Minggu, 04 Juni 2017

Kisah ini mungkin akan mengubah hidup Anda,

Kisah ini mungkin akan mengubah hidup Anda, ada banyak pelajaran penting yang bisa Anda petik dan diterapkan dalam hidup Anda.

Assalamu'alaiakum wa rahmatullahi wa barakaatuh

Beberapa tahun yang lalu, saya dikenalkan dengan seseorang yang sama seperti saya sedang belajar bisnis online. Ya, bukan beberapa tahun sebenarnya, tetapi belasan tahun.

Dia sebenarnya seorang karyawan di sebuah pabrik tekstil, namun sangat berminat pada bisnis online. Sejak pertemuan itulah, kami belajar bersama bagaimana menjalankan bisnis online dengan baik.

Berbagai jenis bisnis online dicoba. Jatuh bangun itu biasa. Banyak kegagalan yang dia hadapi. Ditengah kesibukannya sebagai karyawan, dia tetap tekun menjalankan bisnis online.

Tidak terhitung kegagalan yang dia alami.

Ditengah keterbatasan koneksi internet saat itu, berkali-kali saya malah bertemu di warnet. Tidak lain untuk merajut asa memiliki bisnis online yang bisa menopang hidup.

Singat cerita, bisnisnya sudah menemukan titik terang. Menemukan sebuah kecocokan.

Pertama, dengan berbagai keberhasilan di social media marketing, dia menjelma menjadi seorang pakar pemasaran Facebook. Sering mengisi workshop dan pelatihan di berbagai perusahaan dan instansi serta menjadi konsultan berbagai tokoh dan selebriti.

Kedua, dia juga merambah bisnis toko online. Kini sudah memiliki beberapa kantor untuk menjalankan bisnis online yang dilakukan secara profesional.

Bagaimana dia bisa berhasil. Ada 3 hal yang saya lihat

1. Tekun, tidak ada kesuksesan tanpa ketekunan
2. Belajar terus, dia bilang, dia lebih banyak belajar dibandingkan mengajar
3. Mindset yang positif. Sudah sering saya katakan, 85% keberhasilan di tentukan oleh mindset.



Kunjungi saja:
http://www.carabisnisonline.biz/milyarder
Kirimkan Komentar yang membangun

Renungan Ramadhan

Ramadhan 1438 H.  menjadi moment untuk mengasa keimanan, meraih ketaqwaan hakiki.  Artinya apa yang kita dapat di dalam ramadhan diimplementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari setelah selesainya ramadhan.  Nilai-nilai ramadhan tahun ini masih seperti dengan tahun-tahun sebelumnya: meningkatkan ibadah sunnah misalnya shalat tarawi, salat lail, salat sunah rawatib lainnya, meningkatkan kajian islam, tadarrus Al-Qur'an, sedekah, ucapan yang terbaik dll.  hal-hal ini akan memberikan 
Kirimkan Komentar yang membangun

Empat Hal

Empat perkara yang kelak ditanyai…

Pada hari hisab nanti setiap diri akan ditanya tentang nikmat yang telah didapatkannya. Telahkah ia syukuri dan telahkah mendorongnya untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala?. Atau sebaliknya nikmat tersebut malah disia-siakan dan digunakan untuk perbuatan maksiat.
Utamanya manusia akan ditanya tentang empat nikmat yang utama, yakni tentang umurnya, ilmunya, hartanya dan badannya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
لاَ تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ: عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَ أَفْنَاهُ, وَعَنْ عِلْمِهِ مَا فَعَلَ بِهِ, وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَ أَنْفَقَهُ, وَعَنْ جِسْمِهِ فِيْمَ أَبْلاَهُ.
Artinya: “Tidak bergeser kaki seorang hamba sehingga ia akan ditanya tentang empat perkara (yaitu):(1) Tentang umurnya untuk apa ia habiskan?; (2) Tentang ilmunya untuk apa ia amalkan?; (3)Tentang hartanya darimana ia dapatkan dan kemana ia belanjakan?; dan  (4) Tentang badannya untuk apa ia gunakan?. (Sunan At-Tirmidzî).
1. Untuk apa umurmu dihabiskan?
Umur merupakan karunia Allah yang tidak ternilai oleh materi. Dengannya manusia mengarungi hidup, diberi kesempatan merenung, berpikir kemudian beramal shalih sebaik mungkin dan sebanyak mungkin. Niscaya manusia akan merugi apabila hari-harinya berlalu begitu saja, tidak bertambah amal shalihnya dan tidak bertabah ilmunya. Lebih celaka lagi jika mereka malah banyak melakukan perbuatan yang sia-sia, perbuatan mubadzir, bahkan hari-harinya dipenuhi dosa-dosa dan kemaksiatan.
Sungguh usia yang diberikan kepada kita semestinya kita gunakan untuk muhasabah, merenung, mengoreksi diri dan menghisab diri tentang seberapa tinggi ketaatan kita kepada Allah Ta’ala. Sebagaimana Firman-Nya:
أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيْهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيْرُ, فَذُوْقُوْا فَمَا لِلظَّالِمِيْنَ مِنْ نَصِيْرٍ.
Artinya: “…Dan apakah tidak cukup Kami telah memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?, maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun”. (Q.S. Fâthir: 37).

Setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan sepanjang perjalanan hidup kita akan ditanyai dan dimintai pertanggungjawabannya dihadapan Allah ta`ala. Sekarang mari kita menimbang berapa persentase hari-hari kita yang digunakan untuk berbuat baik dan menyembah Allah. Lalu bandingkan dengan hari-hari kita yang berlalu dengan sia-sia, berbuat dosa dan melalaikan ibadah.
kita sepakat bahwa perbuatan dosa dan maksiat adalah keburukan, namun yang jarang kita sadari adalah begitu banyak waktu yang berlalu sia-sia dan mubadzir. Cobalah kita hitung setiap hari berapa jam waktu yang kita habiskan buat nonton TV, ngobrol ngalor ngidul, bersenda gurau, ngerumpi, main gaple, melamun dan yang lainnya. Kemudian bandingkan dengan waktu yang kita manfaatkan untuk menyembah Allah, berdzikir, menggali ilmu, menghadiri majelis ta’lim, dan perbuatan baik lainnya.
Umur adalah kesempatan maka janganlah disia-siakan. Sekarang mari kita bertekad bahwa tidak akan ada lagi waktu yang berlalu sia-sia. Kita gunakan usia kita untuk berbuat amal shalih sebanyak-banyaknya sebagaimana hadits Nabi SAW:
أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللهِ أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ قَالَ فَأَيُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ.
Artinya: Sesungguhnya ada seorang laki-laki yang bertanya: “Ya Rasulullah siapa manusia yang paling baik?”, beliau bersabda: “Barang siapa yang dipanjangkan usianya dan makin (bertambah) baik perbuatannya”“Lalu siapa manusia yang paling buruk”, ia bertanya lagi. Beliau bersabda: “Barang siapa yang dipanjangkan usianya namun buruk amal perbuatannya” (Sunan At-Tirmidzî, no. 2330).


2. Untuk apa ilmu-mu diamalkan?

Berilmu tanpa amal sama seperti pohon tanpa buah. Pohon mangga yang telah ditanam namun tidak menghasilkan buah justeru sangat mengecewakan, demikianlah perumpamaan bagi orang yang berilmu tetapi tidak mengamalkannya. Ilmu yang diperoleh oleh setiap muslim harus dimanfaatkan untuk kepentingan umat Islam dan untuk kemaslahatan umat manusia. Rasulullah SAW mamberi peringatan:
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيْبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْـيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِيْ رِيْحَهَا.
Artinya: “Barang siapa yang belajar ilmu yang semestinya untuk meraih ridha Allah Azza wajalla, tetapi ia gunakan untuk meraih kedudukan dan kesenangan di dunia, maka ia tidak akan mendapatkan surga sedikitpun, walau hanya baunya”. (Sunan Abû Dâwud, no. 3664, dan Sunan Ibnu Mâjah, no. 252).

Maksudnya siapapun yang dikaruniai ilmu dan kepintaran lalu digunakannya untuk menipu manusia, berlaku sombong dan untuk kepentingan pribadinya saja maka orang seperti ini tidak layak masuk ke dalam surga Allah. Setiap manusia akan ditanyai untuk apa ilmunya diamalkan. Insyaflah kita bahwa ilmu yang kita miliki adalah titipan Allah sebagai Dzat yang maha pintar. Oleh karna itu mari kita amalkan ilmu yang ada sebaik-baiknya. Sungguh mulia orang yang menggunakan ilmunya untuk memperjuangkan agama, untuk amar makruf nahi munkar dan dengan ilmunya makin membuatnya takut kepada Allah Azza wa Jalla. Maha suci Allah semoga kita dikarunia ilmu yang bermanfaat.

3. Bagaimana hartamu didapat dan dibelanjakan?.
           Harta pada dasarnya adalah milik Allah dan dititipkan atau diamanahkan kepada manusia. Karena harta merupakan milik Allah maka kita harus mendapatkannya dengan cara yang halal. Dan karena harta yang telah kita dapatkan sebagai titipan maka kita harus membelanjakannya untuk sesuatu yang halal dan diridhai oleh-Nya.
Ada dua hal yang akan ditanyakan tentang harta kita, yakni: Pertamadari mana harta kita dapatkan?. Allah ta’ala  mengancam orang yang memperoleh hartanya dari jalan yang haram akan memberinya siksaan yang pedih. Seperti orang-oramg yang mengumpulkan harta dengan menipu, mencuri, korupsi, riba, ngijon (membungakan uang), merampas harta anak yatim, merampas warisan dan lain sebagainya.Sedangkan setiap orang yang memperoleh nafkah dengan cara yang halal maka seluruh harta tersebut akan dihitung seperti pahala shadaqah.
Kedua, untuk apa harta tersebut dibelanjakan?. Setiap rupiah nanti akan ditanyai kemana kita habiskan. Allah melarang kita membelanjakan harta untuk sesuatu yang haram, sesuatu yang sia-sia, melarang berfoya-foya, bermegah-megahan, dan menghambur-hamburkan harta.
Kita harus berhati-hati dalam mencari harta dan jangan pula salah dalam membelanjakannya. Karena salah satu fitnah terbesar umat muslim adalah harta. Karena harta pribadi mereka dapat rusak dan bahkan dapat menjual keimanan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْـنَةً وَفِتْـنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ.
Artinya: “Sesungguhnya bagi tiap-tiap umat itu ada fitnah, dan sesungguh-nya fitnah bagi umatku adalah  harta” (Sunan At-Tirmidzî, no. 2336).


4. Untuk apa badan-mu digunakan?

Manusia dikaruniai jasad yang sempurna yang disertai dengan panca indera, akal pikiran dan hati. Karunia ini mesti dimanfaatkan untuk mengabdikan diri kepada Allah Sang Maha Pencipta. Allah Ta’ala melarang kita dari menjatuhkan diri ke dalam kebinasaan, yakni perbuatan yang merugikan diri sendiri. Oleh karenanya Allah Ta’ala mengharamkan minuman keras, narkoba, begadang yang sia-sia, berzina atau seks bebas, serta segala sesuatu yang membahayakan lainnya. Hal yang demikian termasuk perbuatan yang merusak badan, merusak panca indra, merusak akal sehat dan mengotori hati. Allah Ta’ala berfirman:
وَأَنْفِقُوْا فِي سَبِيْلِ اللهِ وَلاَ تُلْقُوْا بِأَيْدِيْكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوْا إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ.
Artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. (Q.S. al-Baqarah: 195).

Seluruh anggota badan kita harus digunakan sebagai piranti dalam beribadah kepada Allah SWT. Badan yang sehat, pikiran yang tenang dan hati yang lapang harus kita gunakan di jalan yang diridhai oleh Allah Ta’ala. Rasulullah SAW bersabda: “Tiap-tiap amal (pekerjaan) ada masa semangat, dan tiap-tiap semangat ada masa lelahnya, maka barang siapa yang letih karena melaksanakan ajaranku maka ia telah mendapatkan petunjuk, dan barang siapa yang letih bukan karena telah menjalankan ajaranku, maka ia termasuk orang yang binasa” (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi).
Kirimkan Komentar yang membangun

Ramadhan 1438H

Assalamu'alaikum wr. wb
Salam sejahtera untuk para pembaca sekalian, mengawali kalimat pembuka bahwa pada awalnya kita semua faham betul bahwa awalnya kita tiada, kemuadian ada dan akan kembali tiada.  itulah perjalanan kita sebagai makhluk ciptaan Allah SWT.  hari ini kita berpuasa menahan haus dan lapar, serta perbuatan-perbuatan yang membatalkan nilai pahalah puasa, menjadi salah satu pengabdian, penghambaan kepada Allah azza wajallah, 
Kirimkan Komentar yang membangun

Rabu, 17 Mei 2017

Salakan Hujan

Salakan dua hari diguyur hujan ........hujan adalah rahmat dari Allah SWT, yang dapat memberikan kehidupan bagi manusi alam semesta dan kehidupan
Kirimkan Komentar yang membangun

Senin, 08 Mei 2017

DOSA INVESTASI





"Kadang kita cuma tahu dosa itu akibat kesalahan diri sendiri, tapi ketahuilah bahwa ada dosa yang akan terus dicatat oleh malaikat atas dosa kita sebagai umat Islam padahal kita diam, itulah dosa investasi,” ada dosa karena kesalahan pada orang lain dan dosa karena kesalahan orang lain. Dosa itu yang sering terlupakan oleh kaum Muslim pada masa sekarang.

"Ingat, ketika terjadi kasus pembunuhan, kasus perzinaan, kasus pencurian, kasus pemurtadan, kasus pembantaian umat Islam, siapa yang berdosa? Seluruh umat Islam berdosa. Lantas berapa banyak ‘Dosa Investasi’ yang sudah kita dapat selama kita tidak diatur dalam hukum Islam?”.

Dosa investasi merupakan dosa kifayah, karena kelalaian kaum Muslim atas fardhu kifayah yang sudah ditetapkan hukumnya. Fardhu kifayah tidak akan bisa digugurkan kecuali melaksanakan fardhu tersebut secara sempurna. Adapun dosa kifayah bisa digugurkan dengan melaksanakan fardhu kifayah tersebut meskipun belum sempurna, sampai pada batas “terpaksa” atau tingkat yang maksimal.

Kalau dosa ada yang terus mengalir, begitupun dengan pahala. Pahala itulah yang disebut ‘Pahala Investasi’ atau pahala jariyah.

"Orang pintar itu siapa yang bisa memanfaatkan hidup yang singkat ini untuk beramal sebanyak-banyaknya. Dan sungguh rugi orang-orang bodoh yang membuang-buang waktu hidupnya yang hanya sekali, sebentar, dan tidak terulang lagi ini".

--------------------------------
Kutipan dari Buku "Dosa Investasi" karangan Dwi Condro Triono, Ph.D.

Kirimkan Komentar yang membangun