Sabtu, 29 Agustus 2015

Renungan suami istri

Istri Adalah Hadiah dari Allah

Terkadang seorang suami menutup mata dan tidak terlalu peduli dengan apa yang dilakukan istri sehari-hari. Mereka sering menyalahkan apabila si istri berbuat hal yang tidak disukai suami. Namun apakah si suami menyadari betapa berat pengorbanan seorang istri? Andaikan keduanya bertukar tempat apakah si suami yakin bisa melakukan apa yang dilakukan istrinya? Wahai suami, istrimu adalah titipan Allah yang sangat indah, Allah menyuruh kamu menjaganya, dan seorang istri dengan sepenuh raganya rela menjaga harta, martabat dan keimanannya demi menjaga ketuhan rumah tangga bersama kalian. Apakah kalian benar2 telah menunaikan amanah yang Allah berikan padamu untuk menjaga istrimu dan menuntunnya di jalan Allah?

RENUNGKANLAH.... :-

Menjawab Permasalah Suami Istri 
Surat Al Anbiya’ Menjawab Permasalahan Suami Istri ]


1. Pertanyaan : “Mengapa jika ia marah, lantas memukul diriku ?”

Jawaban Al Anbiya ayat 3 :

” Hati Mereka Dalam Keadaan Lalai ”

( Biasanya orang yang marah dan emosional dengan pelampiasan secara fisik,
maka hatinya dalam keadaan lalai mengingat Allah )

2. Pertanyaan : ” Mengapa istriku/suamiku marah-marah terus kepada-ku, tanpa permasalahan yang mendasar/masalah yang sepele?”

Jawaban Al Anbiya ayat 20 :
“Mereka malaikat-malaikat bertasbih tidak henti-hentinya malam dan siang”

( Jawaban saat kita kena marah dari pasangan paling tepat adalah
berdzikir/tasbih kepada Allah baik lisan maupun hati ).

3. Pertanyaan : “Mengapa Allah memberiku jodoh , orang seperti dia yang memiliki banyak kekurangan & kelemahan ? ”

Jawaban Al Anbiya ayat 23 :
“Allah tidak ditanya tentang apa yang Allah kerjakan, tapi kamulah yang akan ditanya ”
( Karena Kehendak Allah menjadikan suami/istri kita dengan kelebihan dan kekurangannya maka jangan tanya
mengapa Allah berbuat seperti ini kepada kita, tapi nanti kita yang akan ditanya , sebenarnya apa yang telah
kita kerjakan untuk memperbaiki sifat buruk pasangan kita, dan kita sendiri sebenarnya bukan mahluk sempurna.
Maka “JANGAN TANYA APA YANG ALLAH PERBUAT
TAPI ENGKAU YANG AKAN DITANYA ALLAH, APA YANG SUDAH KAU PERBUAT)

4. Pertanyaan : “Mengapa Allah terus mengujiku dengan perangai suami/istriku yang tidak sesuai agama ?”

Jawaban Al Anbiya ayat 35 :

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan kepada kami”

( Bukankah hidup berarti adalah masalah?, jika tidak mau ada masalah, jangan hidup. Maka keburukan pasangan kita hendaknya
kita sikapi dengan kesabaran dan teruslah berdoa agar Allah memberi petunjuk hidayah pada pasangan kita. Ajak pasangan kita
untuk mau menghadiri pengajian, shalat tarawih jamaah di masjid, menjenguk orang sakit di rumah sakit, melihat/ziarah kubur
dengan niat untuk banyak mengingat kematian. Semoga Al Quran dan kematian bisa menjadi nasihat baik buat pasangan kita)

5. Pertanyaan : ” Apa yang harus kulakukan saat ini, pasanganku marah dan pergi dari rumah, tak ada kabar ?”

Jawaban Al Anbiya ayat 87

“Dan ingatlah kisah Zun Nun (nabi Yunus as) ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka
bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa kepada Allah dalam keadaan yang gelap,
“Laa Ilaaha illaa anta Subhanaka Inni Kuntu minadholiimiin ”

( Jika pasangan kita nusyuz (pergi dari rumah karena marah) sebaiknya kita banyak berdoa kepada Allah seperti
doa Nabi Yunus saat berada di dalam perut ikan , di dalam dasar laut dan di kegelapan malam, yakni Laa Ilaaha illaa anta
Subhanaka Inni Kuntu minadholiimiin “)

6. Pertanyaan : “Doa Apa yang harus kami baca bila saat ini kami belum memiliki keturunan ? ”

Jawaban Al Anbiya ayat 89 :

“Dan ingatlah ketika Zakaria berdoa kepada Allah, “Ya Tuhanku , janganlah Engkau
biarkan aku seorang diri (tanpa keturunan) dan Engkaulah ahli waris yang terbaik”

Al Abiya ayat 90 :

“Maka Kami kabulkan doanya dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya dapat
mengandung. Sungguh mereka selalu bersegera melakukan kebaikan dan mereka berdoa kepada Kami
dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang -orang yang khusyuk kepada Kami”

( Doa Nabi Zakaria ini dikabulkan dengan diiringi 3 syarat hingga mereka diberi Allah keturunan, yaitu:
1. BERSEGERA MELAKUKAN BANYAK KEBAIKAN / IKHTIAR
2. BERDOA DENGAN PENUH KEIKHLASAN HARAP DAN CEMAS
3. MENJADIKAN HIDUP KHUSYUK HANYA KEPADA ALLAH SWT.)

7. Pertanyaan : “Lantas apa maksud surat Al Anbiya ini disajikan sebagai nasehat kepada kami ? ”

Jawaban Al Anbiya ayat 106 :
” Sungguh apa yang disebutkan di dalam Al Qur’an ini , benar-benar menjadi petunjuk
(yang lengkap) bagi orang-orang yang menyembah Allah ”

8. Pertanyaan : “apa balasan dari Allah, jika aku imani dan kukerjakan dalam surat Al Anbiya ini ?”

Jawaban Al Anbiya ayat 105 :
“Dan Sungguh Kami tulis di dalam Zabur setelah tertulis di dalam Lauh Mahfuz bahwa bumi ini akan
diwarisi oleh hamba-hamba Ku yang soleh”

Akhirul kalam, Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu ala ilaha ila anta subhanaka inni kuntu minadhdholimiim

Selasa, 25 Agustus 2015

WORSHOP PLKG

Memasuki hari ke 2 kegiatan worshop pembinaan dan latihan kerja guru tingkat kabupaten Banggai Kepulauan tahun 2015. bertempat di Hotel Faawaz Salakan.  ......... terbagi beberapa kelompok  sesuai dengan mata pelajaran yang di ampuh, kelompok matematika berjumlah 10 orang dengan ketua; Abdul Hamid Lindayo, S.Pd, sekretaris; Hafit Bokko, S.pd dalam kegiatan pelatihan ada banyak hal yang boleh jadi panduan dalam proses belajar mengajar di kelas. membuat program pembelajaran, misalnya penentuan KKM, Silabus, RPP, prota prosem...... penilaian, pembuiatan kisi-kisi soal dan
 

Kamis, 20 Agustus 2015

dido'akan malaikat

Orang-orang Yang Didoakan Oleh Para Malaikat 


Inilah orang - orang yang didoakan oleh para malaikat :

1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci".
(Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)

2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat.
Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia’"
(Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Muslim no. 469)

3. Orang - orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah.
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan"
(Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra’ bin ‘Azib ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)

4. Orang - orang yang menyambung shaf pada sholat berjamaah
(tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf).
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang - orang yang menyambung shaf - shaf"
(Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)

5. Para malaikat mengucapkan ‘Amin’ ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah.
Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang Imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu"
(Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 782)

6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.
Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, ‘Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia"
(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)

7. Orang - orang yang melakukan shalat shubuh dan ‘ashar secara berjama’ah.
Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ‘ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?’, mereka menjawab, ‘Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat"
(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)

8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.
Rasulullah SAW bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan’"
(Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda’ ra., Shahih Muslim no. 2733)

9. Orang - orang yang berinfak.
Rasulullah SAW bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Dan lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit’"
(Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)

10. Orang yang sedang makan sahur.
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang - orang yang sedang makan sahur"
(Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)

11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit.
Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh"
(Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib ra., Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")

12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain"
(Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)

renungan

Apakah Membaca Renungan Bermanfaat?
Tergantung renungan apa yang Anda baca.
“Tapi, kalau hanya merenung saja percuma?”
Masalahnya, saya tidak menyebutkan merenung SAJA. Tidak pernah ada kata “saja” atau “hanya”. Berpikirlah cerdas, jangan sampai dengan pikiran selintas kita menghilangkan atau melewatkan manfaat merenung yang luar biasa.
Manfaat membaca renungan itu sangat besar. Untuk keberhasilan Anda dalam bisnis, dalam karir, bahkan untuk akhirat pun merenung sangat bermanfaat.

APA ITU RENUNGAN?

Renungan pemikiran mendalam terhadap cerita, analogi, anekdot, atau peristiwa untuk mendapatkan hikmah tertentu. Jadi merenung berbeda dengan melamun. Ada hasil yang kita dapatkan dari renungan, yaitu berupa hikmah. Dan hikmah itu selalu baik.
Apa istimewanya hikmah yang kita dapatkan dari renungan? Kuncinya adalah hikmah yang kita dapatkan hasil pemikiran mendalam dari sebuah cerita, analogi, anekdot, atau peristiwa akan langsung masuk ke dalam qalbu kita. Proses mendapatkan hikmah dari renungan adalah sebuah momen AHA atau pencerahan yang tidak akan mudah dilupakan. Inilah yang menjadikan hikmah dari hasil renungan akan awet menempel pada qalbu kita.

Renungan Ada Di Al Quran

Jika kita perhatikan, dalam al Quran banyak sekali ayat-ayat bahan renungan. Kisah dan peristiwa masa lalu mendominasi Al Quran yang pasti syarat dengan hikmah nilai-nilai luhur.
Allah memerintahkan kita untuk merenungi (tadzabur) alam agar kita bisa menemukan tanda-tanda kebesar Allah,
Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya), (QS An Nahl:12)
Banyak perumpaan (analogi) dalam Al Quran yang akan membawa kita menemukan banyak hikmah yang tida ternilai harganya.
Di sekitar kita pun, banyak yang bisa kita renungi dan kita dapatkan hikmahnya. Atau kita juga bisa mendapatkan hikmah dari renungan-renungan yang sudah dilakukan oleh orang lain.
Berikut adalah renungan-renungan yang bisa Anda baca untuk menambah pembendaharaan hikmah baik untuk sukses dunia dan akhirat.

THR 2016

 Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani menegaskan, pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) kepada para Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk sementara hanya diberlakukan pada 2016.

"Sementara di 2016, kalau jangka panjang, nanti kami lihat," ujarnya di Jakarta, Selasa (18/8/2015).

Askolani mengatakan, pemerintah ingin melihat dulu efektivitas dari kebijakan baru ini dan implementasinya pada tahun depan, sebelum memutuskan pemberian THR kepada para PNS secara permanen.

"Kami ubah dulu kebijakannya, kalau efektif bisa dilanjutkan, tapi hitung-hitungannya lebih efisien di tempat," katanya.

Selain mendapatkan THR, Askolani memastikan dalam RAPBN 2016, para PNS masih mendapatkan gaji ke-13 dan pendapatan setiap bulannya.

Dengan kebijakan ini, maka penghasilan bersih atau take home pay para aparatur pemerintah dalam satu tahun diperkirakan jauh lebih meningkat dibanding insentif yang diterima pada 2015.

Sebelum kebijakan pemberian THR ini, pemerintah memberlakukan kenaikan gaji PNS yang salah satu indikatornya berdasarkan laju inflasi.

Kebijakan meniadakan kenaikan gaji pokok dan menggantinya dengan THR ini, bisa berdampak positif secara jangka panjang terhadap penghasilan yang diterima PNS. 

