Senin, 26 September 2016

Biografi Sahabat Nabi, Sa’id Bin Zaid : Kepergiannya (Seri 12)


1. Kelahirannya, Wafatnya, dan Usianya

a. Kelahirannya

Kitab-kitab sejarah tidak menyebutkan tahun kelahiran Sa’id namun bisa diperkirakan dengan memperhatikan keadaan  yang ada. Telah disepakati bahwa ia masuk Islam pada hari-hari pertama dari diutusnya Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam, dan ikut bersamanya istrinya Fathimah binti Khaththab. Ini berarti bahwa pada saat Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam diutus menjadi Nabi, ia adalah seorang laki-laki dewasa yang telah mampu memikul beban sebuah perkawinan. Dan itu berarti sekitar akhir dari sepuluh tahun kedua dari usianya, dan ini dikuatkan dari apa yang dikatakan tentang usianya saat ia wafat.

b. Wafatnya

Yahya bin Bukair, Ibnu Numair, Al-Waqidi, Khalifah bin Khayyath, Amru bin Ali, dan beberapa orang lainnya berkata, bahwa Sa’id wafat pada tahun 51 H.
Dan disebutkan dalam riwayat lain apda tahun 52 H. Dan yang betul adalah riwayat pertama.

c. Usianya

Al-Mada’ini berkata, “Sa’id meninggal saat berusia tujuh puluh tiga tahun.”
Dan ini tidak benar, karena dengan demikian berarti pada saat Rasul diutus sebagai Nabi ia baru berusia sembilan tahun, dan ini dimentahkan dengan fakta bahwa saat ia masuk Islam pada masa awal kenabian, ia telah menikah. Apakah mungkin seorang anak berusia sembilan tahun telah menikah dan bergabung dengan kafilah dakwah yang akan menanggung berbagai cobaan dan siksaan?! Dan berani menantang Umar sebagaimana yang telah diceritakan pada kisah Islamnya Umar? Seorang anak kecil tidak mungkin dan tidak akan mampu melakukan itu.
Al-Waqidi dan yang lain mengatakan, “Ketika wafat ia berusia tujuh puluh lebih beberapa tahun”
Ini lebih masuk akal. Kalau kita katakan, Bahwasanya Sa’id menikah beberapa waktu sebelum kenabian, saat usianya lima belas tahun, maka saat hijrah usianya adalah dua puluh delapan tahun. Sementara wafatnya adalah pada tahun 51 H. Dengan demikian didapatkan bahwa pada saat wafat, usianya adalah tujuh puluh sembilan tahun. Wallahu A’lam.

2. Berita wafatnya, dan Penyelenggaraan Jenazahnya

Al-Bukhari meriwayatkan dari Nafi’ pembantu Ibnu Umar, ia mengatakan “Ibnu UmarRadhiyallahu’anhu diberitahu bahwa Sa’id bin Zaid bin Amru bin Nufail,  yang merupakan ahli Badar, menderita sakit pada hari Jum’at. Maka ia segera berangkat kerumahnya pada saat siang telah mulai meninggi dan waktu shalat jumat telah dekat, dan ia meninggalkan shalat jumat.”
Dan Abdurrazzaq, Ibnu Sa’ad, dan Al-hakim meriwayatkan dari Nafi’ “Dari Abdullah bin Umar, bahwa ia diberitahu tentang Sa’id bin Amru bin Nufail pada hari Jumat setelah matahari meninggi, maka Ibnu Umar mendatanginya di Aqiq dan meninggalkan shalat jumat.”
Dan dalan sebuah riwayat, “Dari Ibnu Umar bahwasanya ia diberi tahu tentang sa’id bin Zaid pada jumat, dan ia sedang bersiap untuk shalat jumat, maka ia berangkat menemui Sa’id dan meninggalkan shalat jumat.”
Ibnu Sa’ad dan Ibnu Asakir meriwayatkan dari Nafi’, ia berkata, “Sa’id bin Zaid meninggal dan ia adalah seorang ahli Badar, maka Ummu Sa’id berkata kepada Abdullah bin Umar , “Apakah engkau akan membalurinya dengan minyak kasturi?” Ia menjawab, “Adakah yang lebih wangi dari kasturi?” Berikanlah minya itu kepadaku.” Ia pun memberikannya. Ibnu Umar berkata, :Kami tidak pernah melakukan apa yang biasa kalian lakukan, kami biasanya membalurinya dengan minyak pada bagian bawah perut, yakni bagian yang memiliki kulit yang halus, dan juga bagian dalam dari kedua paha.”
Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari Aisyah binti Sa’ad bin Abi Waqqash, ia berkata, “Ayahku Sa’ad bin Malik memandikan Sa’id bin Zaid bin Amru bin Nufail di Aqiq. Kemudian mereka mengangkatnyaa dan membawanya bersama mereka. Ketika sampai dirumah, Sa’ad masuk dan orang-orang ikut bersamanya. Lalu Sa’ad mandi, dan kemudian keluar menemui orang-orang yang bersamanya, dan berkata, “Sesungguhnya aku tidak mandi karena telah memandikan jenazah Sa’id, namun aku mandi karena udara yang panas.”
Abdullah bin Umar-lah yang menshalatinya. Sa’id meninggal di Aqiq (Aqiq merupakan sebuah lembah yang terkenal di Madinah, mengelilingi kota mulai dari selatan , barat dan terus ke utara. Lembah ini merupakan tempat terbaik di Madinah baik udara maupun airnya. Pada awal masa datangnya Islam, di sana banyak terdapat istana-istana mewah, kebun-kebun indah dan buah-buahan yang ranum. Juga taman-taman yang yang luas, dan lapangan tempat menggembala ternak yang hijau), kemudian ia diangkat dan dibawa untuk dikuburkan di Madinah. Yang ikut menyaksikan kepergiannya antara lain Sa’ad bin Abi Waqqash, Ibnu Umar, para shahabat RasulullahShallallahu’alaihi wa Sallam, kaum kerabat dan keluarganya.
Dan yang turun di kuburannya adalah Sa’ad bin Abi Waqqash  dan Ibnu Umar. Adapaun riwayat yang mengatakan bahwa ia meninggal di Kufah adalah sebuah kekeliruan yang besar.
Bersambung Insya Allah . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar