Minggu, 06 September 2015

Sampaikan dengan jujur

Sampai kapanpun juga kebaikan akan tetap mulia walaupun banyak orang tidak melakukannya seperti sikap jujur diakui oleh siapapun adalah pribadi yang baik walaupun dampaknya mendatangkan hal negative, apalagi dizaman sekarang bahkan mungkin zaman yang akan datang, masih banyak orang -orang yang bersikap jujur hadir di masyarakat, dengan kejujurannya itu dia tidak mendapatkan apa-apa bahkan mungkin dia akan menerima akibat dari jujur itu.

Ada cerita nyata di salah satu kantin sekolah.Saat itu, terdapatlah dua anak kelas tiga SMP, yang baru saja menerima pengumuman bahwa diri mereka lulus.Dari sekian banyak peserta ujian di sekolah tersebut, hanya satu anak yang tidak lulus. Usut punya usut ternyata anak tersebut berusaha untuk tidak mengkhianati dirinya dengan cara tidak menyontek. Dalam kata lain, dia telah berperilaku jujur dalam menjawab soal-soal ujian.

Terhadap hal ini, dua anak yang sedang mengobrol di kantin tersebut, mencemooh apa yang telah dilakukan oleh anak yang tidak lulus. “Sok suci sih, gak mau nyontek.Ya, rasain sendiri akibatnya, dia sendiri yang tidak lulus,” demikianlah komentar salah satu di antara mereka.

Kasus di atas, setidaknya menunjukkan satu potret nyata, betapa sebagian dari masyarakat kita telah menghilangkan ataupun tidak mengindahkan konsep jujur dalam berperilaku.Nahasnya, hampir seluruh aspek kehidupan negeri ini, telah tercemari olehnya.Tak terkecuali masalah penetapan hukum yang seharus berdasarkan kepada kejujuran, dengan mengatakan yang salah itu salah, dan yang benar itu benar.

Sebaliknya, konsep hidup khianat, bohong, dusta, sepertinya telah menjadi suatu yang tak terpisahkan lagi dari setiap gerak-gerik kita.Seorang penjual, dengan culasnya membohongi para pembeli.Para hakim dengan mudahnya untuk disuap, sehingga keputusan mereka timpang sebelah. Begitu pula terhadap kasus-kasus yang lain.

Di dalam kehidupan kita, beredar motto hidup yang salah-kaprah, ucapan seperti "jujur hancur", atau istilah-istilah lain, yang sesungguhnya adalah tabiat korupsi."Obyek sana obyek sini". "Kalau gak begini mas, hanya ngandalkan gaji kantor, gak cukup," begitu istilahnya. Tabiat seperti itu, nampaknya telah terpatri dan mendarah daging di sebagian masyarakat kita. Padahal, tindakan itu adalah korupsi alias mencuri.[Robin Sah Jujur: Tips Manjur Menuju Hidup "Makmur"Hidayatullah.com, Senin, 21 Juni 2010].

Ketika saya masih mengajar di tahun 1990, bertemu dengan seorang guru senior yang mantan kepada sekolah, semua teman-temannya rata-rata sudah mendapat tempat yang strategis di Pemerintahan, minimal mampu bertahan sebagai kepala sekolah, ketika saya berdialok dengannya, bapak ini mengaku tidak lama sebagai kepala sekolah karena dia tidak mau berlaku curang, persoalannya hanya ringan saja, ketika kepada dinas Pendidikan dan Kebudayaan datang mengunjungi sekolahnya, dilayani apa adanya, sangat sederhana dan tidak diberi amplop sebagai uang jalan. Tidak berapa lama dia diundang ke Kantor Dinas, menghadap atasan, disana dia beberkan segala keterbatasannya yang tidak mampu mentraktir dan memberi uang jalan kepada tamunya dari dinas terkait karena dia tidak mau korupsi, akhirnya dia diberi pesan oleh atasannya dengan mengatakan,”Kalau anda masih mau jadi Kepala Sekolah maka berpandai-pandailah, bukan pandai”, karena sang tokoh ini tidak bisa berpandai-pandai walaupun dia pandai, tidak begitu lama akhirnya jabatan itu diberikan kepada orang lain.

Itu sebuah cermin kejujuran sudah dianggap pakaian usang yang tidak layak lagi dikenakan walaupun untuk sebuah jabatan.
Kejujuran adalah tanda bukti keimanan.Orang mukmin pasti jujur.Kalau tidak jujur, keimanannya sedang terserang penyakit kemunafikan. Pernah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW: "Apakah mungkin seorang mukmin itu kikir?" Rasul SAW  menjawab: "Mungkin saja." Sahabat bertanya lagi: "Apakah mungkin seorang mukmin bersifat pengecut?" Rasul menjawab: "Mungkin saja." Sahabat bertanya lagi, "Apakah mungkin seorang mukmin berdusta?" Rasulullah menjawab: "Tidak." (HR Imam Malik dalam kitab al Muwaththo')

Inti hadis ini menegaskan, seorang mukmin tidak mungkin melakukan kebohongan.Kejujuran adalah pangkal semua perbuatan baik manusia.Tidak ada perbuatan dan ucapan baik kecuali kejujuranlah yang mendasarinya.Oleh sebab itu, Allah menyuruh orang-orang mukmin agar selalu berkata benar dan jujur."Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang jujur/benar." (al-Ahzab [33]: 70).

Rasulullah bersabda: "Kamu sekalian wajib jujur karena kejujuran akan membawa kepada kebaikan dan kebaikan akan membawa kepada surga." (HR Ahmad, Muslim, at-Turmuzi, Ibnu Hibban)
Kejujuranlah yang menjadikan Ka'b bin Malik mendapat ampunan langsung dari langit sebagaimana Allah jelaskan dalam surah at-Taubah. Kejujuranlah yang menyelamatkan bahtera kebahagiaan keluarga dan kejujuran pulalah yang menyelamatkan seorang Muslim dari siksa api neraka di kemudian hari. Kejujuran adalah tiang agama, sendi akhlak, dan pokok kemanusiaan manusia. Tanpa kejujuran, agama tidak lengkap, akhlak tidak sempurna, dan seorang manusia tidak sempurna menjadi manusia.[Achmad Satori  Ismail,Mengukur Kejujuran,eramuslim.com.Thursday, 28 April 2011 13:15 WIB]

Allah SWT berfirman (yang artinya): Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah, dan jadilah kalian beserta orang-orang yang jujur/benar (QS at- Taubah [9]: 119).
Dalam ayat di atas, Allah SWT berfirman (yang artinya): Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah; yakni dengan cara meninggalkan maksiat (dan tentu dengan menjalankan ketaatankepada Allah SWT). Jadilah kalian beserta orang-orang yang jujur/benar; yakni baik dalam keimanan maupun dalam memenuhi berbagai macam perjanjian.  Sebagian ulama menyatakan: ma'a ash-shadiqqin (beserta orang- orang yang jujur/benar) artinya bersama orang-orang yang senantiasa berdiri di atas jalan hidup yang benar ('ala minhaj al-haqq).

Terkait dengan ayat di atas, di dalam sebuah hadisnya Baginda Rasulullah SAW bersabda, sebagaimana dituturkan oleh Ibnu Mas'ud, “Sesungguhnya kejujuran/kebenaran (ash-shidqu) mengantarkan pada kebaikan (al-birru), dan sesungguhnya kebaikan mengantarkan pada surga.Sesungguhnya kebohongan/kedustaan mengantarkan pada kefasikan/kemaksiatan, dan sesungguhnya kefasikan/kemaksiatan mengantarkan pada neraka. Sesungguhnya seseorang yang benar-benar bersikap jujur/benar akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur/benar. Sesungguhnya seseorang yang benar- benar berbohong di sisi Allah akan dicatat sebagai pembohong.”(Mutaffaq 'alaih).

menyebut segala jenis kebaikan (al-khayr). Imam al- Qurthubi berkata, “Setiap orang yang memahami Allah SWT wajib bersikap jujur/benar dalam ucapan, ikhlas dalam amal perbuatan dan senantiasa 'bersih' (tidak banyak melakukan dosa/kemaksiatan) dalam seluruh keadaan.Siapapun yang keadaannya seperti itu, dialah orang-orang benar-benar baik dan benar-benar ada dalam ridha Allah Yang Maha Pengampun.” (Lihat: Muhammad bin 'Allan ash-Shiddiqi, Dalil al-Falihin li Thuruq Riyadh ash-Shalihin, I/ 146).
Maknanya, kejujuran/kebenaran dalam ucapan akan mengantarkan pada amal shalih yang sunyi dari segala cela. Dalam hal ini al-birru adalah nama untuk

 

Seorang yang jujur/benar pasti akan jauh dari sifat- sifat munafik—sebagaimana dinyatakan oleh Baginda Rasulullah SAW—yakni: dusta dalam berbicara;  ingkar janji, mengkhianati amanah (HR al-Bukhari dan Muslim).
Terkait dengan sifat munafik ini, Sahabat Hudzaifah ra pernah berkata, “Orang-orang munafik sekarang lebih jahat (berbahaya) daripada orang munafik pada masa Rasulullah SAW” Saat ia ditanya, “Mengapa demikian?” Hudzaifah menjawab, “Sesungguhnya pada masa Rasulullah SAW mereka menyembunyikan kemunafikannya, sedangkan sekarang mereka berani menampakkannya.” (Diriwayatkan oleh al-Farayabi tentang sifat an-nifaq (51-51), dengan isnad sahih).[ Bersikap Jujur, Menjauhi Dusta, Media ummat, Wednesday, 13 April 2011 09:45].

Dr. Saad Riyadh dalam bukunya berjudul Jiwa Dalam Bimbingan Rasulullah Saw, menyatakan tentang Kejujuran ;
Perihal keutamaan sifat ini, Imam Al Ghazali berkata,”Dalam hal ini Allah Swt, telah berfirman,”Diantara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah..”[Al Ahzab;23].

Selain itu Rasulullah Saw, juga bersabda,”Hendaklah kamu bersikap jujur karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan sementara kebajikan membawa ke syurga. Tidaklah seseorang senantiasa bersikap jujur dan berusaha keras memilih jalan kejujuran kecuali ia nantinya akan dicatat sebagai orang yang jujur disisi Allah. Jauhilah kebohongan karena sesungguhnya ia membawa kepada keburukan [fujur] sedangkan keburukan itu menghantarkan orang ke neraka. Tidaklah seseorang senantiasa bersikap dusta dan memilih jalan kedustaan kecuali ia nantinya akan dicatat sebagai pendusta di sisi Allah” [HR. Bukhari dan Muslim].

Lebih dari itu, cukuplah bukti untuk menunjukkan keutamaan sifat jujur ini dengan melihat bahwa gelar ash shiddiq terambil dari kata ini. Sebagian ulama berkata,”Para ulama maupun fuqaha sepakat bahwa apabila pada diri seseorang terdapat tiga hal maka dia akan selamat dunia akherat. Ketiga hal yang masing-masing saling berkaitan dan melengkapi tersebut adalah keislaman yang bebas dari kotoran bid’ah maupun hawa nafsu, sikap jujur kepada Allah Swt, dalam beramal, serta hanya memakan makanan yang baik dan halal”.
Lebih jauh beliau Saad Riyadh mengemukakan makna, hakekat dan tingkat kejujuran yaitu;
Ketahuilah bawah lafal ash shiddiq [kejujuran] menurut Islam dipergunakan dalam enam makna, yaitu jujur dalam perkataan, jujur dalam niat dan kemauan, jujur dalam tekad, jujur dalam menepati tekad yang dibuat, jujur dalam amal, serta jujur dalam seluruh sifat yang dipandang baik [mulia] oleh agama. Jika seseorang telah menggenggam kejujuran dalam seluruh maknanya ini maka dia berhak mendapat gelar ash shiddiq [orang yang paling jujur]. Di sini lain, orang-orang yang dikategorikan jujur juga bertingkat-tingkat. Artinya, jika dia hanya memiliki satu asfek saja maka dia hanya dikatakan sebagai seorang yang jujur dalam asfek tersebut, tidak pada asfek yang lain. Penjabarannya adalah sebagai berikut;

Pertama, jujur dalam perkataan.Artinya, kejujuran dalam pemberitaan atau hal-hal yang berkaitan dengan pemberitaan.
Kedua, jujur dalam niat dan kemauan.Kejujuran seperti ini dapat dikembalikan Allah Swt.
Ketiga, jujur dalam tekad.Manusia biasanya senang memasang tekad untuk melakukan amal tertentu. Contohnya, dia berkata kepada dirinya sendiri,”Jika Allah Swt, menganugerahkan kekayaan kepada saya maka saya akan bersedekah, baik dengan seluruh harta itu atau sebagiannya,” atau “jika saya bertemu dengan musuh ketika berjihad di jalan Allah Swt, maka akan saya perangi meskipun saya terbunuh karenanya”, atau “Jika Allah menjadikan saya penguasa maka saya akan memerintah dengan adil dan tidak akan mendurhakai Allah Swt, dengan cendrung kepada kenikmatan duniawi.”

Diantara tekad-tekad ini ada yang benar-benar lahir dari lubuk hati dan inilah yang dinamakan tekad yang jujur, namun ada pula yang ketika mengucapkannya terdapat semacam keraguan dan perasaan tidak yakin sehingga merusak kesempurnaan kejujuran tekad tersebut.Dari hal ini dapat dilihat bahwa kejujuran merupakan ungkapan yang melambangkan kesempurnaan dan kekokohan dalam tekad itu.

Keempat, jujur dalam menepati tekad yang telah dikemukakan.Seseorang terkadang dapat dengan mudah melontarkan tekad tertentu karena memang tidak sulit mengucapkannya.Akan  tetapi sulitnya menepati tekad itu baru terasa ketika yang menjadi tekad itu benar-benar terujud atau dorongan hawa nafsu mulai ikut mengacau. Pada saat itu, tekad yang telah dibuat itu dapat melemah bahkan diingkari sendiri oleh pelakunya.Apabila hal ini yang terjadi maka menandakan bahwa orang tersebut tidak jujur dalam janji atau tekadnya. Keadaan mereka bertolak belakang dengan gambaran yang disebutkan Allah Swt, dalam sebuah firman-Nya, “Diantara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah…”[Al Ahzab;23].

Kelima, jujur dalam beramal. Bentuknya adalah upaya seseorang agar diantara tindakan-tindakan lahiriyahnya tidak berbeda dengan apa yang ada di dalam batinnya.
Keenam, jujur dalam segala sifat baik yang dianjurkan agama.Inilah tingkatan kejujuran yang paling tinggi.Contohnya adalah jujur dalam rasa takut dan pengharapan kepada Allah Swt, jujur dalam mengagungkan-Nya, jujur dalam sikap zuhud, tawakkal, atau menyayangi sesama. [Gema Insani, 2007, hal 137].
Bicara masalah kejujuran ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan;
Pertama, kebaikan tidak selalu berbuah sambutan hangat. Sejarah para Nabi dan Rasul telah membuktikan akan ada perlawanan dari orang-orang yang menghendaki langgengnya budaya yang buruk, yang telah berurat akar.
Kedua, kejujuran meski pahit tetaplah lebih baik dari dusta yang melenakan.Jujur, satu kata yang mudah terucap di lisan namun sulit dalam mengenali dan menemukannya.Jujur, ada dalam berbagai kamus bahasa dengan segala derivasinya, namun tingkah laku dan perbuatan kita tidak selalu berbanding lurus.
Ketiga, melawan kemunkaran.Bagi sebagian kecil masyarakat –semoga- menyontek itu sudah biasa.Menyontek bukan termasuk perbuatan yang mesti didramatisir.Menyontek itu lumrah-lumrah saja.
Padahal, nyontek-nyontekan sama dengan kemunkaran, mendidik dengan cara yang tidak mendidik. Melawan perilaku menyontek adalah melawan kemungkaran dan menegakkan kejujuran.
Sesuatu yang besar dimulai dari sesuatu yang kecil. Seseorang yang awalnya terpaksa berbohong, namun bila ia melakukannya terus-menerus, maka hal itu akan melekat pada dirinya dan menjadi tabiat hidupnya. Inilah yang harus diwaspadai.[Ali Akbar bin Agil,Tegakkan Kejujuran, Meski (Hati) Ikut Hancur! ,Hidayatullah.com.Senin, 13 Juni 2011].

Ada kisah yang dialami oleh Nasrudin Hoya berkaitan dengan kejujuran dan, kisah itu menyatakan;
Ada seorang hakim yang dikenal korup kecemplung di sebuah sungai kecil penuh lumpur, ia hampir tenggelam. Tetapi ia hanya diam saja tak bereaksi ketika banyak orang berusaha menolongnya. Kemudian datanglah NH.Orang-orang mengatakan bahwa Pak Hakim tidak mau ditolong dan diam saja ketika mau ditolong. NH menanyakan ke orang-orang itu, bagaimana cara menolongnya. Mereka mengatakan bahwa yang menolong mengulurkan tangannya dan berkata, Wahai hakim berikan tanganmu.
O, pantas, kata NH, Caranya salah, yang betul, ulurkan tangan ke dia, dan katakan terimalah tanganku.
Dan yang terjadi benar. Ternyata hanya beda kalimat. Hakim itu tak biasa memberi, tapi biasa menerima (sogokan, suap, dan sebagainya).Orang yang terbiasa diberi, boleh jadi tak biasa memberi. Orang yang biasa dimanja fasilitas, biasanya kaget manakala fasilitas-fasilitas itu tak lagi diperolehnya.[M Alfan Alfian,Bohong Itu Sulit,Pelita Hati Harianpelita.com].

Demikian pentingnya sifat shidiq atau jujur ini dimiliki oleh seorang mukmin  dan memang orang yang berimanlah yang mampu memiliki sifat ini, sifat ini juga sifat Allah yang diwahyukan kepada nabi –Nya dalam rangka mengajari hamba-Nya agar meniru karakter Tuhannya [4;87], Rasulullahpun adalah orang yang sudah menjadikan sifat ini sebagai karakternya yang patut kita contoh teladani [19;54], dengan sifat ini pulalah sehingga Siti Khadijah yakin kalau beliau memang calon Rasul, dikala beliau pulang dengan tergesa-gesa dari gua Hira, saat wahyu pertama turun, Khadijah menghiburnya,”….Demi Allah, Allah takkan sekali-kali membuatmu kecewa. Engkau adalah seorang yang bersikap baik terhadap kaum kerabat, selalu berbicara benar, membantu para dhuafa, menolong orang yang sengsara, memuliakan tamu dan membela orang yang benar…”       

Mudah-mudahan dengan  menyadari bahwa kejujuran adalah milik orang yang beriman memberi penyadaran kepada kita bahwa tidak ada alasan bagi siapapun yang mengaku ummat Nabi Muhammad dan beriman atas segala wahyu yang diterima dan sunnahnya untuk tidak memiliki sifat jujur, Wallahu A’lam 

Kejujuran

Hasil gambar untuk jujur Hasil gambar untuk tingkatan jujur Hasil gambar untuk tingkatan jujur 

Imam Al Ghazali di dalam Ihya Ulumuddin menerangkan bahwa terdapat 6 tingkatan kejujuran. Dan orang yang bisa mencapai tingkatan kejujuran ini dengan sempurna, maka ia pantas disebut sebagai orang yang benar-benar jujur.
Tingkatan kejujuran tersebut: Pertama, jujur dalam ucapan atau perkataan. Jujur ini dalam setiap situasi, baik yang berkaitan dengan masa lalu, masa sekarang dan yang akan datang. Kejujuran dalam hal perkataan atau ucapan ini adalah mencakup ketika seseorang menyampaikan suatu kabar berita atau informasi, baik yang berkaitan dengan masa lalu, masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Termasuk dalam jujur tingkat yang pertama ini adalah tidak melakukan sumpah palsu dan tidak menginkari janji. Dalam tingkatan yang pertama ini, seseorang diharuskan untuk menjaga lisannya dari mengucapkan hal-hal selain dari kebenaran. Seseorang yang menjaga lisannya dari berdusta ketika memberikan kabar, maka ia disebut sebagai orang jujur.
Kedua, kejujuran dalam niat. Kejujuran ini berupa pemurnian niat agar lurus dan bersih hanya demi mengharap ridha Allah Swt. Jika seseorang melakukan perbuatan baik akan tetapi bukan diniatkan karena Allah, melainkan diniatkan karena benda-benda duniawi, maka ia tidak lagi jujur dalam niat. Selama seseorang memiliki niat bukan hanya karena Allah, atau terdapat unsur campuran niat lainnya, maka berarti kejujuran kepada Allah Swt telah sirna.
Ketiga, kejujuran dalam bertekad. Misalnya adalah seseorang yang mempunyai tekad bulat untuk bersedekah apabila ia dikaruniai rezeki. Atau ia bertekad akan berbuat adil jikalau ia dikarunia kekuasaan, jabatan atau kedudukan tinggi. Akan tetapi, adakalanya tekad itu disertai dengan kebimbangan atau keraguan, maka ia tidak jujur dalam tekadnya.
Sedangkan orang yang memiliki tekad untuk melakukan sesuatu, dan tekadnya itu merupakan kemauan bulat yang tanpa keragu-raguan. Maka, orang yang demikian bisa dikatakan sebagai orang yang jujur.
Keempat, kejujuran memenuhi tekad. Dalam tingkatan kejujuran ini, seringkali seseorang dipenuhi dengan kemauan yang kuat pada mulanya untuk melakukan sesuatu. Akan tetapi ketika ia masuk kepada tahap pelaksanaan, tekadnya itu malah melemah. Hal ini terjadi karena janji atau tekad yang bulat itu mudah untuk dibuat atau diucapkan, namun menjadi berat ketika akan dilaksanakan. Diperlukan kemauan yang sungguh-sungguh agar ia bisa merealisasikan tekadnya itu.
Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya).(Quran Surat Al Ahzab [33]:23).

Kelima, kejujuran dalam beramal. Yaitu ketika seseorang tidak mengekspresikan hal-hal batin, kecuali batin itu sendiri memang demikian adanya. Artinya, perlu ada keselarasan dan keseimbangan antara yang lahir dan yang batin. Orang yang berjalan tenang, misalnya, menunjukkan bahwa batinnya penuh dengan ketentraman. Namun, jika ternyata tidak demikian, di mana hatinya ternyata berupaya untuk mencari perhatian dan penilaian manusia, agar ia dinilai seakan-akan penuh dengan ketentraman dan ketenangan, ingin dinilai alim dan tawadhu, maka hal itu termasuk kepada perbuatan riya.

Keenam, kejujuran dalam maqam-maqam agama. Ini adalah tingkatan kejujuran tertinggi. Seperti jujur dalam rasa takut kepada Allah (khauf), jujur dalam berharap kepada Allah (raja), jujur dalam mencintai Allah (hub), jujur dalam ridha atas segala ketetapan Allah, jujur dalam tawakal kepad-Nya, dan lain-lain.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (Quran Surat Al Hujurat [49]:15).


Memulai Aktifitas

Aktifitas adalah keseluruhan dari apa-apa yang dikerjakan dalam setiap harinya, maka mari kita memulainya dengan Ucapan Basmala, mengharap keridhaan Allah SWT. sebagai bemberi rahmat, karunia, nikmat, dan semua yang kita nikmati dalam hidup kita, maka marilah kita gunakan ksempatan ini untuk melakukan yang terbaik di dalam perjalanan hidup kita.  Ingatlah ketika kita perna melakukan sebuah hal yang membuat orang lain itu jengkel, marah, bahkan muak maka pada saat itu pula perasaan kita pasti was-was karena dengan adanya perasaan yang berubah pada diri.  
      Dunia ini adalah panggung sandiwara itu kata penyanyi, namun itu sangat sesuai dengan kenyataan yang ada karena kita hanya menjalankan lakon-lakon yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita.  Jika dalam pelakonan kita baik maka akan kita dapatkan kebaikan yang senilai dengan yang kita lakukan.  inilah yang bisa menjadi sebuah aspirasi dalam menjalnkan kehidupan ini.   Disamping itu pula hidup ini bagaikan perputaran roda kadang di atas dan kadang di bawah, itu artinya semuanya pasti berubah seiring dengan perubahan waktu.

Senin, 31 Agustus 2015

Langkah kebahagiaan

 Setiap kita pasti menginginkan kebahagiaan sejati. Kita tidak menginginkan kesusahan, kegelisahan dan ketidaktenangan dalam hidup ini.
Apakah kebahagiaan sejati itu bisa kita dapatkan dengan harta, pangkat/jabatan atau pria/wanita? Ternyata tidak, karena harta yang kita miliki suatu saat bisa habis, pangkat juga bisa hilang, pasangan hidup suatu saat juga bisa meninggalkan kita.
Apalah artinya jika kita memiliki harta yang melimpah, tapi kita tidak merasakan berkah dan kebahagiaan dari harta tersebut. Bahkan banyak orang yang kaya raya tapi dia tidak bisa tidur dan memejamkan matanya.
Keluarganya berantakan, dan hidupnya dipenuhi masalah. Begitu banyak juga orang yang memiliki pangkat dan jabatan yang tinggi tapi tidak tenang dalam hatinya.
Demikian juga yang memiliki pasangan hidup yang cantik dan tampan, tapi setiap hari diisi dengan percekcokan, konflik dan masalah yang membuat hati bertambah gelisah. Kalau begitu apa yang akan memberi kita kebahagiaan sejati?
Kebahagiaan sejati hanya bisa didapatkan dari diri kita sendiri. Kenapa? Karena kebahagiaan itu bersumber dari hati dan jiwa kita. Sebagaimana kata Syaikh Muhammad Al Ghazali, gurunya syaikh Yusuf Al Qardhawy, bahwa yang paling dibutuhkan manusia itu adalah kebahagiaan yang akan dia temukan didasar hatinya sendiri.
Bagaimana cara membuat hati dan jiwa yang bahagia? Hati dan jiwa kita hanya akan bahagia dengan beriman kepada Allah dan membersihkan serta mensucikannya dari berbagai dosa dan noda.
Membersihkan jiwa itu hanya bisa kita lakukan dengan beribadah kepada Allah, mematuhi perintah-Nya dan menjauhkan diri dari larangan-Nya.Inilah kunci kebahagiaan sejati itu.
Allah swt menyatakan dalam Qur’an Surat Asy Syams bahwa “Beruntunglah mereka yang mensucikan jiwanya dan merugilah mereka yang mengotorinya”. Memang benar jiwa yang kotor akibat perbuatan salah dan dosa yang kita lakukan akan merugikan diri kita sendiri.
Jiwa itu akan menjadi lemah dan merasa bersalah, karena hati kecil kita pasti tidak ingin melakukan perbuatan dosa dan salah tersebut. Jiwa yang berdosa akan mudah tegang dan terguncang karena menghadapi masalah.
Dia juga bisa menggelegak dan meradang ketika ada yang memicunya, sehingga dilampiaskan dalam bentuk kemarahan, yang akhirnya membuat jiwa itu semakin gelisah dan tidak tenang.
Sebagai contoh, perbuatan tidak jujur dan korupsi, pasti akan membuat jiwa kita akan merasa gelisah, karena khawatir perbuatan kita diketahui, sehingga akibat yang buruk berupa penjara dan rasa malu akan mendera kita. 
Lalu bagaimana caranya kalau kita sudah terlanjur melakukan perbuatan dosa dan kesalahan, sehingga kita merasakan ketidak tenangan dan kegelisahan dalam jiwa kita?
Cara yang pertama untuk mengatasinya adalah dengan bertaubat kepada Allah swt atas perbuatan dosa kita itu. Minta ampunlah kepada-Nya dalam setiap doa-doa yang kita lantunkan.Perbanyaklah zikir dengan istighfar.
Dalam QS Surat Nuh 10 – 12 Allah swt mengatakan siapa yang minta ampun kepada Allah maka Allah akan menurunkan berkahnya dan melipatgandakan harta dan anak-anak kita.
Minta ampunlah dengan sungguh-sungguh kepada-Nya, bahkan lebih baik sambil menangis menyesali diri dan memohon ampunan serta maaf dari-Nya atas keterlanjuran dan keteledoran kita.
Kedua, tingkatkan keimanan dan aqidah kepada-Nya dengan cara belajar dan mendalami ilmu agama, baik dengan membaca AlQur’an, membaca buku-buku agama dan spiritual yang mendorong kita untuk memperbaiki dan mengendalikan diri.
Dengarkan tausiyah dan nasehat dari para ulama dan orang-orang yang saleh yang akan menyejukkan hati dan memberikan energi pada jiwa kita.
Ketiga, peliharalah dan tingkatkan kualitas ibadah kita terutama ibadah shalat, dengan cara tepat waktu dan berjamaah di masjid. Shalat yang dilakukan tepat waktu, berjamaah dan khusuk, akan memberikan kesegaran dan ketenangan dalam hati.
Secara ilmiah shalat akan mengaktifkan gelombang alfa diotak dan mengaktifkan hormone serotonin yang memberikan ketenangan dan kebahagiaan dalam diri. Shalat juga menjadi sarana kontemplasi dan perenungan untuk menemukan hakikat dan jati diri kita.
Shalat jadi sarana penyucian jiwa yang terutama dalam Islam. Kata Rasulullah saw orang yang melaksanakan shalat ibadah mandi 5 kali dalam sehari sehingga tidak akan ada lagi kotoran yang melekat dalam tubuhnya.
Shalat yang benar adalah shalat yang mampu mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar, karena kita punya siklus ibadah yang akan terus mengingatkan kita kepada Allah swt.
Buktikanlah bahwa shalat berjamaah dimesjid, apalagi sesudah itu dibarengi dengan zikir, doa, mendengarkan tausiyah/wirid dan iktikaf akan memberikan ketenangan dan kedamaian pada jiwa kita.
Keempat, konsistenlah untuk berzikir, dengan zikir yang diajarkan Rasulullah saw seperti istighfar, kalimah tasbih, tahmid, takbir dan tahlil. Zikir itu akan memberikan ketenangan dan nutrisi pada jiwa kita sehingga menjadi lebih kuat.
Pikiran pun akan fokus, sehingga mudah untuk kita kontrol sesuai dengan yang kita inginkan. Pikiran negatif jika tidak dikendalikan dengan zikir, maka dia akan berseliweran muncul dalam benak kita yang akan merugikan dan mempengaruhi jiwa kita.
Syetan pun akan ikut campur dengan memberikan rasa takut dan was-was dalam diri manusia, karena begitulah salah satu cara syetan menggoda manusia.
Menurut Rasulullah saw sebaik-baik dan sebesar-besar nilai berzikir adalah membaca AlQur’an. Allah swt mengatakan dalam Surat Al Anfaal, bahwa hanya dengan berzikir/mengingat Allah hati kita akan terasa tenang.
Al Qur’an sendiri memiliki mukjizat yang bisa kita pakai untuk zaman sekarang ini. Sebagaimana firman Allah swt dalam Surat Yunus ayat 57, AlQur’an bisa menjadi obat dan penyembuh bagi penyakit yang ada pada jiwa dan fisik manusia.
Allah swt berfirman “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”.Oleh karena itu dengan membaca Al Qur’an sebenarnya kita sedang memberikan sebuah therapy yang dahsyat kepada diri untuk dapat menyembuhkan penyakit yang kita miliki baik lahiriah maupun bathiniah.
Kelima, perbanyaklah berbuat kebaikan dan membantu sesama saudara, baik berupa tenaga maupun dengan infaq ataupun shadaqah. Kunjungilah saudara kita yang sakit, berilah makan kepada mereka yang kelaparan, bantulah mereka yang kesulitan, pinjamilah mereka yang membutuhkan pinjaman.
Dalam sebuah hadistnya Rasulullah saw mengatakan “Barangsiapa yang meminjami saudaranya yang membutuhkan, maka setiap hari dia akan mendapatkan pahala sebesar pahala pinjamannya itu sampai saudaranya mengembalikan pinjamannya.”
Bayangkan jika uang kita dipinjam selama 10 tahun, maka selama itu pula pahala akan mengalir kepada diri kita setiap hari. Makanya ada sebuah buku mengungkapkan bahwa pinjaman itu lebih besar pahalanya daripada sedekah.
Keenam, lakukan silaturahim dan memperbaiki ukhuwah diantara sesam. Silaturahim memberikan 3 manfaat yang luar biasa pada diri kita. Rasulullah saw besabda, barangsiapa yang menyambung silaturahim, maka Allah akan panjangkan umurnya, mudahkan rezkinya dan ampuni dosa-dosanya.
Silaturahim biasanya juga memberikan kegembiraan dan kesenangan kepada hati kita. Bertemu saudara dan bercanda dengan gembira akan menyehatkan jiwa kita.
Makanya seseorang yang tidak mau bergaul dan bersilaturahim biasanya akan mudah sedih dan merasa terasing sendirian. Oleh karena itu siapa di antara kita yang menginginkan ketenangan hidup dan ketentraman jiwa, sambunglah dan perbanyaklah silaturahim dengan saudara-saudara kita yang beriman.
Semoga kita semua dapat meraih kebahagiaan sejati tersebut dengan membersihkan jiwa.

Arti Kebahagiaan Sejati dalam Islam

 Berbicara tentang arti kebahagiaan sejati ataukebahagiaan hakiki, Islam mempunyai pandangan mengenai pengertian atau arti dari kebahagiaan sejati berdasarkan dalil dari firmanAllah swt dalam Kitabullah Al-Qur’an dan juga dalil dari Hadits Nabi Muhammad saw.

Kebahagiaan sejati seseorang tidak bisa diukur dengan banyaknya harta atau kekayaan, status atau pangkat sosial dalam kemasyarakatan dan atau semua kemewahan yang dimiliki oleh seseorang. Kebahagiaan yang sesungguhnya atau kebahagiaan yang sejati atau hakiki itu terletak pada ketenangan hati seseorang.

Sudah banyak orang yang kaya raya dengan harta kekayaan mereka, namun kekayaan yang mereka miliki tidak bisa menjadikan hati mereka menjadi tenang, akan tetapi sebaliknya, justru hartakekayaan yang mereka kumpulkan membuat mereka lalai, lupa dan sibuk untuk senantiasa mengejar kekurangan, hal ini karena berapapun harta benda dan kekayaan yang mereka miliki masih saja mereka anggap masih kurang kurang.

Hal ini sudah dijelaskan oleh Allah dalam firmannya yang berbunyi :

أَلۡهَىٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ .  حَتَّىٰ زُرۡتُمُ ٱلۡمَقَابِرَ

Artinya : Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. sampai kamu masuk ke dalam kubur. (QS.at-Takatsur:1-2)

Sumber kebahagiaan sejati adalah Ketenangan hati atau ketenangan jiwa merupakan suatu anugrah dari Allah swt. yang sangat berharga. Setiap orang pasti menginginkannya, namun hanya sedikit sekali orang yang mendapatkannya. Hal ini dikarenakan banyak manusia yang melupakan penciptanya, melupakan Dzat pemberi kebahagiaan, dan melupakan tentang Dzat sang pencipta ketenangan di dalam jiwa atau hati yang sebenarnya.

Allah telah menjelaskan dalam firman-Nya:

هُوَ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ لِيَزۡدَادُوٓاْ إِيمَٰنٗا مَّعَ إِيمَٰنِهِمۡۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمٗا

Artinya : Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. QS. Al-Fath : 4

Yang dimaksud dengan tentara langit dan bumi adalah penolong yang dijadikan Allah bagi orang-orangmukmin seperti malaikat-malaikat, binatang-binatang, angin taufan dan lain sebagainya,

Dari penjelasan firman Allah swt. Tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa: seseorang yang menginginkan kebahagiaan, ingin mempunyai hati dan jiwa yang tenang, tetapi lupa kepada sang Penciptanya, maka semua keinginannya tersebut hanyalah sia-sia belaka.

Oleh sebab itu, untuk mencari dan kemudian mendapatkan kebahagiaan sejati adalah dengan cara :
  • Selalu mengingat Allah swt. sebagaimana penjelasan dalam firman Allah swt. di atas, bahwa Allah lah Dzat yang memberi, menciptakan dan menentukan kebahagiaan pada hamba-Nya.
  • Berusahalah selalu untuk memperoleh ketenangan dalam jiwa dan hati dengan bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa.
Allah swt. adalah Dzat pemberi ketenangan kepada siapapun yang dikehendaki-Nya. Sebagaimana firmanAllah swt. yang lain :

وَيَقُولُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لَوۡلَآ أُنزِلَ عَلَيۡهِ ءَايَةٞ مِّن رَّبِّهِۦۚ قُلۡ إِنَّ ٱللَّهَ يُضِلُّ مَن يَشَآءُ وَيَهۡدِيٓ إِلَيۡهِ مَنۡ أَنَابَ

Artinya : Orang-orang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mukjizat) dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjukiorang-orang yang bertaubat kepada-Nya". QS. Ar-Ra’d : 27

Dan Allah juga berfirman:

وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُوْلَٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّۧنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّٰلِحِينَۚ وَحَسُنَ أُوْلَٰٓئِكَ رَفِيقٗا . ذَٰلِكَ ٱلۡفَضۡلُ مِنَ ٱللَّهِۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ عَلِيمٗا

Artinya : Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama denganorang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui. An-Nisa : 69 -70

Itulah janji-janji Allah kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih, maka mereka akan mendapatkan anugerah dan kebahagiaan sejati bagi orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasulnya. Janji-janji tersebut bukanlah diperuntukkan bagi orang-orang yang durhaka kepada Allah swt. perlu diingatkan kembali bahwasanya kemewahan, kedudukan, jabatan dan segala kemegahan yang ada di dunia ini hanyalah semu belaka dan tidak akan ada yang abadi dan pasti akan musnah dan rusak.

Hidup di dunia ini hanyalah tempat lintasan belaka yang merupakan sarana dalam mencari bekal untuk menempuh perjalanan menuju akhirat. Dan sebaik-baik bekal adalah bekal taqwa

Allah swt. berfirman:

يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الآخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ

 Artinya : Hai kaumku, Sesungguhnya kehidupan dunia Ini hanyalah kesenangan (sementara) dan Sesungguhnya akhirat Itulah negeri yang kekal. QS. AL-Nukmin : 39

Dalil Hadits Nabi Muhammad Rasulullah saw. bersabda: 

ما لى وللدنىا,ما انا فى ا لدنىا الا كراكب استظل تحت شجرة ثم راح وتركها

Artinya : Untuk apakah dunia bagiku. Tidaklah aku di dunia ini melainkan seperti orang yang pergi berkendaraan yang bernaung sebentar di bawah pohon, kemudian pergi lagi dan meninggalkannya.” (H.R Tirmidzi)

Bagi kita menyadari bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah semu dan hanya sementara saja dan kehidupan akhirat kelak adalah kehidupan yang kekal dan abadi. Untuk itu, sudah seharusnya kita berusaha dengan keras untuk mencari bekal untuk persiapan menuju perjalanan menuju akhirat yang kekal dan abadi. Dan janganlah sekali-kali kehidupan dunia ini dengan segala kemewahan, dan kemegahannya ini menggelincirkan dan menipu kita semua sehingga kita menjadi lupa kepada akhirat yang kekal. Mari kita berusaha meraihkebahagiaan sejati yang hakiki yaitu ketenangan hati.sumber: http://islamiwiki.blogspot.com/

Dunia akan berubah

 Tulisan ini diramu dari pemikiran sendiri, dan mencari info dari teman-teman untuk menambahkan sebuah pemikiran yang lengkap dan mumpuni, jika dalam perjalanan hidup kita ini tidak ada angan-angan, mimpi atau cita-cita, mungkin hidup kita ini akan staknan dan bahkan ketinggalan jauh dari orang-orang yang ada disekitar kita.  Maka hal terbaik yang harus kita pikirkan adalah berubah, dan tidak ada keterlibatan siapapun dalam memulai sebuah perubahan.
Merubah sikap misalnya adalah merubah apa saya yang orang bisa lihat pada diri kita seperti ketika kita awalnya kurang senyum maka hal pertama adalah belajar senyum pada setiap orang yang bertemu dengan kita. ini merupakan hal terberat kita lakukan ketika dalam keseharian kita hanya memikirkan kesalahan orang lain, maka jangan memikirkan sedikitpun sebuah kesalahan dari orang lain yanga ada di lingkungan kita karena itu akan meruba penampilan kita ketika akan bertemu dengan orang tersebut, apa lagi jika ada perasaan jengkel kepada saudara-saudara kita pasti akan membawa kita pada hal-hal yang selalu negatif, maka janganlah mengingat kesalahan seseorang. Ada baiknya jika kebaikan yang ada pada orang lain itu yang kita tonjolkan maka akan membawa kita kepada hal-hal yang selalu positif. ia kan kawan....... percaya atau tidak silahkan dipikirkan ......
Yang berikut adalah selalu menyapa semua orang dalam hal ini adalah salam, yang biasa kita sebut dengan menebarkan salam.  Mungkin secara singkat kita berfikir bahwa hal ini sangat muda untuk dilakukan hanya mengucapkan salam tapi dalam kenyataannya mungkin kita sulit untuk melakukannya apalagi jika bertemu dengan orang yang belum perna kita kenal atau belum perna ketemu sebelumnya.  bersambung ............>>>>

Sabtu, 29 Agustus 2015

indonesia yang kaya



 
Inilah Alasan Mengapa Indonesia Tidak Boleh Kaya

Oleh : Adi Abdillah, S.IP, Da’i dan Penulis Tinggal di Yogyakarta (Maz Kembar Jogja)

•PEMBACA yang baik, tahukah Anda apa alasan Belanda menjajah Indonesia ? Mereka dengan keji menjajah kita, dikarenakan Indonesia adalah Negara yang kaya akan hasil bumi. Kaya akan kopi, teh, lada, cengkeh dan tanaman palawija lainnya. Hampir di seluruh wilayah Indonesia disinari matahari. •Sehingga, segala jenis tanaman atau pepohonan mudah tumbuh di bumi pertiwi ini. Kita adalah Negara yang hanya bermodal “Sinar matahari” namun sudah cukup untuk membuat bangsa ini makmur. Bandingkan Negara Arab yang tandus, hanya pasir dan bebatuan.

•Air pun di sana sangat langka. Makanya setiap kali saya ke tanah Arab, saya banyak melihat mobil bagus-bagus, masih pada baru, namun warnanya “bluduk” alias burem bin kotor bin dekil. Mengapa ? Karena air susah disana. Namun beruntungnya mereka, karena disana ada Ka’bah dan Makam Nabi SAW, sehingga kedua tempat itu menjadi magnet luar biasa yang mampu menyedot jutaan manusia di seluruh dunia hingga mampu mendatangkan devisa yang luar biasa dahsyatnya.

•Kembali ke tanah air kita. Dengan bermodal sinar matahari tadi, Negara kita sangat subur sekali. Bahkan dalam syair lagunya Koes Ploes, Tongkat kayu saja, jika ditancapkan ke tanah bisa jadi tanaman. Inilah yang menarik Kompeni Belanda untuk mendaratkan kapal-kapalnya ke Indonesia. Andai Indonesia miskin, tentulah mereka tidak mau menjajah Nusantara tercinta ini. Nah, sekarang kita sudah tahu bahwa kita ini adalah Negara yang sangat kaya. Namun mengapa bangsa Indonesia tidak juga kaya ?

•Mengapa hutang luar negeri kita jumlahnya tidak karuan banyaknya ? Ini tidak lain karena penjajahan tahap kedua sedang berlangsung di Negara kita. Jika penjajahan secara fisik, kita sudah merdeka, namun penjajahan ekonomi inilah yang terus berlangsung.

•Pintarnya Negara-negara Barat adalah mereka mendekati para penguasa kita yang gila harta dan kekuasaan itu. Mereka rela menjual asset bangsa untuk bangsa lain. Katanya “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkadung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat” Nyatanya ?

•Ratusan mata air di Indonesia, yang airnya jernih itu, sudah dikuasai oleh Prancis melalui perusahaannya, salah satu produknya sering kita minum. Kok bisa ya ? Prancis menguasai ratusan sumber mata air di Indonesia? Padahal yang punya mata air itu kita… bangsa Indonesia. kok Prancis yang kaya ? Kita yang punya resources, tapi Prancis yang menikmati. Ibaratnya, kita yang punya kos-kosan, tapi orang yang nyewa kos di tempat kita, malah dia yang kaya dan dapet uangnya. kok bisa ?

•Contoh lagi emas. Papua termasuk salah satu daerah penghasil emas terbesar di dunia. Namun emasnya dibawa ke Amerika, limbahnya di buang ke Papua. Yang punya emas adalah kita, yang kaya adalah Amerika. Belum lagi minyak, batu bara, nikel dan sebagainya. Yang menyedihkan lagi adalah, setiap kali para dosen kita, serta para peneliti kita hendak membuat penelitian tentang energy alternative biodesel dari buah jarak, maka bantuan dana untuk penelitian itu mudah sekali cairnya.

•Namun kalau yang diteliti adalah bagaimana membuat energy alternative berbahan minyat sawit, maka satu institusipun milik pemerintah tidak ada yang mau mengucurkan dananya. Mengapa ? •Karena mereka tahu, Indonesia itu salah satu penghasil sawit terbesar di dunia. Kalau kita bisa bikin energy terbarukan dari minyak sawit, maka habislah Negara-negara lain. Mereka akan berbondong-bondong beli di Indonesia, dan produk Minyak luar negeri gak laku.

•Kita bisa mencukupi diri kita sendiri dengan kekayaan alam kita. Jadi saya istilahkan.. kita ini seperti anak ayam yang kelaparan di lumbung padi. Kemiskinan yang terjadi di Indonesia ini adalah penjajahan tersrtuktur yang harus dilawan. Jika kita diam dan bungkam, selamanya akan seperti ini. Jika para penguasa di Indonesia optimal dalam mengelola kekayaan negeri ini dengan amanah, maka seluruh dunia akan belanja beli produk-produk di Indonesia. Disitulah kita akan mulai Berjaya menjadi macan Asia bahkan dunia.

•Bagi mereka, jika Indonesia kaya, ini berbahaya bagi perekonomian mereka., karena kita adalah pasar mereka. Mereka sengaja membuat kita menjadi konsumen terus, jangan sampai jadi produsen. Namun sepertinya memang sengaja kita dibikin begini terus, agar kita yang selalu belanja produk-produk asing. Mereka (Negara-negara barat) adalah produsen dan pedagang yang tambah kaya, sementara kita belanja terus, ngabis-ngabisin kekayaan. Padahal barang-barang yang kita beli ini bahan dasarnya dari bumi kita sendiri. Oh mirisnya bangsa ini.