Pasalnya, apabila masih mengandalkan kenaikan gaji, PNS akan tetap mendapat potongan dari biaya Tunjangan Hari Tua (THT) yang dikelola PT Taspen.

Berkaca dari pengalaman tersebut, dengan kenaikan gaji pokok, sering terjadi kekurangan dana iuran kepada PT Taspen. Akibatnya, pemerintah yang menanggung kekurangan dana itu.

Oleh karena itu, menurut Askolani, dengan ditiadakannya kenaikan gaji pokok ini juga akan membantu mengurangi beban risiko fiskal pemerintah.

Tidak hanya PNS yang masih aktif bekerja, ia memastikan, para PNS yang sudah pensiun pun akan memperoleh THR.

"Tapi tidak full (penuh), karena kemampuan fiskal terbatas. Karena selama ini pensiun kalau naik tidak setinggi PNS, tapi sudah lumayan buat bantu pensiun juga," kata Askolani dalam kesempatan terpisah. Sumber Kompas.com

Rencana gaji 14

"Nikmat yang mana lagi yang tak kau dustakan"
Itulah sebuah quote yang patut diberikan kepada para Pegawai Negeri Sipil (PNS) saat ini. Sebagai abdi negara, PNS tak hanya diberi nikmat berupa gaji dan tunjangan kinerja, hingga kini, kebijakan pemerintah mengenai penggajian PNS juga masih bergulir, yakni pemberian gaji ke-13.
Belum lama ini, terdapat wacana yang...lagi dan lagi menjadi kabar gembira bagi PNS. Pasalnya, pemerintah tengah berencana untuk memberikan tunjangan tambahan tahun depan, yaitu pemberian gaji ke-14. Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Men PAN RB) Yuddy Chrisnandi sempat menyatakan "Gaji ke 13 sudah pada terima kan? Nah mudah-mudahan tahun depan ada gaji ke - 14, masih diperjuangkan."
Tentu hal ini sontak menjadi perhatian publik, sebab pemerintah terlihat semakin memperhatikan kesejahteraan PNS. Meskipun, secara langsung, pemerintah bakal memperketat mengenai sistem penilaian kinerja serta tingkat profesionalitas pegawai di setiap jenjang dan setiap instansinya. Tidak hanya itu, rencana penambahan 'tunjangan plus-plus' tersebut secara langsung mejadi indikator akan diterapkannya sanksi keras terhadap PNS yang kerjanya masih kurang berkualitas.
Selama ini, masyarakat tentu mengetahui mengenai kualitas pelayanan birokrasi Indonesia. Sistem penggajian dan kuantitas penggajian PNS dipandang inkonsisten dengan peningkatan produktivitas dan kualitas kinerja dalam melayani masyarakat. Selain banyak opini miring semisal banyak pegawai negeri yang 'makan gaji buta', juga ada pula opini yang mengatakan bahwa predikat kinerja pelayanan publik oleh PNS masih loyoh dan mengecewakan. Kondisi tersebut merupakan 'PR' pemerintah sampai saat ini yang perlu dibenahi atau...'direvolusi'.
Perombakan secara agregat mengenai budaya kerja institusional memang urgensi untuk segera dilakukan. Studi empiris memang menunjukkan bahwa sistem penggajian yang baik secara langsung akan memperbaiki kinerja pegawai. Tetapi, sistem penggajian, terutama wacana akan adanya pemberian gaji ke-14 tahun depan, belum sepenuhnya dapat menjamin kualitas kinerja pelayanan publik. Sebaliknya, implikasi penambahan gaji yang 'katanya' mensejahteraan itu tetap tergantung kepada individu pegawai masing-masing. Bisa jadi memang akan berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai, bisa pula justru membuat pegawai negeri semakin hidup konsumtif.
Hmm...semoga saja dengan wacana tersebut, kinerja pelayanan publik akan semakin membaik. Tak hanya itu...pemberian insentif-insentif yang 'katanya' gaji ke-14 itu semoga menjadikan PNS sadar, bahwa mereka harus mensyukuri kedudukannya sebagai abdi negara yang profesional, integritas dan amanah dalam menjalankan fungsi, peran dan tugas serta menjadikan dirinya lebih produktif dalam pelayanan publik. Sumber Kompasiana

Jalan Kemuliaan

Ruang politik dan fiskal amat sempit, padahal harapan/ekpektasi masya-rakat sangat tinggi.”
Itulah ironi pemerintahan Jokowi-JK yang disampaikan mantan Menteri Keuangan Bambang Soedibyo awal Januari lalu.
Ungkapan ini tidak mengherankan. Kondisi Indonesia masih cukup memprihatinkan. Sekadar contoh, indeks pembangunan manusia Indonesia sebesar 0,684 atau urutan ke 108 dari 187 negara. Belum lagi berbicara indeks kesenjangan sosial.  “Pada tahun 2013, indeks tersebut adalah 0.413%,” tambah Bambang.  Ini berarti 1% orang terkaya menguasai 41.3% kekayaan negara ini.  Dengan kata lain, lebih dari 82% kekayaan negara ini hanya dikuasai oleh 2% orang terkaya.  “Zona merah, kesenjangan tinggi!” tegasnya.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin memandang lebih jauh.  “Indonesia kini sedang dikepung oleh liberalisasi,” ungkapnya.  “Indonesia kini sedang menerapkan demokrasi liberal secara paripurna di bidang politik. Liberalisasi di bidang ekonomi berupa penerapan Kapitalisme baik di kota maupun di desa. Liberalisasi pun dilakukan di bidang budaya sehingga terjadi perubahan landscape  (tata ruang) budaya kaum Muslimin,” tambahnya.
Apa akibatnya?  “Indonesia mengalami 3 kerobohan.  Robohnya surau dan langgar kita sebagai indikasi robohnya lembaga pendidikan keislaman di masyarakat. Robohnya kedai kita sehingga the power of money ada di tangan kelompok lain, bukan umat Islam. Robohnya keluarga kita yang ditandai dengan robohnya peran usrah dan ibu,” tegas Pak Din.
Dalam konteks demokrasi liberal, rakyat disuruh bertarung bebas.  Ibaratnya, kalau dalam tinju, kelas bulu bertarung melawan kelas berat pun dibiarkan. Keberpihakan kepada rakyat hanya slogan. Di sisi lain, prinsip Kapitalisme pasti menghasilkan kesenjangan.  Bukan kapitalisme bila tidak berujung pada kesenjangan.  Jadi, neoliberal telah membawa negeri Muslim terbesar ini ke jurang kehancuran. 
Sepandai-pandai tupai melompat, sekali-kali jatuh juga. Begitu peribahasa mengatakan. Kasus pencalonan Kombes Budi Gunawan sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) oleh Presiden Jokowi salah satu buktinya. Selama ini opini pro rakyat, antikorupsi dan transparan terus dicitrakan.  Namun, kasus calon Kapolri yang ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membalik opini itu.  “Ah, itu mah sekadar pencitraan,” ujar seorang kawan kepada saya.  “Masa sebagian menteri tidak dipilih dengan alasan ada catatan merah dari KPK, sementara orang lain yang juga distabilo merah tetap diangkat sebagai menteri.  Apalagi, berkaitan dengan kasus calon Kapolri ini.  Tidak konsisten!  Keberpihakan kepada rakyat hanya basa basi,” ungkapnya kesal.
Tidak aneh pula bila banyak pihak mempertanyakan hal ini. Bahkan Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia, Rokhmat S. Labib, mengungkapkan, “Penampilan pro rakyat, tapi mencekik rakyat! Untuk apa mengenakan baju murah, sepatu murah dan jam tangan murah kalau kebijakannya menyengsarakan rakyat.” 
Lalu di mana umat Islam?  Ketua MUI, Anwar Abbas, menyampaikan isi hatinya kepada saya.  “Pak Rahmat, beda dengan zaman SBY. Sekarang tampaknya teman-teman dari Nasrani sudah berhasil menguasai Istana. Andi Wijayanto sebagai Sekretaris Kabinet dan Luhut Panjaitan sebagai Kepala Staf Kepresidenan. Peran umat tampaknya akan termarjinalkan.  Sebuah tantangan yang cukup berat bagi umat,” tuturnya penuh keprihatinan. 
Saya mengatakan kepada beliau, “Pak Anwar, tampaknya sekarang umat Islam di Indonesia seperti pada masa pemerintahan rezim Soeharto era LB Moerdani berkuasa.  Bedanya, pemerintahan saat ini divisualisasikan merakyat, padahal banyak memalak rakyat.  Ulama dan tokoh umat Islam perlu teriak tentang hal ini.”
Bukan sekadar secara politik.   Dalam media pun demikian.  Prof. Bachtiar Ali menyampaikan, “Umat dan partai Islam saat ini dimarjinalkan.  Ada setting dari media besar untuk memarjinalkan umat. Penentunya hanya segelintir elit media.”
Pandangan serupa disampaikan oleh KH Ma’ruf Amin.  Tokoh NU ini melihat peran umat Islam melemah.  “Peran umat Islam dalam politik melemah, bahkan hampir mati, atau sudah mati,” ujarnya. Beliau segera menambahkan, “Umat Islam saat ini katsîrun fi jumlah, qalîlun fi dawrah.  Banyak dalam jumlah, sedikit dalam peran.” 
Peran yang dimaksud adalah iqâmatul mashâlih wa izâlatul mafâsid (menegakkan kebaikan dan menghilangkan kerusakan). Ini dilakukan berkaitan dengan segala aspek baik bidang politik, sosial, maupun ekonomi.  “Itulah peran amar makruf nahi mungkar. Bila mampu memerankan amar makruf nahi mungkar, maka umat Islam akan menjadi khayru ummah,” tandas Kiyai Ma’ruf. 
Namun, kehendak untuk menjadikan Islam sebagai landasan rupanya harus berbenturan dengan sikap pragmatisme.  Sungguh sikap pesimis ini ada pada sebagian tokoh.  Sekadar contoh, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang berasal dari partai berbasis masa Islam, Zulkifli Hasan mengatakan, “Dalam pemilihan kepala daerah, bila basis Islam yang dikedepankan, pasti kalah.  Begitu juga dalam pemilihan presiden.”  Seakan-akan, kekalahan itu karena mengangkat Islam.  Seolah-olah ia hendak mengatakan kalau yang dikedepankan Islam maka umat Islam kalah. 
Berkaitan dengan hal ini, saya pernah menyampaikan dalam suatu forum di MPR, “Kita tidak perlu ragu dan malu-malu untuk secara lantang menyuarakan perundang-undangan yang berasal dari Islam. Kita hanya mengambil UU dari Islam. Ulama sudah semestinya tegas dalam menyatakan kebenaran Islam.”  
Berkaitan dengan hal ini ada sebuah hadis Rasulullah saw. yang penting dicamkan, “Akan datang suatu masa yang menimpa manusia, tidak ada Islam kecuali tinggal namanya saja.  Tidak ada al-Quran kecuali tinggal tulisannya saja.  Masjid-masjid mewah tetapi kosong dari petunjuk serta ulama nya adalah orang yang paling jahat yang berada di bawah langit.” (HR Imam Baihaqi).
Hal ini akan terjadi jika umat Islam tidak berpegang teguh pada agamanya.  Padahal kemuliaan itu hanya milik Allah SWT, Rasulullah, dan kaum Mukmin.  Artinya, siapa pun yang ingin mulai harus berpegang pada hukum Allah, mengikuti jalan hidup Rasul, dan benar-benar menjadi Mukmin. 
Tepat apa yang disampaikan oleh Umar bin Khaththab ra. saat berkata, “Kita adalah suatu kaum yang kemuliaan kita dijadikan Allah ada dalam agama Islam. Bagaimanapun kita mencari kemuliaan selain darinya maka Allah akan menghinakan kita.”
Jadi, rugilah orang yang hendak meraih kemuliaan, tetapi jalan yang ditempuh bukan jalan Islam.WalLahu a’lam[Muhammad Rahmat Kurnia)

neo-neo di indonesia

Neoliberalisme dan Neoimperialisme

Indonesia sedang terancam. Begitu barang kali frase yang dapat menggambarkan kondisi saat ini. Masalahnya, apa yang mengancam? “Rezim sekarang menempatkan dirinya sebagai musuh Islam,” ujar Rokhmat S. Labib.
Islam dianggap sebagai ancaman. Boleh saja ada orang yang mengatakan bahwa dugaan itu terlalu mengada-ada. Namun, tentu praduga itu tidak serta-merta ada. Realitas menunjukkan hal tersebut.
Menjelang tutup tahun 2014, dengan dalih radikalisme, Menteri Tenaga Kerja Hanif Dakhiri mengeluarkan kebijakan yang melarang guru dan dosen agama berasal dari negara lain. Kala itu reaksi pun keras. Tokoh Gontor, Hamid Fahmy Zarkasyi, menilai, “Saya kira itu semena-mena dan mengarah kepada ustadz-ustadz Islam, terutama dari kawasan Timur Tengah, agar tidak masuk ke sini.”
Hamid juga mempertanyakan mengapa liberalisme radikal justru dibiarkan. Menteri Dalam Negeri Tjahyo Kumolo berupaya meniadakan kolom agama dalam KTP. Saat ini isu ISIS digunakan untuk menghancurkan kelompok Islam. Terakhir, Menkominfo memblokir situs Islam yang dicap radikal tanpa kriteria yang jelas. Bahkan tanpa informasi dan komunikasi terlebih dulu. Jangan salahkan siapa-siapa apabila ada pihak yang menyimpulkan ini semua penampakan sikap islamophobia (anti-Islam) rezim yang tengah berkuasa. Demikian juga, tak dapat disalahkan siapa pun yang menilai bahwa sikap tersebut dalam rangka membebek permintaan negara kafir penjajah.
Bagaimana tidak, saat menghadiri pelantikan Presiden Jokowi, John Kerry berpesan, “Kami ingin Indonesia sebagai pemimpin Muslim yang memerangi radikal Islam.”
Masyarakat pun paham, kini sedang berlangsung penyingkiran Islam yang mereka sebut Islam politik. Islam yang bukan hanya bicara ibadah ritual, tetapi Islam yang memberikan solusi untuk diterapkan di tengah kehidupan. Hal ini terungkap dalam Temu Tokoh Terbatas pada awal April 2015.
Sekjen Laskar Anti Korupsi, Hasbi Ibrahim, mengatakan, “Bungkamisasi, kriminalisasi, monsterisasi atau apapun namanya, menunjukkan bahwa Orde Baru sedang bangkit lagi. Siapa saja yang menentang rezim Jokowi yang didukung oleh konglomerat hitam tersebut akan dihabisi.”
Ia segera menambahkan, “Rezim Jokowi-JK ingin membungkam semua suara kritis. Isu ISIS hanya cover isu untuk memuluskan asing.”
Pada sisi lain, liberalisme dan komumisme dibiarkan. Tidak dikhawatirkan apalagi dianggap ancaman. Pengurus al-Ittihadiyat, Zulkifli, menyampaikan, “Beberapa hari lalu, salah satu mantan tokoh PKI berorasi pakai kursi roda dalam kongres salah satu partai. Membakar semangat. Tapi, dibiarkan.”
Tentu, sikap demikian berbeda saat menghadapi Islam. “Rezim ini semakin brutal,” tambahnya.
Wajar belaka bila Islam dianggap sebagai ancaman oleh rezim sekarang. “StakeholderIndonesia adalah AS dan Cina. Yang penting kita pikirkan adalah bagaimana dampaknya. Pemerintahan Jokowi mentolerir PKI, dikerumuni oleh Kristen dan kaum Liberal.”
Amin Lubis (Ketua Perti) memiliki sudut pandang lain. Beliau melihat bahwa radikalisme itu hanya sebuah ketakutan. Sebab, menurut beliau, radikalisme itu sejatinya tidak ada dalam Islam. Hanya tuduhan. “Tidak ada istilah radikal dalam Islam. Radikal itu mungkar, padahal Islam mencegah kemungkaran. Masa ini disebut radikal,” ungkapnya dengan nada mempertanyakan.
Kita memahami bahwa sekarang sedang berjalan upaya massif untuk menggambarkan sedemikian rupa hingga Islam dianggap sebagai ancaman. “Kini sedang berlangsung monsterisasi dan kriminalisasi terhadap dakwah, istilah, dan simbol Islam,” tegas Muhammad Ismail Yusanto.
Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia ini menjelaskan, “ISIS bermasalah, tetapi kita tidak ingin isu ini dijadikan sebagai alat kriminalisasi dan monsterisasi Islam dan umat Islam. Kita juga menolak intervensi asing, sebagaimana menolak kriminalisasi simbol dan istilah Islam seperti bendera tauhid, jihad, khilafah dsb.”
Lalu, bila gerakan yang berupaya untuk menyelamatkan Indonesia dan seluruh umat bukan ancaman, lantas apa yang sebenarnya tengah mengancam negeri zamrud khatulistiwa ini? Jawabannya adalah: neoliberalisme dan neoimperialisme.
Kenyataan ini diakui pula oleh kalangan non-Muslim. Anggota DPR RI Effendi Simbolon, secara pribadi beliau menyampaikan ke saya, “Indonesia sedang didominasi asing dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya. Selain itu, kini betapa dahsyat gempuran neokolonialisme dan imperialisme di Indonesia. Seluruh Tanah Air kita telah ada dalam jajahan kaum kapitalis.”
Segera beliau menambahkan, “Bila kita melakukan perlawanan terhadap arus imperialisme maka kita akan menjadi sebuah negara yang kuat, negeri Melayu berbasis mayoritas Islam dengan sumberdaya alam yang kaya.”
Berkaitan dengan neoliberal, beliau menyatakan, “Dulu Sri Mulyani, Boediono, dkk itu neoliberal. Kini, orang-orang di sekitar Jokowi juga liberal.”
Dalam tataran praktis ancaman neoliberalisme dan neoimperialisme ini menemukan jalannya. “Ada tiga hal yang menggelindingkan neoliberalisme ini. Pertama: Perjanjian internasional yang mengikat seperti perjanjian investasi dan perjanjian di bidang perdagangan dalam bentuk WTO, MEA, dsb. Kedua: Proses di dalam negeri berupa pembuatan UUD dan UU yang materialistik dan makin membuka lebar pintu liberalisme. Tidak kurang dari 450 UU dalam ekonomi-politik yang liberal. Ketiga: Kontrak-kontrak dengan pihak luar. Ketika UU-nya liberal maka kontrak yang dilakukan juga liberal,” terang Salamudin Daeng.
Peneliti dari Indonesia for Global Justice (IGJ) ini menambahkan landasan neoliberalisme ini ada tiga yaitu: bertumpu pada utang dan investasi asing, menaikkan keuntungan dengan cara menaikkan harga-harga, dan memburu pajak setinggi-tingginya. “Dengan sistem seperti ini kita tidak dapat keluar dari jeratan, justru makin terperosok ke dalam. Mereka merampok sumberdaya alam, sumberdaya manusia, pajak dan belanja publik,” tambahnya penuh kegeraman.
Semua ini menunjukkan bahwa kini sedang terjadi neoliberalisme yang menyerahkan segala sesuatu milik rakyat kepada swasta dan asing. Muaranya adalah bercokolnya penjajahan baru (neoimperialisme). Namun, untuk menutupi semua itu dilahirkanlah seakan-akan yang sedang mengancam negeri Muslim terbesar ini adalah segala hal yang berbau Islam politik. Dimunculkanlah istilah radikalisme, ideologi ISIS, dll. Padahal yang sedang mengancam bahkan mencengkeram adalah neoliberalisme dan neoimperialisme. Jadi, apakah yang merupakan ancaman itu Islam dan pejuang Islam? Bukan, tapi neoliberalisme dan neoimperialisme!