Selasa, 08 Agustus 2017

Kada Tomina


Nomor 1
O.. aluk mellao langi' , O.. pemali bu'turi tana.
Masai allo moko napoaluk Pong Mulatau
Mallun pariamoko naposangka' tau bunga'
Umbai makamban moko kisala dandan to masai allo, manimpa' moko kilenda sumallang to kulla' pura di boko'
Aluk unnola rampe matallo, umpolalan kabu'tuan kulla'
Silelemoko kupengkaboro' I, pantan moko kupengkamoyai
Anna popentoean manda' ko to tumanan bua', anna popenanti matoto' ko to rumanduk pa' maruasan
La kupopem- banu moko sarinna kanan, la kupokaseroanna moko bu'tunna kalimbuang boba
Uai bu'tu ri batu sakke ombo' ri tana pirri'
Uainna  pong tulak padang, sakkena pong talomba tanete
La kusorongan moko babona piong, sola pemala' manuk ma' bulu tinggi. anna atena londong ma'bulu sarita
La kupairu' moko passari lallo bisara, la kupaiso' moko pamba'ta torongko'. Ammi mangka kumande sanda mammi'  ammi upu' tumimbu' sanda marasa
Ammi popamuntu lolo rangka' na to sangbala bua'    ammi bayakki ta' bi tarunona to sangpenanian.
Ammi pora' I lindo masakke  ammi pi'pikki tanda marendeng. 


Nmor 2
eeengganna te totama solo' totama tuka' totiumba matallo matampu' todollo' lopi bulawan dayamai di poulunna salu totiumba' lo'mai tipariti'na minanga lambek.. ooeeeeee mekatabe'na' lako kasalle barinni' lako kalando kaoni' sitang silolok lalamba lakayu allang, limbong lante rante kalua' lampentionganni tommbi saratu' tasik tang bone-bone sumapu randanan lante tandung sea-sea...

oooeeeeeeeee tasiparapa'pa massolanasang tasita'tantapa angga mairi' angku bendanpa temetamba teturunku tunannang meongli' dao te lakkian lalong inde pandung diongkilo, eeeeee tapatanan rampa'pa talinga duanta massola nasang tapalidan maya-mayapa suling pa'peranggi angga mairi' tangsenga'na renden tapatananni talinga duanta tangleanri senga' lata patananni suling pa'perangginta...

apainderia tonalambi'mo menpuruk lampak tonadetek kasanda suka'na tonalambi'mo konno bannu'na  nadetek kullak kasidollokanna dipalendu'mo tama rante kalua' di patiladongmo tama tandung kalonaran di pamamma' dao te lakkian lalong di pamatindo daote tandung diankilo...

keeeeelambi'mi tandan allukna kulla' sidollokanna di sukaranmi kinallo lalanna lan rante kalua' disukaran mibarra' lan tetandung massea-sea...  oooeeeeee latumengka tedongna inde randan dipudukku lakumbaya' karambaumi inde dara' lengko lilaku lambi' mi dadinna inde lalong laku detek mi tampo rapa'na inde muane sundun garaganna... kumua ya ade' tonna tambukpi indo' tomendadianna tonna ambe'matasak tododo' kumombongna naporetampami dao pa'tambukanna indo' tomendadianna di pasundun pantarisanna inde pa'batenganna dodo' tokumombongna ganna'mi ade' tamparapa'na sundunmi pantarisan makarengna nalambi'mi pantan allu'na na dete' kulla kasidollokanna tonna ganna'mo pa'bulaannanna lasundunmo pa'taunanna...diiiiiiiiiiiii panguriasanmi lan tanggana bongi dipasuma'dinganmi lan passeko mallilin..di landolalanimi toma'pakianakna ilan padang babangan a'pa di langka pa'taunanimi tomang api'na ilan tondok pa'paelean.. eeeeeeeetona di sondongmi toma'pakianakna limbong diong ballaran ampa' endek dipalantakmi tomang api'na tasik diong rantean tuyu tangsala suka'..


Kirimkan Komentar yang membangun

KOLEKSI LAGU TORAJA PILIHAN UNTUK PERANTAU ( TERBAIK/POPULER )

Kirimkan Komentar yang membangun

nasihatku kepadamu wahai anakku

Anakku….

Hidup yang kamu jalani tidaklah selalu mulus, ibarat botol kosong yang dilempar kedalam lautan, kadang kala dia tenggelam seperti tak kembali, tiba-tiba dia muncul lagi di atas. Jika kamu berpegang kepada Tali Allah, kadangkala kamu di beri ujian berat, tenggelam seperti botol itu, tapi kamu akan tetap di atas walau dalam pandangan manusia tidak kelihatan, waktu akan membawa kamu kembali ke puncak.

Anakku…

Pernah kamu lihat tanaman anggur? Supaya dia berbuah harus dipangkas terlebih dulu seluruh daun-daunnya. Dalam menggapai kebenaran, Tuhan menguji hamba-Nya dengan derita dan kesusahan, harta kita habis seperti yang dialami oleh Nabi Ayub alaihisalam. Apa yang diambil Tuhan dari sisimu akan dikembalikan lagi dengan yang lebih baik menurut-Nya. Tuhan berjanji kepada hamba-Nya, hilang akan diganti kalaupun kurang akan ditambahi.

Anakku….

Janganlah engkau meminta kepada manusia karena akan mengurangi kepasrahanmu kepada Tuhan. Mintalah segala sesuatu kepada Tuhan. Sesunguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. Barangsiapa yang pasrah kepada-Nya maka Dia akan mencukupi segala kebutuhannya dan Dia akan mendatangkan rizki dari jalan yang tidak pernah kita duga.

Anakku…

Kita tidak bisa melawan syetan, jangankan abangnya syetan, anak syetanpun tidak bisa kita lawan. Bagaimana mau melawan sesuatu yang tidak bisa kita lihat sedangkan dia terus mengawasi kita. Tidak ada jalan keluar kecuali selalu ber zikir kepada Tuhan. Karena sesungguhnya yang ditakuti syetan itu cuma Allah semata.

Anakku….

Tidak ada derita atas nama cinta. Para Nabi dan orang-orang pilihan Tuhan yang tercatat dalam al-Qur’an itu terkenal karena apa? Terkenal dengan deritanya yang menjadi pelajaran berguna untuk seluruh ummat manusia. Nabi ayyub sakit-sakitan tidak pernah mengeluh dengan penyakitnya. Siti Masyitah harum namanya karena dia rela menderita demi menjaga imannya. Nabi kita yang mulia, Muhammad SAW di hina dan caci maki oleh sukunya tapi tetap teguh menegakkan agama ini. Apa yang menyebabkan mereka bertahan di dalam kebenaran? Karena mereka sangat mencintai Tuhannya. Ingatlah, semakin tinggi derita yang kau alami akan semakin tinggi derajatmu disisi Tuhan asal imanmu tidak pernah berubah.

Anakku….
Jalan kau tempuh ini hanya bisa dilewati oleh para pemberani. Para sahabat Nabi utama; Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali adalah orang-orang pemberani yang mempertaruhkan nyawanya demi tegaknya Agama Islam Mulia Raya ini. Kalau engkau penakut, lebih baik engkau berhenti disini saja, jangan lanjutkan perjalanan ini karena engkau pasti akan gagal. Jalan ini telah di isi oleh lautan air mata kepedihan para Nabi dan Rasul, telah di genangi oleh darah para suhada dan itu akan tetap berlangsung sampai akhir zaman. Kalau engkau siapkan mentalmu maka berjalanlah bersamaku niscaya engkau akan ku tutun dengan selamat kepada-Nya.
Anakku…
Suatu saat nanti Tuhan langsung akan mengujimu. Ingatlah kisah ahli ibadah zaman dahulu yang dinaikkan maqamnya kepada maqam sangat mulia sehingga Tuhan berkata, “Wahai hambaku yang baik dan mulia, mintalah kepadaku, segala permintaanmu akan Aku penuhi, apakah engkau menginginkan maqam abdul qadir? Atau maqam Abu Yazid?”. Jika suatu saat engkau di uji seperti itu maka serahkanlah segala sesuatu kepada-Nya, jangan engkau meminta apapun karena setiap permintaanmu justru akan membuat engkau terjatuh. Para Guru kita mengajarkan bahwa do’a tertinggi adalah “Engkau yang ku maksud, ridha-Mu yang aku tuntut” dan maqam tertinggi itu tidak lain menjadi Hamba yang baik.

Anakku…
Jalan menuju surga itu penuh duri dan air mata.
Apakah kita harus mengalami sakit?
Ya
Apakah harus menjalani derita?
Ya
Apakah harus tertumpah air mata?
Ya
Dan hanya air mata orang Zikirullah yang bisa memadamkan neraka.
Kalau engkau masih merasakan sakit, susah, kecewa dan tersinggung maka sebenarnya engkau masih lemah, jalani semua cobaan Tuhan dengan sabar dan tawakal. Disaat semua penderitaan dan kesusahan yang menimpamu tidak mempengaruhimu sedikitpun, maka disaat itulah engkau telah mengalami pencerahan dan engkau telah menjadi manusia kuat dalam arti yang sebenarnya. Bukankah nabi kita telah mengingatkan melalui sabdanya, “Orang kuat bukanlah orang yang mengalahkan musuh di medan pertempuran akan tetapi orang yang bisa menahan marah disaat dia bisa marah”.

Anakku…
“Surga di bawah telapak kaki ibu”, begitulah sabda Nabi. Akan tetapi bisakah seorang Ibu yang belum masuk surga bisa memasukkan anaknya ke dalam surga? Atau surga di bawah telapak kaki ibu yang dimaksud oleh nabi itu hanyalah surganya anak-anak? Pertanyaan ini biar engkau saja yang menjawabnya.
Surga itu akan bisa engkau capai setelah melewati 70.000 rasa dan akhirnya engkau akan diberi sebuah kunci surga yaitu “LA ILAHAILLALLAH, MUHAMMAD RASULULLAH”. Itulah bentengmu dunia dan akhirat.

Anakku….
Apa beda ucapan “LA ILAHAILALLAH” yahudi, atheis dengan Wali Allah?
Yahudi sangat fasih mengucapkan kalimah itu, lebih fasih dari dirimu, lebih fasih dari ulama di negeri kita karena yahudi itu juga orang Arab, akan tetapi sayang nya ucapan yahudi hanya dimulut saja dan tidak ada kontak dengan Allah. Bukan ukuran fasih nya, akan tetapi bagaimana engkau bisa beserta dengan yang punya Nama. Nama Allah diturunkan dari sisi-Nya sendiri barulah berlaku berlaku di alam ini. Nama Presiden harus dikeluarkan lawat jalur resmi, turun kepada para menteri kemudian kepada Gubernur sampai ke aparat desa barulah nama itu bisa keramat dan ditakuti serta dipatuhi oleh segenap warna negara termasuk aparat negara. Kalau engkau ambil nama itu bukan lewat jalur yang Haq maka nama itu hanya menjadi sebuah nama saja tidak ada power nya. Kun Fayakun akan terjadi apabila yang mengucapkannya adalah Allah sendiri dan orang yang beserta Allah yang disalurkan lewat jalur yang Haq dengan menggunakan Metode (thariqat) yang benar pula.


#Salakan   Kirimkan Komentar yang membangun

Senin, 07 Agustus 2017

nasehat sang guru

Pada suatu ketika,ada seorang anak yang pendiam…anak itu hidup di pelantara suatu kampung yang sangat jauh dari perkotaan…hidup dia hanya mengembala kambing dan sapi…sewaktu-waktu dia pun membantu kedua orangtuanya ke sawah…pada malem hari anak ba’da sholat magrib anak itu ikut mengaji/belajar baca al qur’an di surosoan/pondok.
ketika itu…sang guru datang menghampirinya….dan spontanitas murid itu diam dan membisu tak ada suatu kata pun yang terucap…..
sang guru berkata pada muridnya…..
Sang Guru : Wahai Muridku….dengarkanlah apa yang aku ingin katakan pada kalian…dan pahamilah segala sesuatu yang aku ucapkan…
Murid : Wahai Guruku…ada apa gerangan engkau sampai seperti ini…apakah di antara kami semua ada yang salah….
Sang Guru : Tidak,wahai muridku….bukan itu yang aku ingin sampaikan…
Murid : Lalu apa yang ingin guru sampaikan…dan masalah apa sampai guru mengumpulkan kami semua …
Sang Guru : Wahai Muridku….dengarkanlah baik-baik…aku seorang laki-laki tua hidupku tinggal menghitung hari lagi…aku tak tau harus bagaimana lagi… 
Murid : wahai guruku….maafkanlah kami semua bila ada salah akan sikap kami pada guru….mohon berilah maaf pada kami semua…
Guru: Bukan itu wahai muridku…kamu sekalian tak ada yang salah terhadap aku…hanya separuh hidupku ini…aku ingin kalian menjadi orang yang berguna…sampai saat ini….aku tak bisa memberi kalian ilmu yang lebih jauh lagi…wahai muridku…amalkanlah sesuai dengan apa yang kalian amalkan buat diri mu sendiri dulu,barulah keluargamu dan lingkunganmu….
Sang Guru: Wahai Muridku…dengarkanlah nasehatku baik-baik,hanya ini ilmu yang aku berikan pada kalian …
Murid: Baik…wahai guruku….!!!!
Sang Guru: Wahai Muridku Semoga Allah memberimu petunjuk dan pertolongan untuk selalu beramal shalih…Sesungguhnya bagiku engkau ibarat seorang anak yang berada di sisi ayah yang dicintainya,aku bahagia bila melihat dirimu berbadan sehat,berpendirian kuat,suci hati,berakhlak mulia,menjaga adab,menjauhi perkataan tercela,lemah-lembut dalam bergaul,menyayangi sesama,menolong orang fakir,belas kasih terhadap yang lemah,pemaaf,tidak meningglkan sholat dan tidak menunda-nunda waktu untuk beribadah kepada pencipta,pemilik,pemelihara dan penguasa alam ini.
Sang Guru: Wahai Muridku….seandainya engkau mau menerima nasehat dari seseorang,maka akulah orang yang pantas untuk kau terima nasehatnya,aku adalah gurumu,pendidikmu yang membantu memelihara jiwamu,engkau tidak akan mendapatkan seorangpun yang lebih mengharapkan kebaikan dirimu sesudah orang tuamu kecuali aku (Gurumu),karena itu terimalah dengan ikhlas segala nasehatku dan amalkanlah dalam hidupmu serta dalam pergaulan dengan teman-temanmu.
Sang Guru : Wahai Muridku…bila engkau tidak mengamalkan segala nasehatku dalam kesendirianmu, maka engkau tidak akan dapat mengamalkannya di kala bergaul dengan teman-temanmu…
Sang Guru : Wahai Muridku…bila engkau tidak menuruti nasehatku, siapakah yang akan engkau ikuti…??? apakah artinya engkau memaksa dirimu untuk duduk didahapanku???!!!!
Sang Guru : Wahai Muridku ….sesungguhnya seorang guru menyayangi anak didiknya yang taat dan shalih, sukakah engkau bila guru yang telah mendidikmu tidak rela dan tidak mengharap suatu kebaikan atas dirimu….???!!!
Sang Guru : Wahai Muridku…sesgungguhnya aku sangat mengharapkanmu agar selalu beramal shalih,karena itu bantulah aku yaitu dengan taat dan mengikuti nasehatku…
Sang Guru : Akhlaq yang baik adalah hiasan bagi insan,baik bagi dirinya dalam bergaul dengan teman,keluarga,dan sanak saudaranya. karena itu jadilah engkau seorang pemilik Akhlaqul Karimah, tentu setiap orang akan memuliakan dan menyayangimu…
Sang Guru : Wahai Muridku…bila engkau tidak menghiasi ilmu dengan akhlak yang mulia, maka ilmu itu akan lebih membahayakanmu dari pada kebodohanmu, karena orang yang bodoh dimaafkan kerena kebodohannya dan tiada maaf bagi seorang yang alim (Pandai) dihadapan manusia bila tidak menghiasi diri dengan akhlak yang baik…
Sang Guru : Wahai Muridku…..jangan engkau hanya menanti saran dan kritik dariku, sesungguhnya mawas diri itu lebih utama dan lebih besar manfaatnya…
Sang Guru : Wahai Muridku…hanya itu yang aku berikan padamu…semoga allah swt memberikan petunjuk bagi orang-orang yang di beri petunjuk dan di ridhoi-Nya….amien…
Kirimkan Komentar yang membangun

Nasehat Guru yang baik kepada muridnya


Ketika penulis mau memulai menulis, teringat sebuah nasehat dari Sayidina Umar " Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik dari pada menjaga lidah. aku memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik dari pada pakaian taqwa. Aku merenungkan segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih dari pada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rizki , tetapi tidak menemukan rizki yang lebih baik dari pada sabar".
Subhanallah sebuah nasehat yang sangat positip dan menimbulkan energi kebaikan yang luar biasa jika dijalankan oleh umat.

Saudaraku, begitu indah hidup ini jika kita jalani dengan penuh keikhlasan,dan dengan menaburkan kebaikan  oleh karena itu salah satu jalan agar perjalan hidup kita semakin indah adalah dengan harus tahu diri dihadapan Allah SWT.

Kebaikan adalah investasi yang tidak pernah merugi. hanya dengan kebaikan hidup anda menjadi bermakna, tanpa kebaikan hidup anda hanyalah pengalaman yang tidak berguna. Jadikan hidup anda sebagai sumber kebaikan , dengan memberikan kepada kehidupan ini apa yang terbaik, karena dia akan kembali kepada anda. Kebaikan dalam wajah, kebaikan dalam mata,kebaikan dalam senyum, kebaikan dalam hati. jangan biarkan setiap orang yang datang kepada anda, pergi tanpa merasa lebih baik dan lebih bahagia.

Dunia ini adalah ladang yang sangat subur , anda bisa menanam apa saja yang anda kehendaki, semua akan tumbuh dan berkembang . Ladang telah tersedia dan pupuk telah tersaji , anda tinggal memilih benih apa yang hendak ditanam, mau menanam ganja yang memabukkan atau buah yang menyegarkan.

Pada kesempatan ini , saya akan mengingatkan para muridku , bahwa hidup itu tidak mudah , banyak kerikil tajam , lembah , jurang dan bukit yang terjal yang harus dilalui , tidak sedikit yang gagal melaluinya sehingga berakhir dengan kegagalan hidup sehingga menjadi manusia tanpa makna dan tidak bernilai.

Jadilah muridku yang memiliki kegemaran melakukan amal sholeh karena dengan amal sholeh seperti tabungan yang tidak akan habis dinikmati , baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Jadilah muridku yang sehat , kuat yang memiliki kesucian hati , karena dengan bekal sehat dan kuat serta suci hati akan bisa menanam kebaikan dimana saja kamu berada. kamu punya modal yang cukup untuk menjadikan diri kamu bernilai Allah dan sesama manusia.

Jadilah muridku yang memiliki Akhlak mulia , karena dengan memiliki akhlak yang mulia maka  Allah akan Ridho , karena Ridho ilahi ini sulit diperoleh , harus melalui perjuangan dan pengabdian kepada Allah. Kamu akan hidup bahagia jika jalan hidupmu diRidhoi Allah .

Jadilah muridku yang senantiasa menjaga sopan santun , karena manusia sangat hormat dan respek hanya kepada manusia yang bisa menghormati orang lain/manusia lain, tanpa sopan santun maka hidup akan kacau , karena penghargaan kepada manusia lain tidak akan terwujud.

Jadilah muridku yang suka berkata baik dan menghindari perkataan tercela.Kaarena kata kata baik akan menimbulkan hubungan kemanusiaan yang baik, sehingga bibit munculnya keharmonisan adalah diperdengarkanya kata kata indah dan kata kata yang mengandung penyadaran diri bahwa orang lain perlu dibuat bahagia dengan kata atau kalimat yang kita ucapkan.

Jadilah muridku yang lemah lembut tutur katanya , tanpa ada maksud untuk melemahkan diri , namun dengan lemah lembut inilah kita bisa memancarkan aura kewibawaan dan kesetiaan , sehingga banyak orang sangat senang dan rindu dengan tutur kata yang kita ucapkan.

Jadilah muridku yang memiliki rasa sayang kepada sesama , sehingga kehadiran kita senantiasa ditunggu dan dinanti karena pancaran kasih sayang kita kepada sesama sangat tinggi. Banyak orang yang percaya kepada kita kalau kita memiliki jiwa dan hati yang penuh kasih sayang, karena kasih sayang menimbulkan kebahagiaan.

Jadilah muridku yang suka menolong Fakir miskin , karena Allah sangat sayang kepada manusia yang suka berderma dan bersedekah , bahwa tangan diatas lebih mulia daripada tangan dibawah. Oleh karena itu jika kamu bisa menjadi orang yang kaya maka kamu harus suka berderma dan bersedekah , karena bisa memakmurkan hidupmu kelak.

Jadilah muridku yang memiliki rasa belas kasih kepada yang lemah  , mudah memberikan  sesuatu kepada sesama atas dasar kasih. Tidak akan menjadi miskin dengan banyak memberikan sesuatu kepada yang lemah , karena akan senantiasa ditambah oleh Allah dan  dilipat gandakan , semua yang kamu berikan kepada yang lemah itu.

Jadilah muridku yang memiliki jiwa pemaaf , karena orang yang berjiwa besar adalah orang yang pemaaf, banyak orang yang sukses salah satunya adalah memiliki jiwa pemaaf dan tidak tinggi hati.Dengan jiwa pemaaf maka akan tumbuh jiwa suka memaafkan kesalahan orang lain tanpa memberikan syarat. yang penting yang bersangkutan telah menyadari kesalahannya dan tidak mengulang lagi maka dia akan diberi maaf atas segala kesalahannya, tanpa rasa curiga akan mengulang kesalahan lagi.

Jadilah muridku yang Rajin Sholat , karena sholat adalah tinag agama    dan salah satu jalan memperoleh Ridho Ilahi, karena itu jangan sampai terlambat atau lupa untuk menjalankan sholat 5 waktu sehari semalan dengan rasa Ihklas dan tanpa paksaan , seolah olah sudah merupakan kebutuhan hidup.

Jadilah muridku yang tidak suka meunda waktu untuk beribadah kepada Allah , karena dengan kita tertib beribadah kepada yang menciptakan kita , akan menumbuhkan jiwa kemandirian , jiwa inilah yang menjdaikan kita akan sukses menjalani hidup ini, berjuanglah terus dijalan Allah karena dengan Ridho Ilahi yang kita peroleh maka hidup kita kan mudah dan dimudahkan oleh Maha Pencipta.

Gurumu yang senantiasa memelihara jiwamu anakku , sehingga sangat berharap banyak atas keberhasilanmu kelak dan kebaikanmu kelak , camkan dengan baik , semoga memudahkan jalanmu mencapai kesuksesan hidup ........ amin Ya Roball Alamin.   

Kirimkan Komentar yang membangun

Nasehat Orang Tua yang Akan Membimbingmu Menuju Kehidupan Lebih Baik

Bukan untuk kepentingan diri mereka sendiri saat orang tua menasihati anaknya tentang berbagai kebaikan. Mereka hanya ingin kamu sebagai anak dapat hidup dengan lebih baik dari segala pengalaman yang telah dilaluinya selama hidup.
Orang tua memberikan nasehat sesuai dengan pengalaman hidup yang membuat mereka tertempa hingga menjadi sosok yang begitu kuat, sabar dan penyayang. Kamu seharusnya bersyukur saat orang-orang di sekelilingmu memberi nasehat kehidupan.
Nasihat yang diberikan itu menunjukkan tanda bahwa sebenarnya mereka peduli pada dirimu yang masih memiliki perjalanan panjang ke depannya. Mereka tak ingin kamu salah langkah dan menyesal di kemudian hari.
Mungkin saat ini beberapa dari kamu hanya menganggap bahwa nasehat orang tua sebagai angin lalu. Namun, beberapa tahun ke depan, barulah kamu akan menyadari bahwa semua nasehat yang kamu dapatkan itu terbukti kebenarannya.
1Jagalah Kehormatan Keluarga
Semua orang tua pasti memberikan nasehat ini kepada anak-anaknya. Orang tua hanya meminta kamu untuk berperilaku baik saat berada dalam lingkungan yang membesarkanmu. Mereka tak ingin anaknya masuk dalam pergaulan yang salah.
Kebaikan yang kamu lakukan pasti akan menuai kebaikan yang lain. Sehingga kehormatan keluarga pun akan selalu terjaga dan tak akan tercemarkan.
2Jangan Lupakan Asal Usulmu
Keluarga yang melahirkanmu dan mereka yang selalu merawatmu adalah orang nomer satu yang akan selalu ada untukmu. Segala adat dan kebiasaan yang mereka ajarkan pasti mendarah daging dalam kehidupanmu.
Kemanapun kamu pergi, jangan sampai melupakan tanah kelahiranmu, keluarga besar yang selalu mendukungmu serta orang-orang lain yang berjasa hingga membesarkan namamu.
3Hormatilah Kedua Orang Tuamu
Orang tua adalah tempat dimana kamu akan kembali. Orang tua pula yang menjadi perantara terkabulnya segala do’a yang kamu haturkan pada Allah Yang Maha Kuasa. Tak ada alasan bagi seorang anak untuk mengabaikan orang tuanya.
Dua orang besar dan sangat berjasa dalam kehidupan ini. Menghormati, mengasihi dan menyayangi mereka sepenuh hati adalah hal utama yang harus selalu kita lakukan agar selalu mendapat ridho-Nya.
4Saling Mengasihi dengan Pasangan
Orang tua selalu berpesan bahwa hiduplah dengan rukun bersama pasanganmu. Bagi mereka, pernikahan itu baiknya hanya sekali dilakukan hingga maut yang akan memisahkan. Orang tua tak ingin anaknya dalam hubungan pernikahan yang sulit.
Sehingga, nasehat orang tua padamu yang telah menikah ialah untuk membina rumah tangga yang harmonis dan penuh kasih.
5Pandai-pandailah Memasak
Seorang wanita yang baik adalah mereka yang selalu memiliki waktu untuk menyajikan santapan lezat bagi anggota keluarganya. Tak berguna kecantikan seorang wanita jika mereka tak bisa menghidangkan masakan untuk suami dan anak-anaknya.
Nah, untuk wanita-wanita di luar sana yang belum bisa memasak, belajarlah mulai sekarang. Ibu dan nenekmu pasti bahagia jika kamu meminta bantuan mereka untuk mengajarimu memasak.
6Rajinlah dalam Merawat Diri
Nasehat ini lebih sering diterima oleh kaum hawa daripada kaum adam. Orang tuamu pasti sering mengomentari caramu berpakaian dan berdandan. Jika kamu tak bisa merawat diri, ibu adalah orang pertama yang akan menegurmu.
Wanita haruslah berpenampilan baik ketika hendak bepergian. Karena dari penampilan, orang akan menilai dirimu secara keseluruhan. Apalagi nanti saat berumah tangga, di dalam rumah pun harus terlihat secantik mungkin untuk menyenangkan suami.
7Bersihkanlah Rumah
Sebisa mungkin, rumah yang kamu tinggali bersih setiap saat. Semua ruangan harus dijaga kebersihannya kapanpun itu. Kamu tak boleh bermalas-malas di rumah dan mengabaikan seluruh pekerjaan rumah tangga.
Paling tidak, kebersihan itu dimulai dari kamar tidurmu terlebih dahulu lah.

8Jalin Hubungan dengan Keluarga Besar

Banyak lho orang di zaman ini yang tak begitu mengenal keluarga besarnya lagi. Bagaimana denganmu? Jika masih banyak saudara atau sepupu yang kamu kenal, jalinlah hubungan yang baik dengan mereka.
Zaman pun sudah memudahkan kok, kamu bisa membuat grup chatting dan sebagainya untuk memudahkan dalam berkomunikasi. Sehingga, keakraban akan tetap terjalin meski kalian tak berada dalam kota yang sama.

9Hemat

Meski bekerja keras, seseorang tak akan mudah untuk menjadi kaya. Karena apa? Karena uang itu hanya masuk kantong sebentar dan hilang dalam sekejap. Mulai sekarang, kamu harus menghemat semua uang yang kamu miliki.
Jangan mudah mengeluarkan uang untuk hal-hal yang tidak perlu. Jika uang yang kamu miliki itu disimpan dengan baik, masa depanmu pun akan lebih terjamin.

10Bersikap Lembut pada Anak

Cara mendidik anak antara orang tua yang satu dan orang tua lainnya berbeda. Namun, dari perbedaan itu seharusnya kamu belajar. Barangkali kamu pernah mendapat teguran dari ibu atau nenekmu saat sedang memarahi anak.
Mereka mengatakan bahwa kamu harus bersikap lebih lembut saat berinteraksi dengan anak. Jangan kamu kemudian marah dan menolak nasehat tersebut, kamu bisa merenungkan terlebih dahulu masukan dari mereka.
Ada baiknya kamu malah bertukar ide langsung dan berbagi pengalaman hidup dengan orang tuamu dalam mendidik anak.

11Muliakan Tetangga

Sebagaimana yang pernah Rasulullah saw ajarkan, kita sebagai makhluk sosial harus bersikap baik dengan semua orang, termasuk pada tetangga terdekat kita. Jangan kamu sombong saat berhadapan dengan tetanggamu.
Karena tetangga adalah orang terdekat yang akan selalu ada untuk membantu kita ketika tertimpa musibah.

12Jadilah Wanita yang Kuat

Wanita memang dikenal sebagai seorang yang lemah, tapi hal itu tak berlaku untuk dirimu. Orang tuamu selalu mengajarkan bahwa seorang wanita itu mampu untuk berdiri dan melakukan segala pekerjaan yang dilakukan pria.
Kamu bukanlah wanita cengeng yang bisanya hanya merengek saja. Iya kan?

13Jangan Mudah Dihasut

Sebagai seorang manusia, wajar apabila kita menginginkan sesuatu yang lebih dari yang telah kita miliki sekarang. Namun, kamu pun harus pandai-pandai bersyukur dan tak mudah terhasut serta terpana dengan semua harta duniawi yang Allah titipkan ini.
Akan banyak godaan dan hasutan yang akan melemahkan imanmu demi mendapatkan kekayaan di dunia. Tetapi, hal itu belum tentu baik untuk kehidupanmu dan keluarga.

14Berhubungan Baik dengan Mertua

Saat kamu memutuskan untuk menikah, nasehat ini akan menjadi “wejangan” wajib semua orang tua. Karena menikah adalah bersatunya dua keluarga besar, maka kamu harus memiliki hubungan baik dengan mereka.
Setidaknya, hubungan itu terjalin dari mertuamu terlebih dahulu. Sehingga, kamu akan mudah untuk masuk dan diterima dalam keluarga besarnya di kemudian hari.


Rabu, 26 Juli 2017

iman lemah


GRAFIK KEIMANAN Jika NAFSU > AQAL = AMARAH Type orang yang menyepelekan amaliyah-amaliyah akhirat. Bisa jadi IQ tinggi tap... Sebagai Seorang Muslim yang sejati, adalah keharusan baginya untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik di dunia dan di akhirat, selalu meningkatkan keimanan serta ketaqwaannya kepada Allah SWT, sehingga iapun akan semakin dekat dengan Allah SWT. akan tetapi terkadang keimanan seseorang melemah dan ia tidak sanggup untuk berbuat apa- apa, apa saja tanda- tanda orang yang sedang lemah imannya, berikut adalah tanda- tanda orang yang sedang melemah kadar keimanannya serta bagaimana cara menanggulanginya.



Tanda-tanda Lemah Iman

 1.Terus menerus melakukan dosa dan tidak merasa bersalah

2.Berhati keras dan tidak berminat untuk membaca Al-Qur'an

3.Berlambat-lambat dalam melakukan kebaikan, seperti terlambat untuk melakukan shalat

4.Meninggalkan sunnah

5.Memiliki suasana hati yang goyah, seperti bosan dalam kebaikan dan sering gelisah

6.Tidak merasakan apapun ketika mendengarkan ayat Al-Qur'an dibacakan, seperti ketika Allah mengingatkan tentang hukumanNya dan janji-janjiNya tentang kabar baik.

7.Kesulitan dalam berdzikir dan mengingat Allah

8.Tidak merasa risau ketika keadaan berjalan bertentangan dengan syari'ah

9.Menginginkan jabatan dan kekayaan

10.Kikir dan bakhil, tidak mau membagi rezeki yang dikaruniakan oleh Allah

11.Memerintahkan orang lain untuk berbuat kebaikan, sementara dirinya sendiri tidak melakukannya.

12.Merasa senang ketika urusan orang lain tidak berjalan semestinya

13.Hanya memperhatikan yang halal dan yang haram, dan tidak menghindari yang makruh

14.Mengolok-olok orang yang berbuat kebaikan kecil, seperti membersihkan masjid

15.Tidak mau memperhatikan kondisi kaum muslimin

16.Tidak merasa bertanggung jawab untuk melakukan sesuatu demi kemajuan Islam

17.Tidak mampu menerima musibah yang menimpanya, seperti menangis dan meratap-ratap di kuburan

18.Suka membantah, hanya untuk berbantah-bantahan, tanpa memiliki bukti

19.Merasa asyik dan sangat tertarik dengan dunia, kehidupn duniawi, seperti merasa resah hanya ketika kehilangan sesuatu materi kebendaan

20.Merasa asyik (ujub) dan terobsesi pada diri sendiri

Hal-hal berikut dapat meningkatkan keimanan kita:

 1.Tilawah Al-Qur'an dan mentadabburi maknanya, hening dan dengan suara yang lembut tidak tinggi, maka Insya Allah hati kita akan lembut. Untuk mendapatkan keuntungan yang optimal, yakinkan bahwa Allah sedang berbicara dengan kita.

2.Menyadari keagungan Allah. Segala sesuatu berada dalam kekuasaannya. Banyak hal di sekitar kita yang kita lihat, yang menunjukkan keagunganNya kepada kita. Segala sesuatu terjadi sesuai dengan kehendakNya. Allah maha menjaga dan memperhatikan segala sesuatu, bahkan seekor semut hitam yang bersembunyi di balik batu hitam dalam kepekatan malam sekalipun.

3.Berusaha menambah pengetahuan, setidaknya hal-hal dasar yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti cara berwudlu dengan benar. Mengetahui arti dari nama-nama dan sifat-sifat Allah, orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang berilmu.

4.Menghadiri majelis-majelis dzikir yang mengingat Allah. Malaikat mengelilingi majels-majelis seperti itu.

5.Selalu menambah perbuatan baik. Sebuah perbuatan baik akan mengantarkan kepada perbuatan baik lainnya. Allah akan memudahkan jalan bagi seseorang yang bershadaqah dan juga memudahkan jalan bagi orang-orang yang berbuat kebaikan. Amal-amal kebaikan harus dilakukan secara kontinyu.

6.Merasa takut kepada akhir hayat yang buruk. Mengingat kematian akan mengingatkan kita dari terlena terhadap kesenangan dunia.

7.Mengingat fase-fase kehidupan akhirat, fase ketika kita diletakkan dalam kubut, fase ketika kita diadili, fase ketika kita dihadapkan pada dua kemungkinan, akan berakhir di surga, atau neraka.

8.Berdo'a, menyadari bahwa kita membutuhkan Allah. Merasa kecil di hadapan Allah. 

9.Cinta kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala harus kita tunjukkan dalam aksi. Kita harus berharap semoga Allah berkenan menerima shalat-shalat kita, dan senantiasa merasa takut akan melakukan kesalahan. Malam hari sebelum tidur, seyogyanya kita bermuhasabah, memperhitungkan perbuatan kita sepanjang  hari itu.

10.Menyadari akibat dari berbuat dosa dan pelanggaran. Iman seseorang akan bertambah dengan melakukan kebaikan, dan menurun dengan melakukan  perbuatan buruk. 

11.Semua yang terjadi adalah karena Allah menghendaki hal itu terjadi. Ketika musibah menimpa kita, itupun dari Allah. Wallau A'lam Bish-showab
Kirimkan Komentar yang membangun

masalah Keimanan

THORIQUL IMAN (PROSES KEIMANAN)

Uqdatul Kubro
mbah-ngaji
Di saat manusia meranjak dewasa, yang ditandai oleh kesempurnaan akalnya, maka semenjak itu ia mulai berpikir tentang “keberadaanya” di dunia ini. Ia mulai berpikir tentang beberapa pertanyaan mendasar yang sangat perlu, bahkan harus ia jawab. Jawaban tersebut haruslah jawaban yang memuaskan akal dan menenangkan jiwanya. Dan jawaban itu pula yang akan menjadi landasan kehidupan pada masa-masa selanjutnya. Maka selama masalah ini belum terjawab, selama itu pula manusia tidak akan berjalan di dunia dengan tenang. Tanpa jawaban tersebut, ia ibarat manusia tersesat tanpa tujuan yang jelas. Karena sifatnya yang demikian, beberapa pertanyaan pokok dan mendasar ini sering disebut sebagai ‘uqdatul kubro’ (masalah/simpul yang sangat besar).

Pertamyaan mendasar tersebut berupa pertanyaan “Dari manakah asal manusia dan kehidupan ini?” “Mau kemana manusia dan kehidupan setelah ini?” “Untuk apa manusia dan kehidupan ini ada?” Bila pertanyaan ini terjawab terlepas dari jawaban itu benar atau salah maka seseorang akan memiliki landasan kehidupan sekaligus tuntunan dan tujuan kehidupannya itu sendiri. Selanjutnya berjalanlah ia di dunia ini dengan ‘landasan/dasar’ tersebut; ia berbuat dengan standar dan nilai yang ber-dasarkan ‘landasan’ tersebut. Berekonomi dan berbudaya berdasar ‘landasan’ tersebut, bahkan ia akan mengajak orang/kaum lain agar mengikuti ‘landasan’ tersebut.
Sebenarnya, jawaban tersebut sekaligus menjadi pemahaman (mafaahim) orang/kaum tersebut terhadap kehidupan ini. Seseorang atau suatu kaum yang menyelesaikan ‘uqdatul kubro’ tersebut dengan jawaban: “kehidupan dunia ini ada dengan sendirinya, manusia berasal dari tanah/materi dan kelak akan kembali lagi menjadi materi/benda, sehingga manusia hidup untuk mencari kebahagian materi selama ia mampu hidup”, maka mereka akan hidup dengan aturan yang dibuatnya sendiri, dengan standar baik-buruk yang ia kehendaki. Mereka akan akan berbudaya , berekonomi dan berpolitik untuk mencapai kebahagian material, selama mereka masih mampu hidup. Orang dan kaum seperti ini tidak meyakini adanya hal ghaib (ruh, akhirat, pahala-dosa, dsb), diluar materi.

Sementara itu seseorang atau suatu kaum yang menjawab: “dibalik alam dan kehidupan ini ada Sang Pencipta yang mengadakan seluruh alam, termasuk dirinya, memberi tugas/amanah kehidupan pada manusia dan kelak ada kehidupan lain setelah dunia ini, yang akan menghisab seluruh perbuatannya di dunia”, maka mereka akan hidup, berekonomi, berbudaya, berpolitik dan berinteraksi dengan kaum lain, berdasarkan aturan Sang Pencipta tersebut. Standar baik-buruk berdasar aturan Sang Pencipta dan sekaligus menjadi strandar amal yang harus dipertanggungjawabkannya di hadapan Sang Pencipta.
Demikian gambaran ringkas tentang ‘landasan kehidupan’ seseorang/suatu kaum, yang sekaligus merupakan jawaban’uqdatul kubro’ manusia. Hanya saja gambaran tersebut belum menjelaskan tentang landasan kehidupan mana yang benar dan mana yang salah.

Pemecahan Shohih ‘Uqdatul Kubro
Dengan berbagai upaya, manusia mencoba mencari jawaban tersebut melalui segala hal yang dapat dijangkau akalnya. Karena segala hal yang dapat dijangkau akal manusia, tidak lepas dari alam semesta (al kaun), manusia (al insaan), dan kehidupan (al hayaat), maka ketiga hal inilah yang dijadikan objek atau media berpikir untuk mencari jawaban yang dimaksud.
Pemecahan yang benar terhadap masalah ini tidak akan terbentuk kecuali dengan pemikiran yang jernih dan menyeluruh tentang alam semesta (al kaun), manusia (al insaan), dan kehidupan (al hayaat), serta hubungan ketiganya dengan kehidupan sebelum dan sesudah kehidupan dunia ini. Islam telah memberi jawaban melalui proses berpikir yang jernih. Jawaban tersebut memuaskan/ sesuai dengan akal, menenteramkan jiwa, dan sesuai dengan fitrah manusia.

Pandangan Islam Tentang Asal Usul Manusia, Alam Semesta, dan Kehidupan Merupakan Pandangan Yang Shahih.Islam memberi jawaban tuntas yang shohih/benar, yang lahir dari proses berfikir jernih dan menyeluruh. Islam menjawab bahwa dibalik alam semesta, manusia, dan kehidupan ada Al Khaliq (Sang Pencipta), yang mengadakan semua itu dari tidak ada menjadi ada. Al Khaliq itu bersifat wajibul wujud (wajib/pasti adanya) karena kalau tidak demikian maka ia tidak mampu menjadi Al Khaliq. Ia –pun bukan makhluk karena sifat-Nya sebagai pencipta memastikan bahwa diri-Nya bukanlah makhluk.
Bukti bahwa segala sesuatu itu mengharuskan adanya Pencipta yang menciptakannya dapat diterangkan sebagai berikut. Bahwasanya segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh akal terbagi dalam tiga unsur, yaitu manusia, alam semesta, dan kehidupan. Ketiga unsur ini bersifat terbatas dan bersifat lemah (tidak dapat berbuat sesuatu dengan dirinya sendiri), serba kurang, dan saling membutuhkan kepada yang lain. Misalnya manusia, ia terbatas sifatnya karena tumbuh dan berkembang tergantung terhadap segala sesuatu yang lain, sampai suatu batas yang tidak dapat di lampauinya lagi. Oleh karena itu jelas ia bersifat terbatas, mulai dari ‘ketiadaannya’ sampai batas waktu yang tidak bisa dilampauinya. Begitu pula halnya dengan kehidupan, ia bersifat terbatas pula, sebab penampakan/perwujudannya bersifat individual semata. Dan apa yang kita saksikan selalu menunjukan bahwa kehidupan itu ada lalu berhenti pada satu individu itu saja. Jadi jelas kehidupan itu bersifat terbatas. Demikian pula halnya dengan alam semesta. Ia pun bersifat terbatas. Sebab alam semesta itu hanyalah merupakan himpunan benda-benda di bumi dan angkasa dimana setiap benda tersebut memang bersifat terbatas. Himpunan dari benda-benda terbatas dengan sendirinya terbatas pula sifatnya. Jadi alam semesta itu pun bersifat terbatas. Kini jelaslah bahwa manusia, alam semesta, dan kehidupan, ketiganya bersifat terbatas (termasuk memiliki batas awal dan akhir keberadaannya).
Apabila kita melihat kepada segala hal yang bersifat terbatas akan didapati bahwa segalanya tersebut tidak azali (tidak berawal dan berakhir). Sebab apabila ia azali, bagaimana mungkin ia bersifat terbatas?. Tidak boleh tidak, keberadaan semua yang terbatas ini membutuhkan adanya pencipta yang mengadakannya atau mewajibkan adanya ‘sesuatu yang lain’. Dan ’sesuatu yang lain’ inilah Al Khaliq yang menciptakan manusia, alam semesta, dan kehidupan.

Memang benar, bahwa iman kepada Yang Maha Pengatur ini merupakan suatu hal yang fitri dalam diri setiap manusia. Akan tetapi iman yang fitri ini hanya muncul dari perasaan hati yang ikhlas belaka. Dan proses semacam ini tidak bisa dianggap aman akibatnya serta tidak akan membawa suatu ketetapan/keyakinan apabila ditinggalkan (tanpa dikaitkan dengan akal). Sebab perasaan hati semacam ini sering menambah-nambah terhadap apa yang diimani dengan sesuatu yang realistis. Bahkan mengkhayalkannya dengan sifat-sifat tertentu yang lazim terhadap apa yang ia imani sehingga dapat menjerumuskan ke arah kekufuran dan kesesatan. Penyembahan berhala, kurafat (cerita bohong) dan kebatilan, tak lain tak bukan akibat yang timbul dari salahnya perasaan hati. Maka dari itu Islam tidak membiarkan perasaan hati ini sebagai satu-satunya jalan menuju iman. Hal seperti ini tidak akan menambah-nambah atas Dzat Allah dengan sifat-sifat yang bertentangan dengan sifat-sifat ketuhanan, atau mengkhayalkan penjelmaan-Nya dalam benda-benda, atau juga menggambarkan sesuatu kemungkinan untuk mendekatkan diri kepada-Nya melalui penyembahan benda-benda yang dapat menjurus kepada kekufuran atau penyekutuan terhadap Allah, atau ke arah dugaan yang salah dan khurafat yang senantiasa ditolak oleh iman yang lurus.
Oleh karena itu Islam menegaskan penggunaan akal bersama-sama dengan perasaan hati dan mewajibkan atas setiap muslim untuk menggunakan akalnya dalam beriman kepada Allah SWT serta melarang bertaklid dalam urusan aqidah. Untuk ini Islam tealah menjadikan akal sebagai timbangan dalam beriman kepada Allah. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT:
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” (Q.S Ali Imran: 190).
Oleh karena itu maka wajib bagi setiap muslim untuk menjadikan imannya benar-benar timbul dari proses berpikir, penelitian, dan memperhatikan serta bertahkim pada akalnya dalam beriman kepada Allah SWT secara mutlak. Dan ajakan untuk memeperhatikan alam semesta dengan seksama dalam rangka mencari sunatullah serta guna memperoleh petunjuk untuk beriman terhadap Penciptanya. Al Qur’an telah menyebut hal tersebut dalam puluhan ayatnya. Semua ini ditujukan terhadap unsur-unsur pemikiran yang dimiliki manusia agar dapat mengajaknya untuk berpikir serta merenung sehingga imannya betul-betul muncul dari akal dan bukti. Hal ini juga memperingatkan manusia untuk tidak mengambil jalan yang telah ditempuh oleh nenek moyangnya yang telah merasa puas terhadap apa yang telah mereka temui tanpa meneliti dan mengujinya lagi untuk mengetahui kebenarannya.
Inilah iman yang telah diserukan oleh Islam. Dan iman semacam inilah bukan seperti yang dikatakan orang sebagai imannya orang-orang yang tua renta melainkan inilah iman yang jernih yang meyakinkan, yang senantiasa memandang dan berpikir lalu sampai kepada yakin akan adanya Allah Yang Maha Kuasa lewat pengamatan dan perenungannya tersebut.
Kendati wajib atas manusia untuk menggunakan akalnya dalam beriman kepada Allah SWT namun tidak mungkin baginya untuk memahami apa yang ada di luar jangkauan indera dan akalnya. Hal ini karena akal manusia terbatas sifat dan kekuatannya. Betapa pun tinggi tingkatannya tetap saja ia terbatas dan tumbuh dalam batas-batas yang tidak dapat dilampauinya lagi. Karena itu pemahamannya pun terbatas.
Oleh karenanya, akal tidak mampu untuk memahami Dzat Allah dan hakikat-Nya sebab Allah berada di luar ketiga unsur pokok alami yang dapat diindera manusia (alam semesta, manusia, dan kehidupan). Akal manusia itu sendiri tidak mampu untuk memahami apa yang ada di balik dirinya, maka tentu saja ia tidak mampu untuk mencapai Dzat Allah. Hanya saja tidak dapat dikatakan: “Bagaimana mungkin orang dapat beriman kepada adanya Allah SWT, sedang akalnya sendiri tidak mampu memahami Dzat Allah?”
Tidak, tidak bisa dikatakan demikian, sebab pada hakikatnya iman itu adalah percaya akan adanya (wujud/keberadaan-Nya) Allah, di mana wujud Allah ini dapat dipahami melalui wujud makhluk-makhluk-Nya, yaitu alam semesta, manusia, dan kehidupan. Ketiganya ini berada dalam batas-batas yang dapat dicapai oleh akal.
Dengan memahami ketiga hal itu, orang dapat memahami adanya Khaliq, yaitu Allah SWT. Karenanya, iman kepada adanya Allah harus berdasarkan akal dan dalam jangkauan akal. Berlainan halnya jika orang hendak memahami Dzat Allah di mana hal ini mustahil terjadi. Sebab Dzat-Nya berada di luar unsur alam semesta, manusia, dan kehidupan. Jadi ia berada di luar jangkauan kemampuan akal. Padahal akal itu sendiri tidak mungkin memahami hakikat apa yang berada diluar jangkauannya, disebabkan keterbatasannya untuk dapat melakukan hal itu. Bahkan keterbatasan itu, menjadi faktor penguat iman, bukan malah menjadi penyebab keragu-raguan dan syak.
Sesungguhnya apabila iman kita kepada Allah SWT muncul dari akal, pemahaman kita terhadap adanya Al Khaliq pun akan menjadi sempurna pula. Apabila perasaan hati (yang timbul dari fitrah) yang mengatakan adanya Allah dibarengi oleh akal maka perasaan semacam ini akan tumbuh menjadi suatu keyakinan yang kokoh. Kesemuanya ini akan memberikan pada diri kita suatu pemahaman yang sempurna serta perasaan yang yakin atas semua sifat-sifat ketuhanan. Dengan sendirinya ini akan meyakinkan diri kita bahwa kita tidak akan sanggup memahami hakekat Dzat Allah, justru karena kuatnya iman kita kepada-Nya. Selain itu hal ini juga meyakinkan kita bahwa kita wajib mempercayai segala apa yang dikabarkan Allah tentang hal-hal yang tidak sanggup dicerna oleh akal atau dipahaminya. Hal ini disebabkan oleh lemahnya akal manusia untuk memahami apa yang ada diluar jangkauannya dengan mengunakan ukuran-ukuran nisbi yang serba terbatas kemampuannya. Padahal untuk memahami hal semacam ini diperlukan ukuran-ukuran yang tidak nisbi dan tidak terbatas, yang justru tidak dimiliki oleh manusia. Bahkan tidak mampu untuk dimiliki.
Bagaimana Kita Beriman Kepada Allah SWT
Dalam menentukan sifat Al Khaliq/Pencipta ini dapat kita temukan adanya tiga kemungkinan. Pertama, Ia diciptakan oleh yang lain. Kedua, Ia menciptakan diri-Nya sendiri. Ketiga, Ia bersifat azali dan wajibul wujud serta mutlak keberadaanya. Dengan pemikiran yang jernih dan mendalam akan dipahami bahwa: kemungkinan yang mengatakan bahwasanya Ia diciptakan oleh yang lain adalah kemungkinan yang batil (tidak dapat diterima oleh akal). Sebab dengan demikian Ia adalah makhluk dan bersifat terbatas, yaitu butuh kepada yang lain untuk mengadakannya. Demikian pula kemungkinan kedua yang mengatakan bahwasanya Ia menciptakan diri-Nya sendiri adalah kemungkinan yang batil juga. Karena dengan demikian Ia akan menjadi makhluk dan Khaliq pada saat yang bersamaan. Jelas ini tidak dapat diterima oleh akal. Maka dari itu, hanya kemungkinan yang ketigalah yang shohih, yaitu Al Khaliq itu tidak boleh tidak harus bersifat azali dan wajibul wujud serta mutlak adanya. Dialah Allah SWT.
Sesungguhnya bagi setiap orang yang mempunyai akal, hanya dengan perantaraan wujud benda-benda yang dapat diinderanya, ia dapat memahami bahwa dibalik benda-benda itu terdapat pencipta yang telah menciptakannya. Sebab dapat disaksikan bahwa semua benda- benda tadi bersifat serba kurang, sangat lemah, dan saling membutuhkan kepada yang lain. Yakinlah bahwa semuanya adalah mahluk. Oleh karena itu untuk membuktikan adanya Khaliq yang Maha Pengatur, sebenarnya cukup hanya dengan mengamati segala sesuatu yang ada di alam semesta, kehidupan, dan di dalam diri manusia itu sendiri.
Dengan mengamati salah satu planet yang ada di alam semesta, misalnya saja bumi, kita akan mendapati betapa teraturnya gerak bumi dan segala kejadian di dalamnya. Jarak bumi dengan matahari yang sangat ‘pas’ menyebabkan bumi bisa menjadi tempat kehidupan manusia. Andaikan bumi lebih dekat dengan matahari beberapa puluh kilo meter saja, suhu bumi yang sangat panas yang dapat menghancurkan kehidupan. Begitu pula andaikan jarak bumi lebih jauh beberapa puluh kilo meter dari matahari tentu suhu di bumi akan sangat dingin sehingga dapat membekukan segala kehidupan yang ada. Dengan metode yang sama kita pun dapat merenungi salah satu gejala kehidupan, atau menyelami salah satu segi didalam diri manusia, akan memberikan bukti yang nyata terhadap adanya Allah SWT, Sang Pencipta dan Pengatur.
Karena itu kita jumpai bahwa Al Qur’an senantiasa melontarkan pandangannya kepada benda-benda yang ada di sekitar manusia sambil mengajak manusia untuk turut mengamatinya serta mengamati segala apa yang ada di sekelilingnya dan apa yang berhubungan dengannya, agar dapat membuktikan adanya Allah SWT. Sebab dengan mengamati benda-benda akan memberikan suatu pemahaman yang menyakinkan manusia terhadap adanya Allah Yang Maha Pencipta lagi Maha Pengatur. Secara pasti tanpa ada keraguan. Di dalam Al Qur’an telah dibeberkan banyak ayat yang berkenaan .
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang-orang yang berakal” (QS. Ali Imram:190)
Juga firman-Nya:
Artinya: ”(Dan) di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah diciptakannya langit dan bumi serta berlain-lainnya bahasa dan warna kulitmu“ (QS. Ar Rum:22)
Serta firman-Nya yang lain seperti QS. Al Ghasiyah; 17-20, juga surat Ath-Thariq: 5-7, atau firman-Nya:

Artinya: ”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia dan apa yang Allah turunkan dari langit yang berupa air, lalu dengan air itu Ia hidupkan bumi sesudah matinya (kering) dan Ia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan dan pengisaran air dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi. Sesunguhnya pada semua itu terdapat tanda-tanda (Keesaan dan Kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. Al Baqarah:164).
Ditambah lagi dengan ayat-ayat lain yang serupa, yang mengajak manusia untuk memperhatikan dengan seksama terdapat benda-benda alam, serta melihat apa yang ada di sekelilingnya dan yang berhubungan dengannya (dari segi keberadaanya) untuk dijadikan petunjuk atas adanya pencipta yang Maha Pengatur. Sehingga dengan demikian imannya kepada Allah SWT menjadi iman yang mantap, yang berakar dari akal dan bukti.
Inilah jawaban shohih secara ringkas tentang keberadaan Al Khaliq dibalik manusia, alam semesta dan kehidupan.
Kebutuhan Manusia terhadap Rosul
Adapun bukti mengenai kebutuhan manusia terhadap Rasul dapat kita lihat dari terbuktinya manusia sebagai makhluk Allah SWT yang bersifat terbatas, akal dan kemampuannya. Juga dapat dilihat dari terbuktinya agama itu sebagai suatu hal yang fitri dalam diri manusia, karena ia merupakan salah satu fitrah pen-taqdis-an (pengagunggan dan pensucian) manusia. Dalam fitrahnya itu manusia senantiasa mentaqdiskan penciptanya. Pekerjaan mentaqdiskan inilah yang selanjutnya dikenal sebagai ibadah, yang merupakan tali penghubung antara manusia dan penciptanya. Apabila hubungan ini dibiarkan sendiri tanpa aturan akan cenderung terjadi kekacauan ibadah serta menyebabkan terjadinya penyembahan terhadap selain dari pencipta yang sebenarnya. Jadi harus ada aturan tertentu yang mengatur hubungan ini dengan baik. Hanya saja aturan ini tidak boleh datang dari pihak manusia, karena ia sendiri tidak mampu memahami hakekat kholiq (maksudnya tentang perbuatannya, apakah perbuatan itu diterima atau ditolak oleh Kholiq) untuk dapat meletakan aturan antara dirinya dengan Sang Pencipta. Oleh karena itu aturan ini harus datang dari Kholiq. Dan oleh karena aturan ini harus sampai ke tangan manusia, maka tidak boleh tidak harus ada para Rosul yang menyampaikan agama Allah ini kepada umat manusia.
Bukti lain akan kebutuhan manusia terhadap para Rosul adalah bahwa pemuasan manusia akan tuntutan kebutuhan-kebutuhan jasmani dan gharizah/nalurinya merupakan hal yang mutlak perlu. Pemuasan semacam ini apabila dibiarkan berjalan tanpa suatu aturan akan menjurus ke arah pemuasan yang salah dan berlebihan serta akan menyebabkan malapetaka terhadap umat manusia. Oleh karena itu harus ada aturan yang mengatur gharizah dan kebutuhan-kebutuhan jasmani ini. Hanya saja aturan ini tidak boleh datang dari pihak manusia, sebab pemahamannya dalam mengatur gharizah dan kebutuhan-kebutuhan jasmani senantiasa menjadi sasaran kekeliruan, perselisihan dan keterpengaruhan oleh lingkungan yang di diaminya. Apabila ia dibiarkan membuat aturan sendiri maka aturan yang ia buat pun menjadi subjek kekeliruan, perselisihan dan pertentangan yang akan menjerumuskan manusia ke dalam kenestapaan. Maka dari itu aturan tersebut harus datang dari Allah SWT, yang untuk dapat sampai ke tangan manusia haruslah melalui seorang Rasul.
Bukti Al Qur’an Kalamullah
Adapun bukti yang sangat mudah bahwa Al Qur’an itu datang dari Allah dapat dilihat dari kenyataan bahwa Al Qur’an itu sebuah kitab berbahasa Arab yang dibawa oleh Rosulullah saw. Karena fakta tersebut, maka dalam upaya menentukan darimana asal Al Qur’an itu, akan kita jumpai adanya tiga kemungkinan. Pertama, ia merupakan karangan bangsa Arab. Kedua, ia merupakan karangan Muhammad saw. Ketiga, ia berasal dari Allah SWT semata. Sebagaimana pernyataan pembawanya. Tidak ada kemungkinan lain selain dari yang ketiga ini. Sebab Al Qur’an adalah khas Arab, baik dari segi bahasa maupun sastranya.

Kemungkinan yang pertama yang mengatakan bahwa Al Qur’an karangan bangsa Arab adalah sutu kemungkinan yang bathil. Sebab Al Qur’an sendiri telah menantang mereka (bangsa Arab) untuk membuat karya yang serupa. Sebagaimana tertera dalam ayat:
Artinya: “Katakanlah: ‘Maka datangkanlah se-puluh surat yang menyamainya”
(QS.Yunus 105)

Artinya: “Katakanlah: Kalau benar yang kamu katakan maka cobalah datangkan sebuah surat yang menyerupainya” (QS. Yunus 38)
Bangsa Arab telah berusaha untuk menghasilkan karya yang serupa, akan tetapi mereka tidak juga berhasil. Jadi Al-Qur’an bukan dari perkataan mereka karena ketidakmampuan mereka untuk menghasilkan karya yang serupa. Kendati ada tantangan dari Al Qur’an dan usaha dari mereka untuk membuat karya yang serupa.
Adapun kemungkinan yang kedua, yang mengatakan bahwa Al Qur’an itu karangan Muhammad saw, adalah kemungkinan yang bathil pula. Sebab Muhammad adalah orang Arab juga. Bagaimanapun jeniusnya Muhammad, tetaplah ia sebagai seorang manusia yang menjadi salah satu anggota dari masyarakat atau bangsanya. Selama bangsa Arab tidak mampu menghasilkan karya yang serupa, maka masuk pula apabila Muhammad saw yang orang Arab itu juga tidak mampu menghasilkan yang serupa. Jadi jelaslah bahwa Al Qur’an itu bukan karangannya.
Hal tersebut makin diperkuat lagi dengan banyaknya hadits-hadits shahih yang berasal dari Nabi Muhammad saw yang sebagian malah diriwayatkan lewat cara tawatur yang kebenarannya tidak diragukan lagi. Apabila setiap hadits ini dibandingkan dengan ayat manapun dalam Al Qur’an maka tidak akan dijumpai adanya kemiripan dari segi gaya bahasa (uslub). Padahal Nabi Muhammad saw disamping selalu membacakan setiap ayat-ayat yang diterimanya, juga dalam waktu yang bersamaan (selama bertahun-tahun) mengeluarkan hadits pula. Akan tetapi keduanya tetap berbeda dari segi gaya bahasanya. Dan bagaimanapun kerasnya seseorang untuk menciptakan berbagai macam gaya bahasa dalam pembicaraannya, tetap akan terdapat kemiripan antara gaya bahasa yang satu dengan gaya bahasa yang lain. Sebab hal ini merupakan bagian dari dirinya. Jadi karena tidak ada kemiripan antara gaya bahasa Al Qur’an dengan gaya bahasa hadits maka yakinlah bahwa Al Qur’an itu bukan perkataan Nabi Muhammad saw, disebabkan terdapat perbedaan yang tegas dan jelas antara keduanya. Oleh karena tidak seorang pun dari orang Arab yang bisa menuduh bahwa Al Qur’an itu perkataan Muhammad atau mirip dengan gaya bahasa pembicaraannya, justru karena merasa memiliki pemahaman yang begitu dalam akan gaya bahasa mereka sendiri.
Maka terbantahlah kemungkinan pertama dan kedua. Tinggallah kini tuduhan lain yang mereka lontarkan, yaitu bahwa Al Qur’an itu disadur oleh Muhammad saw dari seorang pemuda Nasrani bernama Jabr. Tuduhan ini ditolak keras oleh Allah SWT melalui firman-Nya:
Artinya: “(Dan) Sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata, Sesunguhnya Al Qur’an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad). Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya (adalah) bahasa ‘ajami (non Arab) sedangkan Al Qur’an itu dalam bahasa Arab yang jelas” (QS An-Nahl: 103).
Apabila kini telah terbukti bahwa Al- Qur’an itu bukan karangan bangsa Arab, dan bukan pula karangan Muhammad saw, maka yakinlah bahwa Al Qur’an itu merupakan perkataan Allah (kalam Allah) yang menjadi mukjizat bagi orang yang membawanya (yaitu Muhammad saw). Tidak ada kemungkinan lain selain ini, dilihat dari kenyataan bahwa Al Qur’an itu berbahasa Arab.
Karena Nabi Muhammad orang yang membawa Al Qur’an yang merupakan perkataan dan syariat, sedangkan tidak ada yang membawa syariat-Nya melainkan para Nabi dan Rasul, maka berdasarkan akal dapat diyakini bahwa Muhammad saw itu seorang Nabi dan Rasul.
Demikian uraian-uraian singkat namun jelas dan tegas tentang dalil aqli utuk beriman kepada (wujudnya) Allah, kepada kebenaran kerasulan Muhammad saw dan kepada Al Qur’an, bahwasanya Al Qur’an itu merupakan kalam Allah.
Konsuekensi Iman Kepada Allah, Rasulullah saw, dan Al Qur’an
Jadi iman kepada (wujud) Allah itu datang dari akal, dan memang harus datang dari jalan seperti ini. Ini pula yang menjadi dasar kuat untuk beriman terhadap hal-hal ghaib dan segala hal yang dikabarkan oleh Allah SWT. Sebab jika kita telah beriman kepada Allah SWT, yang memiliki sifat-sifat Ketuhanan itu, maka wajib pula bagi kita untuk beriman terhadap apa saja yang dikabarkan oleh-Nya. Baik hal itu dapat dicerna oleh akal maupun tidak, karena semua itu dikabarkan oleh Allah SWT.
Dari sini kita wajib beriman kepada hari kebangkitan dan pengumpulan (Ba’ats), surga dan neraka, hisab dan siksa, juga beriman akan adanya malaikat, jin, dan syaithan, serta apa saja yang telah diterangkan Al Qur’an dan hadits qath’i. Iman seperti ini walaupun didapat dengan jalan ’mengutip’ (naql) dan ‘mendengar’ (sama’), akan tetapi pada dasarnya telah terbukti oleh akal. Jadi aqidah seorang muslim itu harus bersandar kepada akal atau pada sesuatu yang telah terbukti dasarnya oleh akal. Karena seorang muslim wajib mengikuti mengi’tiqadkan segala sesuatu yang telah terbukti dengan akal atau yang datang dari sumber berita yang yakin dan pasti (qath’i). Yaitu yang telah ditetapkan oleh Al Qur’an dan hadits qath’i (Hadits Mutawwatir). Apa saja yang tidak terbukti oleh kedua jalan tadi, yaitu akal sehat serta nash Al Qur’an dan Hadits qath’i (mutawwatir), haram baginya untuk meng-i’tiqadkannya. Sebab, aqidah tidak boleh diambil kecuali dengan kepastian (keyakinan).
Oleh karena itu kita wajib beriman kepada kehidupan sebelum dunia, yaitu adanya Allah SWT dan proses penciptaan oleh-Nya; serta beriman kepada kehidupan setelah dunia yaitu hari akhirat. Perintah-perintah Allah itu merupakan tali penghubung (silah) antara kehidupan dunia dengan kehidupan sebelum dunia, yaitu hubungan penciptaan (shilatul khalq); dan sekaligus menjadai tali penghubung kehidupan dunia dengan kehidupan sesudah dunia (shilatul muhasabah). Dan pastilah hal ikhwal manusia terikat oleh tali penghubung ini. Karenanya manusia wajib berjalan dalam kehidupan ini sesuai dengan peraturan Allah SWT dan wajib beri’tiqad bahwa ia diciptakan oleh Allah, dan akan dihisab di hari kiamat atas segala perbuatannya di dunia.

Dengan demikian telah terbentuklah pemikiran yang jernih tentang apa yang ada di balik kehidupan, alam semesta, dan manusia. Serta telah terbentuk pula pemikiran yang jernih tentang alam sebelum dan alam sesudah dunia. Dan bahwasannya terdapat ‘tali penghubung’ antara dunia dengan kedua alam tersebut. Dengan demikian telah terurailah ’masalah besar’ itu secar pasti kebenarannya dengan Aqidah Islamiyah.
Apabila manusia telah berhasil memecahkan hal tadi ia dapat beralih memikirkan kehidupan dunia serta mewujudkan mafahim yang benar (terhadap dunia), yang dihasilkan dari pemikiran dasar tersebut. Pemecahan itu pula yang menjadi dasar bagi berdirinya suatu prinsip ideologis kehidupan (mabda’) yang membentuk jalan menuju kebangkitan suatu kaum. Mabda itu pula yang akan menjadi dasar bagi tumbuh kembangnya peradaban (hadloroh) suatu kaum. Juga menjadi dasar bagi peraturan-peraturan hidupnya, dan juga menjadi dasar untuk mendirikan Negaranya. Dengan demikian dasar bagi berdirinya Islam, baik secara fikroh (ide dasar) maupun thoriqoh (pola operasional/metode pelaksanaan) adalah Aqidah Islam itu sendiri.
Allah SWT berfirman:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada kitab yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya dan kepada kitab yang diturunkan sebelumnya. Dan siapa saja yang mengingkari Allah dan malaikat-Nya dan kitab-kitab-Nya dan Rasul-rasul-Nya dan hari akhir maka ia telah sesat sejauh-jauhnya kesesatan”. (QS An Nisaa: 136)
Apabila semua ini (iman kepada Allah, dst tadi) telah terbukti kebenarannya, maka wajiblah bagi seluruh kaum muslimin untuk beriman juga kepada syariat Islam (sebagaimana ia beriman kepada Aqidah Islam). Karena seluruh syariat itu telah tercantum dalam Al Qur’an dan telah dibawa oleh Rasulullah saw. Apabila tidak beriman maka ia kufur. Oleh karena itu ingkarnya seseorang terhadap hukum-hukum syar’i secara keseluruhan atau sebagian darinya secara lebih terperinci, dapat menyebabkan ia menjadi kufur. Baik hukum-hukum itu berkaitan dengan ibadah, muamalah, uqubat (sanksi), atau pun math’umat (yang berkaitan dengan makanan). Maka kufur terhadap ayat
Artinya: “ Dirikanlah sholat….”
Sebenarnya sama saja kufur terhadap ayat

Artinya: “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”
(QS al Baqarah: 275)
Atau terhadap ayat

Artinya: “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri potonglah tangan keduanya”. (QS Al Maidah: 38)
       Kirimkan Komentar yang membangun