Minggu, 19 Maret 2017

Inspirasi Masa Depan

Ini bukan sebuah cerita belaka, namun sebagain dari kita memang mengalami hal seperti ini di dalam kehidupan ini. Kita seolah tidak memiliki gairah yang besar untuk sebuah keberhasilan, dan seakan-akan hanya menjadi seorang penggembira saja di berbagai kesempatan baik yang kita temukan di dalam kehidupan kita.
Di saat sebagian orang berpacu untuk meraih dan mengejar mimpi-mimpi mereka akan masa depan yang cerah, beberapa yang lainnya justru hanya berada di titik yang sama untuk beberapa waktu yang cukup panjang. Mereka tetap hidup dan menjalani hidup sebagaimana yang lainnya, namun mereka tidak pernah beranjak dan selalu berada pada titik yang sama, meskipun mereka memiliki kesempatan yang luas untuk melakukannya. Lalu, apa yang sebenarnya sedang kita lakukan?

Tidak menerima kenyataan dengan hati lapang

Ada banyak orang yang mengalami kegagalan, bahkan meski pada akhirnya mereka berhasil dalam sebuah bidang, namun mungkin saja mereka telah mengalami berbagai kegagalan sebelum meraih keberhasilan tersebut di dalam genggaman. Hal ini bisa dialami siapa saja, bahkan oleh kita juga. Namun yang kemudian menjadi pembeda adalah bagaimana kita menyikapi dan menerima kegagalan tersebut sebagai sebuah hal yang positif untuk kehidupan kita saat ini, atau bahkan untuk kehidupan kita di masa yang akan datang.
Meski menyadari kegagalan yang telah terjadi, sebagian dari kita memilih untuk tetap berada di sana dan tidak beranjak ke mana-mana. Membiarkan diri selalu terpuruk dan seolah berupaya untuk mengingkari kegagalan yang telah terjadi, itulah hal yang sering kita lakukan. Bersikap seolah semuanya baik-baik saja, dan menyamankan diri pada kegagalan-kegagalan yang sama. Kita tidak pernah benar-benar bangkit dan memberi kesempatan diri kita sendiri untuk menjadi lebih baik lagi. Ini tentu sebuah tindakan yang salah, bahkan sangat fatal.
Belajarlah untuk menerima kenyataan dan kegagalan yang mungkin saja pernah kita alami di masa lalu. Jangan selalu menyalahkan diri atas hal tersebut, sebab ini akan selalu membuat kita marah dan tidak pernah tenang dalam menjalani kehidupan. Cobalah untuk memaafkan diri sendiri dan berdamai dengan semua masa lalu yang telah terjadi, bahkan berbagai hal terburuk sekalipun yang pernah kita alami.

Tataplah masa depan dengan berani dan rasa percaya diri yang tinggi

Jangan menghukum diri sendiri atas berbagai masalah yang pernah terjadi, sebab hal ini akan membuat kita selalu hidup di bawah bayang-bayang masa lalu yang kelam. Hidup hanya sekali maka tataplah masa depan, karena sangat mubazir jika dilewatkan dengan meratapi masa lalu, bukan?
Nikmati saja apa yanga ada sekarang dan milikilah sebuah harapan untuk masa yang akan datang. Beranjak dan meninggalkan masa lalu adalah sebuah pilihan yang tepat, jika kita memiliki keinginan untuk berubah dan menjadi seseorang yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Mulailah untuk memberikan diri sendiri sebuah kesempatan yang lain, agar kita bisa memulai sebuah lembaran baru  di dalam hidup kita. Rasa percaya diri yang kita miliki akan sangat membantu untuk bisa bangkit dan memperbaiki berbagai hal buruk dan juga kegagalan yang kita alami di masa silam. Hiduplah di masa sekarang dan bukan di masa lalu yang gagal dan selalu penuh dengan berbagai hambatan. Bahkan meski di masa lalu kita teramat sangat gagal, namun akan tetap selalu ada kesempatan di masa sekarang dan masa yang akan datang.

Kirimkan Komentar yang membangun

Kamis, 16 Maret 2017

Da'wah : Mencela Para Sahabat Rasul


"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha  kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-selamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar". (Q.S. At-Taubah : 100)

Yang dimaksud dengan sahabat menurut para ulama hadits, yaitu setiap muslim yang pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Imam Bukhari, dalam kitab Shahihnya sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Muhammad Ajaj al-Khatib "Siapa pun orang Islam yang pernah bersahabat dengan Nabi atau melihat beliau, ia termasuk di antara sahabat beliau".

Menurut Imam Ahmad, yang dimaksud "Di antara sahabat Rasulullah" adalah ahlul-badr (orang yang ikut dalam Perang Badr). Kata Imam Ahmad, "Manusia paling utama setelah generasi mereka (ahlul-badr) adalah yang hidup pada zaman ketika Rasulullah diutus. Yakni, setiap orang yang pernah bersahabat dengan beliau, baik selama satu tahun, satu bulan, satu tahun atau pun sesaat. Atau, mereka (umat Islam) yang pernah melihat beliau. Itulah orang-orang yang termasuk sahabat beliau. Masing-masing mempunyai nilai persahabatan dengan beliau berdasarkan kadar berlangsungnya persahabatan dan yang paling tinggi dari kadar itu ialah yang menyertai beliau, mendengar (hadits) dari beliau, dan melihat beliau". Ulama yang lain berpendapat, "Sebutan sahabat harus memenuhi unsur meriwayatkan satu atau dua hadits di samping pernah melihat Rasul".

Sebaik-baik Generasi
Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan bahwa sebaik-baiknya generasi adalah generasi para sahabat, "Sebaik-baiknya manusia adalah generasiku (para sahabat) kemudian generasi berikutnya (tabi'in) kemudian generasi berikutnya (tabi'in-tabi'in). (H.R. Bukhari dan Muslim).

Syaikh Mahmud al-Misri menyebutkan bahwa para sahabat Rasul adalah sebaik-baiknya mahluk ciptaan Allah setelah para Nabi dan sebaik-baiknya umat adalah generasi yang pernah ada di muka bumi. Mereka adalah manusia yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling jauh dari kepura-puraan, paling lurus bimbingannya dan paling baik keadaannya.

Abdullah bin Umar rahimahullah menyebutkan, mereka para sahabat adalah insan terpilih yang mendampingi Nabi-Nya dan menegakkan agama-Nya. Mencintai mereka merupakan bagian dari agama, iman dan membenci mereka merupakan kekufuran, kemunafikan dan kejahatan. "Tanda keimanan itu adalah mencintai orang Anshar dan tanda orang munafik itu adalah membenci orang Anshar". (H.R. Bukhari dari Anas bin Malik rahimahullah). 

Begitu istimewanya kedudukan mereka di sisi Allah, sehingga Allah  memuji mereka di banyak ayat Al-Qur'an, di antaranya, Q.S. at-Taubah : 100, al-Fath : 18 dan 29, juga dalam surat al-Hasyr ayat 8-9 dan ayat lainnya. Al-Qur'an dengan tegas menjelaskan kedudukan sahabat yang terdahulu masuk Islam, baik dari kalangan Muhajirin, maupun Anshar. Sebagaimana Allah `azza wa jalla berfirman, "Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridah kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar". (Q.S. At-Taubah : 100).

Al-Waqidi pernah mendengar para ulama hadits berkata, "Setiap orang yang pernah melihar Rasul dan ia telah mencapai usia remaja (pubertas) bisa berpikir tentang agama serta menerimanya maka ia, menurut kami, merupakan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, meskipun hanya sesaat.".

Imam Ibnu Hajar berkata, "Yang paling benar di antara pendapat-pendapat itu adalah bahwa sahabat yaitu orang yang bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam keadaan beriman dan meninggal dalam memeluk agama Islam. Maka termasuk dalam ungkapan orang yang bertemu dengan Nabi adalah orang yang pernah lama atau sebentar duduk bersama beliau, orang yang meriwayatkan atau tidak meriwayatkan hadits  dari beliau, orang yang pernah atau tidak pernah berperang  bersama beliau, orang yang pernah melihat beliau sekali saja dan tidak pernah duduk bersama beliau, dan orang yang tidak bisa melihat beliau karena suatu halangan seperti kebutaan. Inilah pendapat mayoritas ulama (jumhur).

Imam Ahmad bin Hambal berpandangan bahwa orang yang melihat dan bersama Nabi walaupun tidak jauh lebih utama daripada orang yang tidak melihat dan bersamanya. Dalam hal ini Imam Ahmad menegaskan, kemudian manusia yang terbaik setelah para sahabat Rasulullah adalah abad di mana Rasulullah diutus sebagai Nabi kepada mereka, setiap yang menemani beliau selama setahun, sebulan, sehari, sejam atau ia hanya melihat beliau, maka ia termasuk dalam kategori sahabat beliau. Ia mempunyai derajat sahabat sesuai kadar waktu yang ia lalui dalam menemani beliau, dan tingkat pendahulunya menempel pada dirinya, dimana ia mendengar darinya hadits-hadits beliau dan melihatnya.

Menurutnya lagi, orang yang paling sedikit waktunya menemani Rasulullah masih jauh lebih mulia dibandingkan dengan orang-orang yang tidak sempat melihat beliau, walaupun mereka menghadap Allah dengan segala amal perbuatannya, maka orang-orang yang telah menemani Rasulullah, melihatnya, dan mendengar dari beliau sabda-sabdanya (yaitu orang yang melihatnya dengan mata kepalanya dan beriman kepadanya walaupun hanya satu jam) lebih utama karena pertemanan tersebut dari para Tabi'in walaupun mereka telah melakukan seluruh amal kebaikan.

Mencela Para Sahabat
Bila kite telusuri begitu banyak kalangan yang mudah mencaci dan mencela para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Padahal ini sesuatu yang diharamkan. Yang biasa mencela dan mencaci sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Rafidhah, Khawarij, dan firqah lainnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: "Barang siapa yang mencela khilafah (kepemimpinan) salah seorang diantara para  imam tersebut ia lebih buruk daripada keledai". Mengutip pandangan ulama sebagaimana dijelaskan oleh Bachtiar Nasir, dalam buku Anda Bertanya Kami Menjawab, Para ulama telah sepakat tentang larangan mencaci maki sahabat Nabi. Berikut ini ijma' dan pendapat para ulama dalam masalah ini:

Pertama, para ulama sepakat bahwa barang siapa yang menghina sahabat, dalam hal yang tidak mengandung celaan dari sisi keimanan dan keadilan (al-'adl) sahabat, ia tidak dihukumi kafir. Seperti orang yang mengatakan bahwa di antara sahabat ada yang berilmu sedikit, penakut, bakhil, pecinta dunia, dan tidak tahu menahu soal politik, mereka ini tidak dihukumi kafir, tetapi ia harus dihukum dengan ta'zir (denda).

Kedua, para ulama bersepakat bahwa barang siapa menghina sahabat Nabi yang mengandung celaan dari sisi keadilan dan agama, mereka dihukumi sebagai kafir. Contohnya, orang yang menuduh mereka kafir dan munafik atau mengatakan bahwa mereka murtad setelah Islam kecuali sebagian kecil saja, atau bahwa kebanyak-banyakan mereka fasik, maka orang ini jelas telah kafir karena telah mendustakan Al-Qur'an.

Ketiga, ulama juga bersepakat bahwa barangsiapa yang menghalalkan  penghinaan terhadap para sahabat Nabi, ia telah kafir. Begitu juga, jika pada saat menghina sahabat, ia juga mengakui bahwa Ali rahimahulullah adalah Tuhan atau Nabi dan Jibril ... telah salah dalam menyampaikan wahyu, ia telah kafir tanpa diragukan lagi, bahkan orang yang tidak mengkafirkannya juga dianggap kafir.

Keempat, para ulama berbeda pendapat ketika seseorang menghina sahabat Nabi dengan melaknat atau menjelekkan mereka secara umum. Namun tidak jelas apakah hinaan itu karena kekesalan atau karena keyakinannya. Sebagian ulama mengatakan bahwa ia telah kafir, sedangkan mayoritas ulama mengatakan bahwa ia tidak kafir. Meskipun dikatakan tidak kafir, tetapi para ulama yang berpendapat demikian tetap mewajibkan untuk menghukumnya.

Demikianlah sekilas penjelasan tentang keutamaan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, semoga kita dapat mengikuti jejak dan teladan mereka serta menghindar dari mencela dan menjelekkan sebab itu akan menghantarkan kita kepada kekufuran. Wallahu A'lam.

(Sumber: Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, Edisi No.23 Thn.XLII, 18 Sya'ban 1436 H/ 5 Juni 2015 M Oleh Abdul Kadir Badjuber, M.Pd)

Kirimkan Komentar yang membangun

Tapak Tilas Ibnu Batuta di Xianjiang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wisata ke Xinjiang bisa menjadi tapak tilas jejak Ibnu Batuta atas penjelajahan mereka di Jalur Sutera. Sejak makin membuka diri pada 1970-an, Provinsi Xinjiang secara umum kini hidup dari pariwisata.

Pada 2010 saja, 30 juta wisatawan tercatat mengunjungi Xinjiang dan menghasilkan 4,6 juta miliar dolar AS bagi ekonomi Xinjiang. Pemerintah setempat bertekad menambah jumlah kunjungan wisatawan ke sana dengan menampilkan identitas minoritas sebagai daya tarik wisata. Urumqi, Pasar Kashgar, dan Menara Emin kini jadi salah satu objek wisata.

Salah satu atraksi wisata bagi Muslim di Xinjiang adalah wisata ziarah dengan mengunjungi sejumlah mazar (makam) atau bangunan bersejarah. Wisatawan bisa mengunjungi makam para Khan atau makam para ilmuwan, seperti Mahmud al-Kashghari dam Yusuf Khass Hajib.

Di sisi lain, kehadiran wisatawan bisa menjadi hal tidak menyenangkan bagi warga Xinjiang. Kekhawatiran tfhsdst kriminalitas dan hal negatif meningkat seiring bertambahnya jumlah wisatawan. Karena itu, penting pula bagi para pendatang untuk punya sensitivitas dan penghormatan atas sosiokultur setempat.

Xinjiang berada di urutan ke-15  penyumbang PDB Cina. Namun, daerah ini masih butuh dukungan untuk memperbaiki ekonomi mereka. Turpan sendiri sempat merasakan makmurnya pendapatan dari industri perkebunan anggur saat terjadi perubahan dalam ekonomi Cina. Namun, kebijakan tetap dibutuhkan agar kaum minoritas di Xinjiang tak makin terpinggirkan.

Pendampingan dan pembekalan warga lokal akan layanan wisata tampaknya jadi hal penting. Sebab, meski makin ramai wisatawan yang berkunjung ke Xinjiang, terutama ke Turpan, warga lokal tak banyak merasakan dampak ekonominya. Keuntungan terbesar justru didapatkan para agen perjalanan. Kirimkan Komentar yang membangun

Sistem pendidikan hari ini

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menilai sistem pendidikan di Indonesia yang bergaya sekuler telah menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang cenderung anti dengan syariah Islam. Ini disampaikan Muslimah HTI ketika bertandang ke kantor redaksi Republika, Kamis (9/3), sore.
Juru Bicara Muslimah HTI, Iffah Ainur Rochmah mengatakan, sekularisasi pendidikan di dunia, khsusunya di Indonesia sebenarnya menjadi ganjalan dalam menerapkan pendidikan karakter bagi peserta didik. Hal inilah, menurutnya yang terjadi di Indonesia.
Fokus perhatian Muslimah HTI terhadap pendidikan ini berkaitan dengan acara Konferensi Perempuan Internasional, bertema 'Khilafah dan Pendidikan: Menghidupkan kembali masa Keemasan'. Acara ini akan digelar Jumat hingga Sabtu (10-11/3).   
Pengurus Muslimah HTI bagian Asia Tenggara, Fika Komara menambahkan, pendidikan bergaya sekuler ini menjadi permasalahan penting di dunia Islam. Sebab, gaya pendidikan sekuler ini telah merambah berbagai negara berpenduduk Muslim, bahkan negara Arab sekalipun. 
"Sekularisme pendidikan telah membentuk karakter SDM Muslim cenderung anti-Islam. Ini telah terbukti dan bahkan banyak mereka yang lulusan luar negeri di negara negara barat dan kembali ke Indonesia, anti dengan nilai Islam," kata dia.
Nisreen, aktivis pendidikan dari wilayah Teluk yang akan hadir di acara konferensi dan ikut bertandang ke Republika membenarkan kondisi tersebut. Ia mengungkapkan kondisi pendidikan di negara-negara Arab saat ini sudah hampir sepenuhnya mengarah ke model sisten sekuler.
Menurut Nisreen, yang terjadi di banyak negara Arab kini, kurikulum pendidikan berusaha memisahkan nilai Islam dan budaya Arab dengan materi kurikulum barat. Di antaranya, kata dia, upaya pendidikan tahfiz diganti dengan ekstra kulikuler menari, kemudian mencampur murid laki-laki dan perempuan yang selama ini dipisah dalam pendidikan Islam.
Semua itu adalah upaya yang dilakukan dari sistem pendidikan yang sekuler yang mulai berkembang di negara-negara Arab saat ini. Yakni memisahkan nilai agama dengan sistem pendidikan dan kurikulum pembelajaran di sekolah.
Kirimkan Komentar yang membangun

Minggu, 12 Maret 2017

Hukum Membunuh Cicak, Semut, Tikus dan Nyamuk


emoticon-2 Jempol

A. Pendahuluan

Cicak, semut, tikus, dan nyamuk adalah salah satu binatang yang sangat meresahkan bagi masyarakat. Kita tahu kalau Cicak sering buang kotoran di lantai, apalagi lantai masjid, sehingga menjadikan lantainya najis. Semut sering kali mengerubungi makanan atau minuman kita, sehingga sering kita lihat di tempat makanan dan gelas minuman kita terdapat semut, dan itu sangat menjengkelkan. Sedangkan tikus adalah musuh bebuyutan para petani. Tidak jarang tanaman para petani mati karena diserang hama ini. Adapun nyamuk, kita sering mengalami tidak bisa tidur, gatal-gatal, dan bentol-bentol gara-gara hewan yang satu ini.

B. Permasalahan

Bagaimanakah hukum membunuh cicak, semut, tikus, dan nyamuk?

C. Dalil-dalil

Hukum membunuh Cicak
  • Hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Barang siapa membunuh cicak dalam sekali pukul, maka ditulis untuknya seratus kebaikan, dan dalam dua kali pukulan kurang dari itu (seratus kebaikan), dan dalam tiga kali pukulan, kurang dari itu.” [HR. Muslim]
Hadits di atas adalah dalil dibolehkannya kita untuk membunuh cicak, dengan membunuhnya kita mendapatkan pahala seratus kebaikan. Bahkan tujuh kesalahan kita akan terhapuskan. Cicak adalah binatang yang jahat. Nabi bersabda: “Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam memerintahkan untuk membunuh cicak, dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menamainya dengan nama Fawaisiqo (Binatang jahat)” [HR. Muslim].
Cara membunuh cicak sebisa mungkin sekali bunuh, agar ditulis seratus kebaikan.
Imam An-Nawawi dalam kitab Syarah muslim mengatakan: “Para Ulama sepakat bahwa bahwa cicak adalah hewan kecil yang mengganggu.”
Hukum membunuh Semut dan Tikus
  • Diriwayatkan oleh Sayyidatina Aisyah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Lima hewan jahat, yang boleh dibunuh di tanah Haram:Gagak, dan rajawali, dan anjing galak, dan kala jengking, dan tikus.” [HR. Bukhari dan Muslim]
  • Dari Ibnu ‘Abbaas Radhiyallahu Anhu, beliau berkata: “Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam mencegah dari membunuh empat hewan: Semut, lebah, burung hud-hud, dan burung Shurad.” [HR. Abu Dawuud: 2490]
Kedua hadits di atas secara jelas menerangkan hukum membunuh semut dan tikus. Pada hadits pertama, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam memperbolehkan untuk membunuh tikus. Pada hadits kedua, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam melarang untuk membunuh semut. Cara membunuh hewan adalah dengan membunuh dengan bagus dan jangan disiksa. Dalam hadits disebutkan: “Sesungguhnya Allah telah memerintahkan untuk berlaku baik atas segala sesuatu. Maka, apabila kamu ingin membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang bagus. Dan apabila kamu akan menyembelih, maka bagusilah cara penyembelihannya.
Hukum membunuh nyamuk
Imam Suyuthi mengkelompokan binatang menjadi 4, yaitu:
  1. Binatang yang ada manfaatnya dan tidak berbahaya, maka boleh dibunuh
  2. Binatang yang berbahaya dan tidak mempunyai kemanfaatan, maka dianjurkan (sunnah) untuk dibunuh, seperti ular
  3. Binatang yang mempunyai manfaat, tapi di sisi lain berbahaya, maka tidak dianjurkan dibunuh dan tidak dimakruhkan untuk dibunuh, seperti elang
  4. Binatang yang tidak mempunyai manfaat dan tidak berbahaya, seperti ulat, maka tidak diharamkan membunuh, tidak pula dianjurkan.
Nyamuk adalah hewan yang tidak ada kemanfaatan bagi manusia, bahkan membahayakan kesehatan manusia, seperti malaria, dll. Oleh itu, nyamuk masuk pada kelompok binatang yang berbahaya dan tidak mempunyai kemanfaatan (no. 2) , sehingga boleh (sunnah) untuk dibunuh.

D. Kesimpulan

Hukum membunuh cicak, tikus, dan nyamuk diperbolehkan, bahkan, Khusus dalam membunuh cicak, akan berpahala, yaitu ditulis untuk kita seratus kebaikan. Sedangkan membunuh semutadalah tidak diperbolehkan karena adanya hadits yang secara jelas mencegah untuk membunuhnya.
Wallahu A’lam