Kamis, 07 Mei 2020

Hati-hati dengan acara tv

Hati Hati menonton materi pembelajaran lewat TV
oleh : Iqbal Anas

Kemunculan program pembelajaran via stasiun TV nasional ini cukup membawa angin segar dan harapan baru diawal kemunculannya. Hampir semua orang tua dan anak-anak serta para guru menyambut gembira kehadiran program yang dibuat kemendikbud ini sebagai media pembelajaran daring ditengah home learning akibat wabah virus covid 19. Semua level pendidikan mulai TK, SD, SMP dan SMA/SMK disediakan materi pembelajaran walau dengan waktu yang cukup singkat.

Namun setelah berjalannya program beberapa hari banyak ditemukan konten-konten materi pembelajaran terutama yang untuk kelas rendah yang cukup menyesakkan dada kita sebagai orang tua muslim, yang selama ini selalu ingin menjaga dan mengharapkan anak-anak yang sholeh dan sholehah. Bagaimana tidak, diawal kemunculan program, ada selingan acara Mimbar agama katolik. Padahal mayoritas peserta didik yang menonton adalah muslim. Kenapa tidak program yg cukup netral seperti kisah-kisah pahlawan nasional, atau yg sejenis sebagai selingan bukan acara yang justru mengundang kontroversi.

Tidak itu saja, muncul juga puisi karya Ulil Absar Abdalla tokoh Jaringan Islam Liberal, yang dibawakan oleh anak-anak yang secara penampilan beratribut muslim, karena yang perempuan pakai jilbab dan laki-paki pakai peci hitam. Namun, apa konten puisinya? penggerusan aqidah, perusakan aqidah islam, menanamkan keyakinan semua agama itu sama, bahkan disebutkan yesusmu dan yesusku juga. Ini maksudnya apa, agar anak mengingat bahwa yesus juga tuhannya? sangat naif.

Tidak berhenti disana, cerita dan dongeng yang ditampilkan sangat menyesatkan. Cerita putri Mandalika dari Lombok yang menceritakan ia menerima banyak lamaran untuk dinikahi, lantas untuk menghindari perpecahan maka ia memilih bunuh diri demi rakyatnya. Apa pula ini? kok pelajaran anak SD begini. 

Selanjutnya ada dongeng Raja Ampat dan Telur Naga dari Papua Barat, cerita yang secara aqidah islam sangat menyesatkan. Ada lima telur naga,  dari empat telur naga lahirlah manusia, sedangkan telur yang satu lagi menjadi batu. Konsep yang tertanam pada anak-anak, manusia berasal dari telur. Salah satu telur yang jadi batu, diabadikan dan disiram air dan airnya digunakan untuk pembastisan. Ini konsep agama mana? sudah jelaskan arahnya bukan?

Oleh sebab itu, maka menurut hemat saya terutama orang tua yang peduli aqidah dan keselamatan pemahaman agama anak-anak kita, maka cukuplah sampai disini tidak usah diteruskan. Lanjutkan saja program program yang diberikan guru dari sekolah dengan pendampingan orang tua dirumah. Itu sudah lebih dari cukup. Menyelamatkan aqidah anak jauh lebih urgen dan penting dibandingkan materi materi yang menyesatkan tersebut.

Wallahu'alam bisshowab
Muhammad  Al-Fatih


Kirimkan Komentar yang membangun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar