Kamis, 18 Desember 2014

Nasib guruku

jadi guru harus banyak bersabar

Sobat, apa pendapat kamu tentang profesi guru? Wah, pastinya macam-macam komentarnya nih. Ada yang positif, ada juga yang negatif. Datuk Usman Awang, seorang penyair dari Negeri Jiran, juga berbagi loh lewat puisinya, “Guru Oh Guru”. Berikut kutipannya, “Dialah pemberi paling setia / Tiap akar ilmu miliknya / Pelita dan lampu segala / Untuk manusia sebelum jadi dewasa // Dialah ibu dialah bapa juga sahabat / Alur kesetiaan / Mengalirkan nasihat / Pemimpin yang ditauliahkan / Segala umat //
Yup, Usman menggambarkan guru sebagai sebuah pelita yang membimbing kita di masa kecil dulu sebelum beranjak dewasa. Guru juga tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, namun juga memberikan nasihat dan membimbing demi membentuk karakter pelajar-pelajar yang luhuren mulia.
Selain Usman, Bang Iwan Fals juga mendendangkan sebuah lagu berjudul “Oemar Bakri”, tokoh fiksi yang menyimbolkan guru yang sederhana dan penuh pengabdian, berjuang di usianya yang sudah paruh baya dengan harapan agar para pelajar yang ia bimbing tumbuh menjadi manusia yang baik.
Islam memiliki adab yang luar biasa pada seorang guru. Pada kitab karangan Imam al-Ghazali misalnya, setidaknya ada 11 adab yang wajib dimiliki murid terhadap gurunya, diantaranya adalah: Apabila bertemu atau berdepan dengan guru, murid hendaklah mendahului salam; murid hendaklah mengurangkan percakapan di depan guru, murid tidak boleh berkata sesuatu yang tidak di izinkan gurunya; dan apabila guru berdiri atau baru tiba, murid hendaklah berdiri menghormatinya.
Penghargaan Islam kepada guru juga nampak pada pemberian honor yang begitu besar. Dikisahkan, gaji seorang pengajar sekolah dasar pada zaman Khalifah Umar bin Khaththab mencapai belasan dinar per bulannya. Apabila emas per gramnya sebesar Rp.400.000 dan satu dinarnya 4.25 gram emas, tinggal dikalikan saja tuh berapa besarnya gaji seorang guru.
Namun sobat, rasa-rasanya hari ini adab berguru sudah banyak ditinggalkan oleh para pelajar. Banyak pelajar yang kurang bahkan tidak hormat kepada gurunya. Ketemu di jalan, sengaja memalingkan muka biar ngga ketahuan. Berbicara dengan intonasi tinggi. Asyik dalam dunianya sendiri ketika guru sedang memberikan penerangan. Ada pula yang sampai berbohong kepada gurunya dalam kasus-kasus tertentu.
Pun, stereotype tentang guru hari gini kayaknya sudah menyimpang jauh. Guru yang identik sebagai sosok tauladan untuk digugu dan ditiru, kini berubah menjadi sosok monster yang ditakuti alias dikenal sebagai guru killer. Ada juga sosok guru lain yang alih-alih mengerahkan upaya terbaiknya dalam mendidik pelajar-pelajarnya, malahan lebih sibuk dalam urusan lain meski pada waktunya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Ada juga sosok guru yang lebih supel, gaul, dan saking akrabnya dengan murid, hubungannya jadi lebih mirip teman sepermainan dan kehilangan kewibawaan.
Tidak jarang kasus-kasus kriminalitas menimpa para oknum guru. Seperti yang masih hangat beritanya, kasus guru mencabuli muridnya sendiri. Kita juga sempat geger bulan Maret lalu karena ada kasus kekerasan yang dilakukan oknum guru dengan memukul siswanya dengan pecahan batu! Dan masih banyak lagi kasus yang menimpa para guru di negeri kita ini. Meskipun tidak semua guru seperti itu, tapi kasus-kasus ini sudah cukup untuk membuat kita mengelus dada.

Guru dan Kebangkitan Umat

Sobat pasti tahu kan, sosok Muhammad al-Fatih? Yup, sosok khalifah muda yang tersohor sebagai pemimpin yang ada dalam bisyarah Rasulullah saw., dengan gagahnya berhasil menaklukan kota megah Konstantinopel dan menjadikannya pusat kepemimpinan Daulah Khilafah. Namun, tahu ngga sob, siapa man behind the man nya Muhammad al-Fatih? Tahu ngga sob, siapa yang membina Muhammad menjadi seorang sosok yang luar biasa, tidak hanya sebagai seorang pemimpin, namun ulama, ahli bahasa, polymath, dan juga tentara yang tangguh? Yup, tidak lain dan tidak bukan adalah Syaikh Aaq Syamsudin dan Syaikh Ahmad al-Kurani. Dari hasil pembinaan beliau berdua, Muhammad al-Fatih menjadi penghapal al-Qur’an pada umur 8 tahun, menguasai banyak bahasa, polymath, ahli strategi militer, seorang khalifah yang tangguh, serta orang yang senantiasa memelihara kedekatan kepada Allah swt dalam setiap amalan sunnah, yang dikisahkan selalu menjaga shalat tahajud, dhuha, shaum, dan tilawatil qur’an semenjak baligh hingga akhir hayatnya.
Di balik kehebatan Muhammad al-Fatih ada sosok guru yang berperan penting. Mereka lah yang selalu memotivasi tiada henti kepada Muhammad untuk menjadi pemimpin yang disebut oleh Rasulullah sebagai sebaik-baiknya pemimpin. Mereka pula lah yang selalu menegur Muhammad ketika melanggar syariah tanpa mengistimewakannya mentang-mentang anak khalifah demi menjaganya selalu dalam koridor Islam.
Sobat, guru yang seperti inilah yang akan membawa pengaruh yang besar pada kebangkitan umat. Guru yang visioner dan menjadikan para siswanya visioner pula. Guru yang membimbing agar para siswa nya memiliki kepribadian Islam dan kuat dalam masalah keduniawian.
Pastinya, guru dengan kualitas dahsyat ini adalah produk dari sistem yang dahsyat pula, bukan sistem sekulerisme yang carut-marut seperti saat ini. Sistem tersebut tidak lain adalah sistem berasaskan Islam, yaitu dengan diterapkannya syariah Islam secara kaffah dalam bingkai Daulah Khilafah. Di tangan guru-guru inilah kelak akan dicetak generasi emas pemuda muslim yang akan membawa umat Islam menuju kemuliaan. Wallahu ‘alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar