Rabu, 29 November 2017

arti sahabat

Sahabat sejati adalah yang selalu ada jika kita lagi kesulitan, selalu ada dalam kebahagiaan, sahabat takkan perna melupakan kebaikan sahabatnya, selalu melupakan kekurangan sahabatnya, merahasiakan apa yang seharusnya dirahasiakan.
Sahabat bisa diartikan sebagai orang yang bisa paling jujur di dunia, sebab sahabat bisa mengomentari segala hal tentang kita meski itu akan menyakitkan, tapi tetap ia katakan, demi kebaikan sahabatnya. 

Persahabatan harus dilandasi rasa saling kepercayaan yang tinggi dan saling mengerti tanpa harus dikatakan atau diutarakan kita mesti mengerti apa yang terjaddi, karena “friends will always help us in anywhere and anytime” Siapapun sahabat kita dia tetaplah sahabat kita dan harus saling mengerti perasaan satu sama lain.

Semua manusia pasti memiliki sahabat, karena pada hakikatnya memang manusia adalah makhluk sosial, mereka akan selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya, salah satunya adalah sahabat, setiap orang pasti butuh sahabat.
Sahabat artinya adalah seseorang yang sudah benar-benar menyatu dalam kehidupan kita, selalu ada buat kita, selalu bisa menghibur dikala sedih, dan selalu bisa mengatakan hal yang tak bisa dikatakan orang lain. Tapi ingat, sahabat tetaplah seorang manusia, yang kadang khilaf,  yang juga punya kebutuhan sendiri, dan punya kehidupan sendiri, jadi saling mengerti, saling memahami satu sama lain, itulah inti dari persahabatan.

Siapapun bisa menjadi seorang sahabat, yang penting bisa saling mengerti, saling menghargai satu sama lain dan saling menutupi kekurangan masing-masing. Bahkan sahabat juga tak harus selalu nyata, dalam dunia maya pun kita bisa memiliki sahabat. Karena sahabat hanya kita yang tahu bagaimana kita bisa mengakui kalau dia adalah sahabat kita. 

Jadi, apapun definisi kita tentang sahabat, pada dasarnya Arti Sahabat adalah orang yang mengatakan bahwa kita adalah sahabatnya...

Kirimkan Komentar yang membangun

Rabu, 22 November 2017

Tidak layak lagi jadi guru

Setelah menjadi guru sejak tahun 2007 hingga 2017 hampir 10 tahun lamanya seakan ada perubahan yang mendasar yang saya alami, termasuk perubahan pola pikir anak didik yang diberikan pendidikan dan pengajaran setiap hari, namun  prilaku siswa siswiku tidak lagi ada perubahan sikap, tingkah laku yang mengarah kepada yang lebih baik, sehingga saya pun berfikir bahwa saya tidak layak lagi menjadi seorang guru yang bisa ditiru dalam hal keilmuan, tingkah laku, bahkan perhatian untuk menjadi yang terbaik.  keadaan ini semakin terasa dari tahun ketahun semakin banyak saja siswa yang datangnya terlambat, tidak merapikan bajunya (isdal) tidak lagi patuh untuk mengerjakan tugas Rumah (PR), tidak lagi cepat bila diajak untuk melakukan sesuatu misalnya kerjabakti, memberihkan kelas, membuat pagar kelas, semakin banyak yang bolos, alpa, pura-pura sakit, ada yang merokok, ngelem Fox, tidak lagi betah dalam kelas, dll.   Ini semua hal yang membuat saja merasa tidak lagi layak menjadi seorang guru yang sesungguhnya, namun semangatku untuk menjalankan tugas sebagai abdi negara, dan sebagai ladang amal ibadah menjadikan saya tetap melaksanakannya dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan serta kesabaran dalam menjalani semua itu sebagai umar bakri.   Semoga semua yang saya lakukan bernilai ibadah disisiNya.  Karena pekerjaan sebagai seorang guru itu sangat muliah karena tugasnya memanusiakan manusia, mencerdaskan kehidupan bangsa, membangun jiwa maupun raga bangsa ini.  Sedih rasanya melihat siswa-siswiku seakan kecewa campur malu jika setiap hari mengamati mereka, setiap saat diberikan tausia saat apel pagi maupun siang, saat diruangan BK, saat pembelajaran berlangsung dan waktu-waktu mereka diluar ruangan pun tidak luput dari pengamatan. Guru itu adalah teladan bagi siswa-siswinya namun jika keteladanan itu hilang dan tidak berpengaruh terhadap siswa-siswi maka ........... disitulah kelayaknnya hilang sebagai teladan #Hafit Bokko' S.Pd @salakan 23 Nov 2017 
Kirimkan Komentar yang membangun

Perjalanan

Melangkah untuk memulai sebuah perjalanan, baik perjalanan yang dekat (singkat) maupun perjalanan jauh (panjang).  Menjalani hidup dan kehidupan di Dunia ini menjadi hal yang penting, wajib, bahkan menjadi keharusan apabila kita telah berada di dalamnya.  Mengisi hidup untuk bekal menuju hidup yang sesungguhnya yakni kehidupan abadi di akhirat kelak, jadi sudah sejauh mana perbekalan yang telah kita siapkan untuk menuju hari perhitunganNya Allah SWT.   Sebagai seorang suami menjalani hidup untuk mencari nafkah untuk istri dan anak-anaknya, baik itu nafka lahir maupun nafkah batin, mendidik istri dan anak, memberikan yang terbaik, halalan toyyib, memberikan perbekalan ilmu agama maupun ilmu umum, sebagai bekal untuk menjalani kehidupan.   Seakan kita adalah Musyafir yang sedang bepergian jauh dalam menapaki perjalanan hidup ini.  Bekerja  untuk memenuhi semua kebutuhan hidup adalah sebuah keharusan bagi sebuah rumah tangga.
Kirimkan Komentar yang membangun

Selasa, 21 November 2017

Muh Alfatih Hafit


Sangat mengharukan, menggemaskan anak usia 1,5 tahun bisa mandiri, melakukan sendiri kegiatan yang biasanya dilakukan oleh orang dewasa, itu artinya bahwa apa yang diakukan oleh anak-anak itu meniru dari apa yang dilakukan oleh orang lain yang ada disekitarnya, makanya jika ingin anak-anak kita melakukan yang baik-baik maka kita biarkan dia berada di lingkungan yang baik, agamis, akhlak yang baik dll.  seperti pepatah mengatakan buah yang jatuh tidak jauh dari batangnya, kecuali tempat pohon berbuah itu berada di kemiringan, dibukit. 

Kirimkan Komentar yang membangun

Senin, 20 November 2017

Langkah penyusunan RPP Kurikulum 2013 Revisi 2017

Langkah penyusunan RPP Kurikulum 2013 Revisi 2017
  1. Mengkaji silabus (dengan adanya Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, maka silabus dikembangkan oleh guru mengacu pada komponen yang tercantum pada Permendikbud tersebut) (lihat Panduan Pengembangan Silabus).
  2. Melakukan analisis keterkaitan SKL, KI, KD dalam rangka merumuskan IPK, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan rencana penilaian sesuai dengan muatan KD. Untuk mata pelajaran Agama dan PPKn merumuskan IPK dari pasangan KD pada KI-1, KD pada KI-2, KD pada KI 3, dan KD pada KI 4, sedangkan mata pelajaran lain IPK dari pasangan KD pada KI 3 dan KD pada KI 4 (lihat Panduan Analisis Keterkaitan SKL, KI, dan KD)
  3. Menentukan alokasi waktu untuk setiap pertemuan. Penentuan ini berdasarkan hasil analisis waktu yang dibutuhkan untuk pencapaian tiap IPK dan disesuaikan dengan karakteristik siswa di satuan pendidikan.
  4. Merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan KD dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
  5. Menyusun materi pembelajaran. Materi pembelajaran dapat berasal dari buku teks pelajaran, buku panduan guru, sumber belajar lain berupa muatan lokal, materi kekinian, atau konteks pembelajaran dari lingkungan sekitar. Materi pembelajaran ini kemudian dikelompokkan menjadi materi untuk pembelajaran reguler, pengayaan, dan remedial.
  6. Menentukan Pendekatan/Model/Metode Pembelajaran yang sesuai.
  7. Menentukan media, alat, bahan yang digunakan dalam proses pembelajaran.
  8. Memastikan sumber belajar yang dijadikan referensi yang akan digunakan dalam langkah penjabaran proses pembelajaran.
  9. Menjabarkan langkah-langkah pembelajaran ke dalam bentuk yang lebih operasional (mengutamakan pembelajaran aktif/active leaning).
  10. Mengembangkan penilaian proses dan hasil belajar meliputi lingkup, teknik, dan instrumen penilaian, serta pedoman penskoran
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kurikulum 13 revisi 2017, harus terintegrasi dengan pembelajaran diantaranya yaitu; PPK, Literasi, 4C, dan HOTS sehingga perlu kreatifitas guru dalam meramunya. dimana Perbaikan atau revisi Kurikulum 2013 tahun 2017 Adalah sebagai berikut :
  1. 4C (kemampuan berkomunikasi, kemampuan berinteraksi, kemampuan berpikir/lebih luas dari HOTS):
    • Critical Thinking (Berpikir Kritik): Proses Konseptualisasi, Menerapkan, Menganalisis, Dan Mengevaluasi Melalui Proses Berpikir Deduktif Dan Induktif (Sintesis Dari Scriven Dan Paul, 1984; Facione, Dkk., 1995; Scheffer Dan Rubenfield, 2000). 
    • b. Creativity (Kreativitas): Kemampuan Mengembangkan Solusi, Ide, Konsep, Teori, Prosedur, Produk. Inovasi Adalah Bentuk Kreativitas (Sintesis Antara Fullan, 2013 Dan Oecd, 2014)
    • Collaboration (Kerjasama): Kemampuan Kerjasama Dalam Kelompok Baik Tatap Muka Atau Melalui Komunikasi Dunia Maya Untuk Memecahkan Masalah, Menyelesaikan Konflik, Membuat Keputusan, Dan Negosiasi Untuk Mencapai Tujuan Tertentu (Sintesis Antara Lai, 2011 Dan Dede, 2010)
    • Communication (Berkomunikasi): Kemampuan Mengemukakan Pikiranatau Pandangan Dan Hasil Lain Dalam Bentuk Lisan, Tulisan, Menggunakan It, Dan Kemampuan Mendengar, Kemampuan Memahami Pesan (Revisi Dari Fullan, 2013, Canada, 2014)
  2. HOTS (kemampuan berpikir)
  3. Literasi antara lain pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan, dll
  4. Karakter
Kirimkan Komentar yang membangun

Sabar dalam Islam itu terbagi menjadi tiga bagian


1. Bersabar Dalam Menghadapi Musibah






Sahabat Khutbah Jum’at kemarin di masjid Nurul Huda Bernah, Kotabumi, Lampung. Menceritakan tentang pandangan Islam Tentang Sabar. banyak Ilmu yang saya dapat tentang sabar. Sahabat, ternyata Sabar dalam Islam itu terbagi menjadi tiga bagian, dalam kesempatan kali ini saya akan mencertakan tentang bagian pertama sabar, yaitu sabar ketika menghadapi suatu musibah atau cobaan.
Setiap cobaan yang diberikan Allah merupakan bentuk cinta kasih Allah kepada hamba-Nya. Setiap cobaan yang datang kepada kita membuka pintu pahala bagi kita. Dan dengan sabar menghadapi setiap cobaan yang datang maka kita akan dengan mudah memperoleh pahala yang telah dijanjikan Allah. Namun bila kita tidak bisa sabar maka yang kita peroleh hanyalah cobaan tersebut tanpa ada pahala yang menyertainya. Hendaklah kita selalu ingat bahwa Allah Maha Mengetahui akan kemampuan setiap makhluk-Nya. Untuk itu Allah tidak akan memberi cobaan kepada seseorang di luar kemampuan orang tersebut. Orang yang cerdas akan selalu berjiwa besar, berpikiran lapang, berjiwa tenang dan tahan menerima cobaan. Mereka terus berusaha dan berpasrah diri pada Allah. Allah berjanji bahwasanya orang yang sabar dalam menghadapi musibah maka pada hari kiamat nanti Allah akan memberikan kepadanya seratus derajat di surga dan jarak setiap derajat adalah seluas antara Arasy dan bumi. Allah berjanji akan memberikan jalan keluar bagi orang yang sabar dalam menghadapi cobaan yang diberikan kepadanya. Dalam hal ini Allah swt. berfirman:
وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَيَحْتَسِبُ
Artinya: “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. ath-Thalaq: 2-3).
Maksudnya, segala ujian dan cobaan dalam hidup akan berakhir dengan mendapatkan hasil yang terbaik bagi seseorang yang memiliki kesabaran, dan ketakwaan yang teguh kepada Allah.
Dalam Al-Qur’an Allah SWT pun Berfirman :
“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,’Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun.’ Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb-nya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157).
dan tak lupa hadist Rasulullah SAW.
“Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Tidak ada seorang muslim yang tertimpa musibah lalu menyatakan apa yang Allah perintahkan, ‘Innaa lillahi Wa Inna Ilaihi Raji’un Allahumma’ Jurni fi mushibatie wa Akhlif li Khairan minha.’ Kecuali Allah gantikan baginya yang lebih baik.” (HR. Muslim).

Mudah-mudahan kita dapat mendapatkan tingkatan tertinggi dari tingkatan sabar dan paling tidak kita masih ditetapkan sebagai orang yang sabar.

2. Bersabar Dalam Menjalani Perintah-Perintah Allah)



Sahabat kita lanjut lagi materi khutbah jum’at di Masjid Nurul Huda kemarin, tadi siang kita sudah bahas tentang “Sabar Dalam Menghadapi Musibah”. Sabar yang kedua ini tak kalah pentingnya dengan sabar yang pertama, yaitu sabar dalam menjalani perintah-perintah Allah SWT.  Sebagai orang Islam kita memang mempunyai kewajiban menjalankan perintah-perintah Allah. Kita harus sadar bahwa di dalam setiap kewajiban-kewajiban yang dibebankan Allah kepada hamba-hamba-Nya terdapat hikmah yang baik bagi diri sendiri ataupun bagi orang lain. Oleh karena itu, jika kita menjalankan segala apapun perintah-perintah Allah dengan sabar maka kita dapat merasakan nikmat sabar itu sendiri dan setiap ibadah yang kita lakukan akan terasa lebih indah. Allah juga berjanji bahwasanya orang yang sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah maka pada hari kiamat nanti Allah akan memberikan kepadanya tiga ratus derajat di surga dan jarak setiap derajat adalah seluas antara langit dan bumi. Sabar dan taat dalam menjalankan perintah Allah terdapat dalam firman-Nya:

اِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ اِنَّهُ اَوَّابٌ
Artinya: “Sesungguhnya kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar, dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya). (QS. Shad: 44



3. Bersabar Dalam Menjauhi Maksiat



kita lanjutin yuk Materi Khutbah jum’at di masjid Nurul Huda Bernah kemarin, Tadi siang saya telah membagi tentang apa yang saya dapat di materi khutbah kemarin yang berisi tentang sabar dalam menghadapi musibah, tadi sore berupa lanjutannya yaitu tentang sabar dalam menjaankan perintah-perintah Allah SWT. Nah, sekarang ini adalah materi terakhir tentang sabar, yaitu sabar dalam menjauhi maksiat.

Sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk selalu menjauhi hal-hal yang dilarang oleh Allah. Akan tetapi jika kita menjauhi hal-hal yang dilarang Allah dengan berat hati maka hal tersebut hanya akan menjadi beban bagi diri kita. Kita seharusnya juga sadar bahwa hal apapun yang dilarang Allah pasti hal tersebut membawa akibat buruk bagi kita jika tidak menjauhinya. Allah juga berjanji bahwasanya orang yang sabar dalam menjauhi dan meninggalkan larangan Allah maka pada hari kiamat nanti Allah akan memberikan kepadanya enam ratus derajat di surga dan jarak setiap derajat adalah seluas antara langit ketujuh (langit yang tertinggi) dan bumi yang ketujuh (bumi yang terbawah). Dalam firman-Nya disebutkan:
“Jika kamu bersabar dan bertakwa maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.” (QS. ali-Imran: 186).
Allah swt. juga memberi tahu kita agar berhati-hati dan tetap bertakwa menanamkan kesabaran dalam hati di saat menghadapi cobaan karena cobaan yang diberikan Allah bukan hanya berupa musibah, harta yang dimiliki juga merupakan cobaan. Sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya:
 “Kamu pasti akan diuji dengan hartamu dan dirimu. Dan pasti kamu akan mendengar banyak hal yang menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang musyrik.” (QS. ali-Imran: 186).
Dari ketiga macam sabar yang telah diuraikan hari ini, yang saya kutip dari hutbah jum’at kemarin di Masjid Nurul Huda dan sudah saya tambahkan materinya dengan search google :-D, yang paling dikenal dalam lingkungan kita sehari-hari adalah sabar dalam menghadapi cobaan (musibah).
Untuk itu, sahabat, marilah kita membiasakan diri untuk berbuat baik, membuang jauh-jauh sifat yang hina dan tercela. Mari kita menghiasi pribadi kita dengan watak kemanusiaan yang sempurna, dengan amal perbuatan yang berguna dan bertindaklah dengan sikap ksatria. Semuanya itu dapat kita lakukan jika kita selalu dekat dan memohon petunjuk dari Allah swt. karena hidayah Allah itu akan mendorong diri untuk bermental baja, tidak mudah menyerah, sanggup melakukan hal-hal yang positif dan mampu meninggalkan hal-hal yang negatif, serta sabar dalam menghadapi segala musibah. Sebagaimana firman Allah,
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah: 153).
Tanam dan pupuklah sifat sabar yang ada dalam diri kita karena dengan kesabaran, kebahagiaan hidup akan dapat kita capai. Dan selalu ingatlah kepada Allah karena Allah senantiasa bersama dengan orang-orang yang sabar yang selalu ingat kepada-Nya. Sabar juga akan mengangkat derajat kemanusiaan menuju taraf yang lebih tinggi.
Kirimkan Komentar yang membangun

Minggu, 19 November 2017

Manusia terbagi menjadi 4 tingkatan dalam menghadapi ujian atau musibah.

1. Tingkatan Pertama : Mengeluh , Kesal dan Marah

Ini terbagi kepada beberapa macam:

Terjadi di dalam hati, misalnya jengkel terhadap Tuhan karena taqdir buruk menimpanya. Ini dilarang dalam Islam, terkadang malah bisa menjerumuskan kepada kekufuran. Allah Ta’ala berfirman: "Di antara manusia ada yang menyembah Allah dengan berada di tepi, maka jika memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keaadaan itu, dan jika ditimpa suatu bencana berbaliklah ia ke belakang. Ia rugi dunia dan akhirat" [QS.Al-Hajj : 11]
Dengan lidah, misalnya putus asa, meminta celaka atau berdoa keburukan yang lainnya.
Dengan anggota tubuh , melampiaskan dengan melukai tubuh sendiri/orang lain.
Semua ini dilarang karena bertentangan dengan sabar yang merupakan kewajiban setiap muslim.

2. Tingkatan Kedua : Bersabar

Seperti diucapkan oleh seorang penyair "sabar seperti namanya, pahit rasanya tetapi lebih manis hasilnya dari pada madu" Maka orang ini akan melihat bahwa suatu musibah itu berat, namun ia tetap menjaga imannya sehingga tidak marah-marah, meski ia berpandangan bahwa adanya musibah itu dan ketiadaannya tidaklah sama. Ini hukumnya wajib karena Allah Ta’ala memerintahkan untuk bersabar.
Dia berfirman : "Bersabarlah kalian, sesunguhnya Allah berserta orang-orang yang sabar" [ QS.Al-Anfa : 46]

3. Tingkatan Ketiga: Ridha, dalam arti Ikhlas

Yakni manusia ridha dengan musibah yang menimpanya. Ia berpandangan bahwa ada dan tidaknya musibah sama saja baginya, sehingga adanya musibah tadi tidak memberatkannya. Ia pun tidak merasa berat memikulnya.
Perbedaan tingkatan tiga ini dengan tingkatan sebelumnya nampak jelas karena adanya musibah dan tidak adanya sama saja dalam tingkatan ridha. Adapun pada tingkatan sebelumnya, jika ada musibah dia merasakan berat, namun ia tetap bersabar.

4. Tingkatan Keempat : Bersyukur

Ini merupakan tingkatan yang paling tinggi. Di sini seseorang bersyukur atas ujian/musibah yang menimpanya karena ia memahami bahwa musibah ini menjadi sebab pengampunan kesalahan-kesalahannya, bahkan dapat menambah pahala kebaikannya.
Lalu mereka menghadap Rabbnya sedangkan dosa-dosa mereka telah berguguran, dan derajat keimanan yang semakin baik.
Dari Abu Hurairah katanya, Rasulullah SAW bersabda,
" Ujian akan terus menimpa seorang mukmin; laki-laki dan perempuan, menimpa dirinya, anaknya, dan hartanya, sehingga ia berjumpa dengan Allah tanpa membawa dosa." [at-Tirmidzi]
Kirimkan Komentar yang membangun

Rabu, 08 November 2017

Cara Mendidik Anak

 Tidak semua Bapak/Ibu berprofesi sebagai Guru yang tugasnya mendidik peserta didik di sekolah, namun semua Orang Tua ( Bapak dan Ibu ) adalah pendidik. Sebagai Bapak/Ibu dari anak kesayangan Anda, sejak anak Anda masih dalam kandungan, Anda sudah mulai mendidiknya. 
Sejak putra/putri Anda lahir, Anda juga sudah mulai mengajarkan/mendidiknya tentang bagaimana cara berbicara, walaupun seakan Anda berbicara sendiri dengan sangat ramah dan penuh ceria bahagia. 

Kemudian ketika buah hati Anda sudah mulai Anda suapin dengan bubur, Anda juga sekaligus mengenalkan bahasa, kalimat, kata. hal ini terbukti Anda selalu memerintah anak balita Anda untuk membuka mulutnya dengan kalimat " ayo sayang makan, A a a a, aem" atau dengan kalimat lainnnya, jadi otomatis Anda sudah melatih anak untuk mengucapkan huruf A.

1. Kenalkan huruf dan kata/kalimat sederhana
2. Kenalkan angka 1-10 dulu, bisa dilanjutkan ke angka berikutnya jika anak dirasa mampu
3. Kenalkan sebutan yang benar kepada Anda ( Bapak/Ibu ) dan sebutan/nama panggilan ke kakak/adik, serta anggota keluarga yang lain seperti kakek, nenek, dan sebagainya
4. dan lain-lain

CARA MENDIDIK ANAK USIA SEKOLAH ( SD/SMP/SMA ) : 

1. Beri pengertian tentang keutamaan belajar pemahaman 
Hafalan merupakan cara belajar anak  dalam proses awal belajar mereka.Beri pengertian kepada anak Anda tentang bagaimana cara belajar yang mengutamakan pemahaman daripada hafalan. 

Suruh anak Anda untuk menandai atau mencatat tentang hal/materi pelajaran yang belum dipahaminya sewaktu menerima materi dari Gurunya. Hal ini penting karena memudahkan Anda dalam membimbing belajar Anak Anda di rumah. 
2. Tandai kesalahan/pelajaran yang belum dipahami
Suruh anak Anda untuk menandai atau mencatat tentang hal/materi pelajaran yang belum dipahaminya sewaktu menerima materi dari Gurunya. Hal ini penting karena memudahkan Anda dalam membimbing belajar Anak Anda di rumah.

3. Bantu Anak Anda dalam Mengerjakan PR
Jika Anak Anda merasa kesulitan dalam mengerjakan PR, maka bantulah dalam mengerjakannya. Bantuan Anda cukup sekedar membimbing dengan cara memberi contoh lain dan cara lainnya. Intinya jangan sampai memberi jawaban. Biarlah Anak Anda menemukan jawabannya sendiri.
4. Beri kebebasan untuk menyampaikan pendapat/berbicara dan bergaul
Sebuah keterampilan hidup yang penting adalah kemampuan untuk menyatukan orang-orang dari segala usia dalam percakapan. Biarkan Anak Anda bersosialisasi dengan lingkungan.

5. Manfaatkan media pembelajaran online
Untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan Anak Anda, arahkan mereka untuk mencari ( carikan ) referensi ilmu pengetahuan di internet.

6. Ajak Anak Anda bertamasya
Saat liburan sekolah, ajaklah Anak Anda berkunjung ke tempat wisata yang kiranya cocok untuk menambah pengetahuan yang bermanfaat bagi Anak Anda.

Demikian berita dan informasi terkini yang dapat kami sampaikan. Silahkan like fanspage dan tetap kunjungi situs kami di WWW.KEMENDIKBUDGO.COM,  Kami senantiasa memberikan berita dan informasi terupdate dan teraktual yang dilansir dari berbagai sumber terpercaya. Terima Kasih atas kunjungan anda semoga informasi yang kami sampaikan ini bermanfaat. KEMENDIKBUDGO.COM-
Kirimkan Komentar yang membangun

Selasa, 07 November 2017

jika saja kita tahu

Assalamu'alaikum wr wb.
Andai saja kamu tahu bahwa umurku tidak akan lama lagi, mungkin besok, lusa dan seterusnya itu semua menjadi rahasia Allah SWT.  yang jelas umur kita itu sangatlah singkat.  Dengan itu maka yang seharusnya kita lakukan adalah memperbanyak berbuat baik, mendekatkan diri kepada Allah, melaksanakan semua perintahNya dan selalu menjauhi segala laranganNya.  Selaku hambahNya yang dhaif tak sepantasnya kita menyombongkan diri baik di hadapanNya maupun dihadapan manusia, karena tidak ada yang abadi, hanya singkat dan sangat singkat.  namun kebanyakan manusia tidak memahami itu semua akhirnya berbuat seenaknya saja, tanpa peduli yang dilakukannya itu baik atau buruk, dan persoalan baik dan buruk itu bukan menurut kita (manusia) tapi baik dan buruk itu menurut Allah.  karena boleh jadi apa yang kita anggap baik belum tentu baik bagi Allah, dan sebaliknya apa yang kita anggap buruk itu buruk pula bagi Allah.  maka dari itu wahai saudaraku, mari perbaiki diri, kuatkan iman kita dan memperbanyak amal kebaikan.  
Ilmu yang kita miliki biasanya tidak membuat kita lebih baik, namun ilmu yang pas-pasan + pengalaman bisa membuat orang tersadarkan, menjadi tawaddu.  Misalkan saja terkait dengan sedekah (membantu orang lain) tidak sedikit orang yang hidupnya pas-pasan tapi gemar bersedekah namun tak sedikit pula orang yang berilmu, berharta namun tamak.  
Jika kita hubungkan dengan sebuah perjalanan maka jalan kita masih panjang. jika kita menjalaninya dengan segala hal yang positif, dan semua aktifitas kita diniatkan sebagai ibadah kepada Allah SWT. agar hidup kita bermakna, bermanfaat, berguna baik di dunia maupun di akhirat kelak,  Ya Allah jika saja apa yang kulakukan ini ada yang tidak sesuai dengan tutunanMu, aku mohon ampunanMu. 

Kirimkan Komentar yang membangun

Senin, 30 Oktober 2017

khutbah menhadapi maut

 KHUTBAH PERTAMA

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ”.

“يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً”.

“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً”

أما بعد

Jamaah Jumat rahimakumullah

Mari kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Ta’ala dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya, yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudia keluarga, sahabat-sahabatnya, serta pengikutnya sampai akhir zaman.

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ

“Setiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imraan: 185)

Saudaraku, apa alasan Anda untuk tidak beramal padahal setiap jiwa pasti akan merasakan mati?

Apakah karena melihat bahwa diri Anda dapat meloloskan diri dari maut?

Tidakkah Anda mendengar firman Allah:

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An Nisaa’: 78)

Atau apakah karena Anda merasa yakin bahwa kematian masih jauh???

Tidakkah Anda menyaksikan bahwa maut datang tanpa melihat orang yang dijemput; masih muda atau sudah tua, anak kecil atau orang dewasa, orang yang sakit atau yang sehat!

Apakah termasuk hal yang mustahil jika ternyata besoknya atau lusanya atau pekan depan atau bulan depan maut datang menjemput Anda?

Tentu tidak mustahil. Dan bukankah Allah Ta’ala berfirman:

اْلأَرْحَامِ وَمَاتَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَاتَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ

“Tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tidak seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.” (QS. Luqman: 34)

Jika demikian, apa alasan Anda untuk tidak beramal?

Inginkan Anda -ketika maut datang menjemput- disambut oleh malaikat dengan kata-kata:

يَاأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ {27} ارْجِعِي إِلىَ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَةً {28}

“Hai jiwa yang tenang–Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.” (QS. Al Fajr: 27-28)

Atau Anda lebih memilih disambut oleh malaikat dengan kata-kata:

“Wahai jiwa yang busuk, keluarlah menuju kemurkaan Allah dan kemarahan-Nya”

Itu terserah Anda,

قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ

“Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah.” (QS. Al Baqarah: 256)

Jika Anda memilih pilihan yang kedua, maka penyesalan yang harus Anda terima:

حَتَّى إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتَ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ ● لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ

“Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia)– Agar aku berbuat amal saleh yang telah aku tinggalkan.” (QS. Al Mu’minuun: 99-100)

Namun,

وَلَن يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَآءَ أَجَلُهَا وَاللهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Munaafiquun: 11)

Jika Anda tidak ingin memilih yang kedua, dan lebih memilih pilihan pertama, maka persiapkan amalan sebelum maut datang menjemput.

Amalan yang perlu Anda siapkan sebelum maut datang menjemput

1.  Bertaubat
Saudaraku, betapa pun besar dosa yang Anda lakukan, Allah tetap membuka pintu taubat selama nyawa masih di kandung badan dan matahari belum terbit dari barat. Allah berfirman,

قُلْ يَاعِبَادِي الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لاَتَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53)

2.  Menjaga Tauhid
Jangan nodai tauhid Anda dengan kesyirikan. Jangan sekali-kali Anda beribadah kepada selain Allah, seperti berdoa dan memohon kepada selain Allah, berkurban kepada selain Allah (seperti menyembelih binatang sebagai tumbal atau membuat sesaji). Demikian juga janganlah beribadah agar dipuji manusia (riya), mengerjakan ibadah agar mendapatkan dunia, memakai jimat, penangkal maupun susuk.

Jangan pula percaya dengan ramalan bintang, dukun, paranormal, peramal, dan orang-orang yang mengaku mengetahui yang ghaib. Termasuk syirk pula adalah bersumpah dengan nama selain Allah (baik dengan nama nabi maupun nama lainnya). Jangan Anda ber-tabarruk (ngalap berkah) dengan barang-barang tertentu seperti mencari keberkahan dari pohon, batu, dan benda-benda yang dikeramatkan. Jangan pula mempelajari sihir, apalagi mempraktikkannya. Jangan pula percaya dengan hari-hari sial, bulan sial, dsb. Semua ini adalah syirk.

Saudaraku, jika Anda menjaga diri Anda dari syirk, maka Allah akan memasukkan Anda ke surga. Rasulullah shallallahu  ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ لَقِىَ اللَّهَ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ دَخَلَ النَّارِ

“Barangsiapa yang menghadap Allah dalam keadaan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu (menjaga tauhid), maka ia akan masuk surga, dan barangsiapa yang menghadap-Nya dalam keadaan menyekutukan-Nya dengan sesuatu (berbuat syirk), maka ia akan masuk neraka.” (HR. Muslim: 270)

3.  Menjaga Shalat Lima Waktu
Jagalah shalat yang lima waktu dan kerjakanlah dengan berjamaah. Rasulullah  shallallahu  ‘alaihi wa sallam bersabda:

صَلَاةُ أَحَدِكُمْ فِي جَمَاعَةٍ تَزِيدُ عَلَى صَلَاتِهِ فِي سُوقِهِ وَبَيْتِهِ بِضْعًا وَعِشْرِينَ دَرَجَةً وَذَلِكَ بِأَنَّهُ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ أَتَى الْمَسْجِدَ لَا يُرِيدُ إِلَّا الصَّلَاةَ لَا يَنْهَزُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلَّا رُفِعَ بِهَا دَرَجَةً أَوْ حُطَّتْ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ…

“Shalat salah seorang di antara kamu dengan berjamaah melebihi shalat (sendiri) di pasar maupun di rumahnya dengan 20 derajat lebih (yakni 27 derajat). Hal itu karena apabila di antara kamu berwudhu, lalu memperbagus wudhunya, kemudian mendatangi masjid untuk shalat, hanya untuk shalat saja ia datang, tidaklah ia melangkah satu langkah kecuali akan ditinggikan satu derajat atau digugurkan satu dosa…dst.” (HR. Bukhari)

4.  Menunaikan Zakat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلَا فِضَّةٍ لاَ يُؤَدِّيْ مِنْهَا حَقَّهَا إِلاَّ إِذَا كاَنَ يَوْمُ اْلقِيَامَةِ صُفِّحَتْ لَهُ صَفَائِحُ مِنْ نَارٍ فَأُحْمِيَ عَلَيْهَا فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ فَيُكْوَى بِهَا جَنْبُهُ وَجَبِيْنُهُ وَظَهْرُهُ كُلَّمَا بَرَدَتْ أُعِيْدَتْ لَهُ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ اْلعِبَادِ

“Tidaklah pemilik emas maupun perak yang enggan membayar zakatnya kecuali pada hari kiamat akan dibuatkan untuknya lempengan-lempengan dari api, lalu dipanaskan kemudian dibakar dahi, lambung dan punggungnya dengannya. Setiap kali menjadi dingin, maka diulangi lagi dalam sehari yang lamanya 50.000 tahun sampai diputuskan masalah di kalangan manusia.” (HR. Muslim)

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُهُ العَظِيْمَ الجَلِيْلَ لِيْ وَلَكُمْ، وَلِجَمِيْعِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ؛ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

لحَمْدُ لِلّهِ الوَاحِدِ القَهَّارِ، الرَحِيْمِ الغَفَّارِ، أَحْمَدُهُ تَعَالَى عَلَى فَضْلِهِ المِدْرَارِ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى نِعَمِهِ الغِزَارِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ العَزِيْزُ الجَبَّارُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المُصْطَفَى المُخْتَار، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الطَيِّبِيْنَ الأَطْهَار، وَإِخْوَنِهِ الأَبْرَارِ، وَأَصْحَابُهُ الأَخْيَارِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ مَا تُعَاقِبُ اللَيْلَ وَالنَّهَار

5.  Berpuasa di Bulan Ramadhan
Rasulullah shallallahu  ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari)

6.  Berhajji Jika Mampu
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فِيهِ ءَايَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَّقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَن دَخَلَهُ كَانَ ءَامِنًا وَللهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah, barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Ali Imraan: 97)

7.  Mengerjakan Perintah-perintah yang Wajib dan Menjauhi Larangan
Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu  ‘alaihi wa sallam:

أَرَأَيْتَ إِذَا صَلَّيْتُ الْمَكْتُوْبَاتِ, وَصُمْتُ رَمَضَانَ وَأَحْلَلْتُ الْحَلاَلَ , وَحَرَّمْتُ الْحَرَامَ وَلَمْ أَزِدْ عَلَى ذَلِكَ شَيْاً أَأَدْخُلُ الْجَنَّةَ ؟ قَالَ – نَعَمْ

“Bagaimana pendapatmu, jika aku mengerjakan shalat lima waktu, berpuasa Ramadhan, menghalalkan yang halal dan menjauhi yang haram dan tidak menambah lebih dari itu (yakni tanpa mengerjakan amalan yang sunat), apakah aku bisa masuk surga?” Beliau menjawab: “Ya.” (HR. Muslim)

Tidak disebutkan dalam hadis di atas kewajiban zakat dan hajji serta ajaran Islam lainnya, karena sudah termasuk ke dalam kata-kata “menjauhi yang haram”.

Saudaraku, kerjakanlah perintah-perintah yang wajib dahulu, kemudian tambahkan dengan perintah yang sunat untuk memperbanyak pahala (seperti mengerjakan shalat sunat dan puasa sunat).

Saudaraku, amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang rutin dikerjakan meskipun sedikit. Misalnya mengerjakan wasiat Rasulullah shallallahu  ‘alaihi wa sallam kepada Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berikut:

أَوْصَانِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ بِصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْ الضُّحَى وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَرْقُدَ

“Kekasihku (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) berpesan kepadaku agar berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, mengerjakan dua rak’at Dhuha dan berwitir sebelum tidur.” (HR. Muslim)

Dan hindarilah larangan, dari mulai dosa-dosa besar kemudian dosa-dosa kecil. Ketahuilah bahwa dosa-dosa besar adalah penyebab utama seseorang binasa di akhirat, sedangkan dosa-dosa kecil bila sering dilakukan akan mengarah kepada dosa-dosa besar dan banyaknya dosa-dosa kecil yang dilakukan tanpa diiringi dengan istighfar dan taubat akan menjadikan hati tertutup. Di antara dosa besar adalah seperti yang disebutkan dalam hadis berikut:

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ

“Jauhilah oleh kalian tujuh dosa yang membinasakan”, Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa sajakah itu?” Beliau menjawab, “Syirk kepada Allah, melakukan sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah untuk dibunuh kecuali dengan alasan yang benar, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari dari peperangan dan menuduh berzina wanita mukminah yang baik-baik yang tidak tahu-menahu.” (HR. Bukhari)

8.  Berakhlak Mulia
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang sebab yang paling banyak memasukkan ke surga, Beliau menjawab:

تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُق

“Yaitu takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia.” (HR. Tirmidzi dan dihasankan oleh Syaikh Al Bani)

Ulama menjelaskan tentang ciri orang berakhlak mulia, yaitu:

Sangat pemalu, sedikit sekali mengganggu, banyak kebaikannya, jujur lisannya, sedikit bicara, banyak bekerja, sedikit tergelincir, tidak berlebihan terhadap sesuatu (selain yang bernilai ibadah), berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali silaturrahim, sabar, suka berterima kasih, rela, santun (tidak lekas marah), suka menepati janji, tidak suka melaknat, memaki dan mengadu domba, tidak tergesa-gesa, tidak pendendam, tidak bakhil (kikir), tidak hasad (dengki), wajahnya berseri-seri dan senang, cinta karena Allah dan benci pun karena Allah.

9.  Menjaga Lisan
Rasulullah shallallahu  ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkata-katalah yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hindarilah banyak bicara, karena banyak bicara adalah kunci pembuka pintu dusta, ghibah (menggunjing), dan namimah (mengadu domba) serta pintu-pintu maksiat lisan lainnya. Pergunakanlah lisan untuk kebaikan, di antaranya adalah dengan menggunakannya untuk membaca Alquran , berdzikr, beramr ma’ruf (menyuruh mengerjakan perintah Allah) dan bernahy munkar (melarang orang mengerjakan maksiat), bershalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, memberi nasehat, berdoa kepada Allah dsb.

10.         Menaati Suami bagi Wanita
Rasulullah shallallahu  ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَّنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا، قِيْلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

“Apabila seorang wanita menjaga shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya dan menaati suaminya, maka akan dikatakan kepadanya, “Masuklah ke surga dari pintu mana saja yang kamu suka.” (HR. Ibnu Hibban, dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)

Demikianlah di antara amalan yang perlu kita siapkan, semoga Allah membantu kita semua untuk dapat mengerjakannya serta dapat tetap istiqamah hingga akhir hayat. Aamin yaa Rabbal ‘aalamiin.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا


أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Kirimkan Komentar yang membangun