Minggu, 06 September 2015

Kejujuran

Hasil gambar untuk jujur Hasil gambar untuk tingkatan jujur Hasil gambar untuk tingkatan jujur 

Imam Al Ghazali di dalam Ihya Ulumuddin menerangkan bahwa terdapat 6 tingkatan kejujuran. Dan orang yang bisa mencapai tingkatan kejujuran ini dengan sempurna, maka ia pantas disebut sebagai orang yang benar-benar jujur.
Tingkatan kejujuran tersebut: Pertama, jujur dalam ucapan atau perkataan. Jujur ini dalam setiap situasi, baik yang berkaitan dengan masa lalu, masa sekarang dan yang akan datang. Kejujuran dalam hal perkataan atau ucapan ini adalah mencakup ketika seseorang menyampaikan suatu kabar berita atau informasi, baik yang berkaitan dengan masa lalu, masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Termasuk dalam jujur tingkat yang pertama ini adalah tidak melakukan sumpah palsu dan tidak menginkari janji. Dalam tingkatan yang pertama ini, seseorang diharuskan untuk menjaga lisannya dari mengucapkan hal-hal selain dari kebenaran. Seseorang yang menjaga lisannya dari berdusta ketika memberikan kabar, maka ia disebut sebagai orang jujur.
Kedua, kejujuran dalam niat. Kejujuran ini berupa pemurnian niat agar lurus dan bersih hanya demi mengharap ridha Allah Swt. Jika seseorang melakukan perbuatan baik akan tetapi bukan diniatkan karena Allah, melainkan diniatkan karena benda-benda duniawi, maka ia tidak lagi jujur dalam niat. Selama seseorang memiliki niat bukan hanya karena Allah, atau terdapat unsur campuran niat lainnya, maka berarti kejujuran kepada Allah Swt telah sirna.
Ketiga, kejujuran dalam bertekad. Misalnya adalah seseorang yang mempunyai tekad bulat untuk bersedekah apabila ia dikaruniai rezeki. Atau ia bertekad akan berbuat adil jikalau ia dikarunia kekuasaan, jabatan atau kedudukan tinggi. Akan tetapi, adakalanya tekad itu disertai dengan kebimbangan atau keraguan, maka ia tidak jujur dalam tekadnya.
Sedangkan orang yang memiliki tekad untuk melakukan sesuatu, dan tekadnya itu merupakan kemauan bulat yang tanpa keragu-raguan. Maka, orang yang demikian bisa dikatakan sebagai orang yang jujur.
Keempat, kejujuran memenuhi tekad. Dalam tingkatan kejujuran ini, seringkali seseorang dipenuhi dengan kemauan yang kuat pada mulanya untuk melakukan sesuatu. Akan tetapi ketika ia masuk kepada tahap pelaksanaan, tekadnya itu malah melemah. Hal ini terjadi karena janji atau tekad yang bulat itu mudah untuk dibuat atau diucapkan, namun menjadi berat ketika akan dilaksanakan. Diperlukan kemauan yang sungguh-sungguh agar ia bisa merealisasikan tekadnya itu.
Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya).(Quran Surat Al Ahzab [33]:23).

Kelima, kejujuran dalam beramal. Yaitu ketika seseorang tidak mengekspresikan hal-hal batin, kecuali batin itu sendiri memang demikian adanya. Artinya, perlu ada keselarasan dan keseimbangan antara yang lahir dan yang batin. Orang yang berjalan tenang, misalnya, menunjukkan bahwa batinnya penuh dengan ketentraman. Namun, jika ternyata tidak demikian, di mana hatinya ternyata berupaya untuk mencari perhatian dan penilaian manusia, agar ia dinilai seakan-akan penuh dengan ketentraman dan ketenangan, ingin dinilai alim dan tawadhu, maka hal itu termasuk kepada perbuatan riya.

Keenam, kejujuran dalam maqam-maqam agama. Ini adalah tingkatan kejujuran tertinggi. Seperti jujur dalam rasa takut kepada Allah (khauf), jujur dalam berharap kepada Allah (raja), jujur dalam mencintai Allah (hub), jujur dalam ridha atas segala ketetapan Allah, jujur dalam tawakal kepad-Nya, dan lain-lain.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (Quran Surat Al Hujurat [49]:15).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar