabumi, Lampung. Menceritakan tentang pandangan Islam Tentang Sabar. banyak Ilmu yang saya dapat tentang sabar. Sahabat, ternyata Sabar dalam Islam itu terbagi menjadi tiga bagian, dalam kesempatan kali ini saya akan mencertakan tentang bagian pertama sabar, yaitu sabar ketika menghadapi suatu musibah atau cobaan.
Setiap cobaan yang diberikan Allah merupakan bentuk cinta kasih Allah kepada hamba-Nya. Setiap cobaan yang datang kepada kita membuka pintu pahala bagi kita. Dan dengan sabar menghadapi setiap cobaan yang datang maka kita akan dengan mudah memperoleh pahala yang telah dijanjikan Allah. Namun bila kita tidak bisa sabar maka yang kita peroleh hanyalah cobaan tersebut tanpa ada pahala yang menyertainya. Hendaklah kita selalu ingat bahwa Allah Maha Mengetahui akan kemampuan setiap makhluk-Nya. Untuk itu Allah tidak akan memberi cobaan kepada seseorang di luar kemampuan orang tersebut. Orang yang cerdas akan selalu berjiwa besar, berpikiran lapang, berjiwa tenang dan tahan menerima cobaan. Mereka terus berusaha dan berpasrah diri pada Allah. Allah berjanji bahwasanya orang yang sabar dalam menghadapi musibah maka pada hari kiamat nanti Allah akan memberikan kepadanya seratus derajat di surga dan jarak setiap derajat adalah seluas antara Arasy dan bumi. Allah berjanji akan memberikan jalan keluar bagi orang yang sabar dalam menghadapi cobaan yang diberikan kepadanya. Dalam hal ini Allah swt. berfirman:
وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَيَحْتَسِبُ
Artinya: “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. ath-Thalaq: 2-3).
Maksudnya, segala ujian dan cobaan dalam hidup akan berakhir dengan mendapatkan hasil yang terbaik bagi seseorang yang memiliki kesabaran, dan ketakwaan yang teguh kepada Allah.
Dalam Al-Qur’an Allah SWT pun Berfirman :
“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,’Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun.’ Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb-nya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157).
dan tak lupa hadist Rasulullah SAW.
“Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Tidak ada seorang muslim yang tertimpa musibah lalu menyatakan apa yang Allah perintahkan, ‘Innaa lillahi Wa Inna Ilaihi Raji’un Allahumma’ Jurni fi mushibatie wa Akhlif li Khairan minha.’ Kecuali Allah gantikan baginya yang lebih baik.” (HR. Muslim).

Mudah-mudahan kita dapat mendapatkan tingkatan tertinggi dari tingkatan sabar dan paling tidak kita masih ditetapkan sebagai orang yang sabar.

2. Bersabar Dalam Menjalani Perintah-Perintah Allah)



Sahabat kita lanjut lagi materi khutbah jum’at di Masjid Nurul Huda kemarin, tadi siang kita sudah bahas tentang “Sabar Dalam Menghadapi Musibah”. Sabar yang kedua ini tak kalah pentingnya dengan sabar yang pertama, yaitu sabar dalam menjalani perintah-perintah Allah SWT.  Sebagai orang Islam kita memang mempunyai kewajiban menjalankan perintah-perintah Allah. Kita harus sadar bahwa di dalam setiap kewajiban-kewajiban yang dibebankan Allah kepada hamba-hamba-Nya terdapat hikmah yang baik bagi diri sendiri ataupun bagi orang lain. Oleh karena itu, jika kita menjalankan segala apapun perintah-perintah Allah dengan sabar maka kita dapat merasakan nikmat sabar itu sendiri dan setiap ibadah yang kita lakukan akan terasa lebih indah. Allah juga berjanji bahwasanya orang yang sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah maka pada hari kiamat nanti Allah akan memberikan kepadanya tiga ratus derajat di surga dan jarak setiap derajat adalah seluas antara langit dan bumi. Sabar dan taat dalam menjalankan perintah Allah terdapat dalam firman-Nya:

اِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ اِنَّهُ اَوَّابٌ
Artinya: “Sesungguhnya kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar, dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya). (QS. Shad: 44



3. Bersabar Dalam Menjauhi Maksiat



kita lanjutin yuk Materi Khutbah jum’at di masjid Nurul Huda Bernah kemarin, Tadi siang saya telah membagi tentang apa yang saya dapat di materi khutbah kemarin yang berisi tentang sabar dalam menghadapi musibah, tadi sore berupa lanjutannya yaitu tentang sabar dalam menjaankan perintah-perintah Allah SWT. Nah, sekarang ini adalah materi terakhir tentang sabar, yaitu sabar dalam menjauhi maksiat.

Sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk selalu menjauhi hal-hal yang dilarang oleh Allah. Akan tetapi jika kita menjauhi hal-hal yang dilarang Allah dengan berat hati maka hal tersebut hanya akan menjadi beban bagi diri kita. Kita seharusnya juga sadar bahwa hal apapun yang dilarang Allah pasti hal tersebut membawa akibat buruk bagi kita jika tidak menjauhinya. Allah juga berjanji bahwasanya orang yang sabar dalam menjauhi dan meninggalkan larangan Allah maka pada hari kiamat nanti Allah akan memberikan kepadanya enam ratus derajat di surga dan jarak setiap derajat adalah seluas antara langit ketujuh (langit yang tertinggi) dan bumi yang ketujuh (bumi yang terbawah). Dalam firman-Nya disebutkan:
“Jika kamu bersabar dan bertakwa maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.” (QS. ali-Imran: 186).
Allah swt. juga memberi tahu kita agar berhati-hati dan tetap bertakwa menanamkan kesabaran dalam hati di saat menghadapi cobaan karena cobaan yang diberikan Allah bukan hanya berupa musibah, harta yang dimiliki juga merupakan cobaan. Sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya:
 “Kamu pasti akan diuji dengan hartamu dan dirimu. Dan pasti kamu akan mendengar banyak hal yang menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang musyrik.” (QS. ali-Imran: 186).
Dari ketiga macam sabar yang telah diuraikan hari ini, yang saya kutip dari hutbah jum’at kemarin di Masjid Nurul Huda dan sudah saya tambahkan materinya dengan search google :-D, yang paling dikenal dalam lingkungan kita sehari-hari adalah sabar dalam menghadapi cobaan (musibah).
Untuk itu, sahabat, marilah kita membiasakan diri untuk berbuat baik, membuang jauh-jauh sifat yang hina dan tercela. Mari kita menghiasi pribadi kita dengan watak kemanusiaan yang sempurna, dengan amal perbuatan yang berguna dan bertindaklah dengan sikap ksatria. Semuanya itu dapat kita lakukan jika kita selalu dekat dan memohon petunjuk dari Allah swt. karena hidayah Allah itu akan mendorong diri untuk bermental baja, tidak mudah menyerah, sanggup melakukan hal-hal yang positif dan mampu meninggalkan hal-hal yang negatif, serta sabar dalam menghadapi segala musibah. Sebagaimana firman Allah,
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah: 153).
Tanam dan pupuklah sifat sabar yang ada dalam diri kita karena dengan kesabaran, kebahagiaan hidup akan dapat kita capai. Dan selalu ingatlah kepada Allah karena Allah senantiasa bersama dengan orang-orang yang sabar yang selalu ingat kepada-Nya. Sabar juga akan mengangkat derajat kemanusiaan menuju taraf yang lebih tinggi.
Kirimkan Komentar yang membangun