Selasa, 15 September 2015

10 tuntutan guru honor

Berikut sepuluh tuntutan dari aksi gabungan demo guru honorer: 

1. Moratorium ASN reguler untuk tuntaskan tenaga honorer

2. Berikan upah layak bagi honorer sebesar UMP

3. Terbitkan regulasi tentang penuntasan honorer K2 menjadi ASN

4. Tingkatkan kesejahteraan tenaga honorer dalam APBD di daerah provinsi, kabupaten dan kota, berikan jaminan kesehatan melalui peserta PBI

5. Tetapkan anjab dan ABK untuk tenaga honorer

6. Angkat seluruh tenaga honorer menjadi PNS

7. Beri kesempatan sertifikasi

8. Tolak Ujian Kompetensi Guru

9. Hapus Keputusan Menteri Petunjuk Teknis Tunjangan Profesi Guru

10. Cabut Permen PAN-RB No. 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya

 Hafit Bokko, S.Pd  sumber : http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150915110033-20-78791/demo-guru-honorer-sampaikan-10-rincian-tuntutan/

Syukur


kita semua diciptakan oleh yang maha pencipta Allah SWT.  jadi mari kita mensyukuri semua yang ada pada diri kita sebagai pemberian dari Allah SWT.......Bersyukur atas segala kenikmatan yang Allah berikan kepada kita adalah suatu hal yang diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala di banyak ayat. Di antaranya adalah firman Allah ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian dan bersyukurlah kepada Allah jika benar-benar kepada-Nya kalian menyembah.” [QS Al Baqarah: 172]
Bersyukur kepada Allah ta’ala artinya adalah menjalankan ketaatan kepada Allah dengan cara menjalankan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya.

Bersyukur kepada Allah ta’ala atas nikmat-nikmat-Nya bukanlah sekedar dengan mengucapkan hamdalah atau bersujud syukur. Akan tetapi ada cara lain yang lebih umum untuk bersyukur kepada Allah ‘azza wa jalla. Ada tiga cara bersyukur yang disebutkan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah di dalam kitab Al Qaulul Mufid (1/268), yaitu:

1. Bersyukur dengan hati.

Yaitu dengan meyakini dan mengakui bahwa segala nikmat yang dia dapatkan pada hakikatnya adalah berasal dari Allah subhanahu wa ta’ala semata. Adapun peran manusia yang memberikan suatu kemanfaatan kepada kita, semua itu hanyalah suatu sebab dan perantara yang mana semuanya itu sangat bergantung kepada izin dari Allah ta’ala.

Allah ta’ala berfirman:
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ

“Apa saja nikmat yang ada pada kalian, Maka dari Allah-lah (datangnya).” [QS An Nahl: 53]

2. Bersyukur dengan lisan.

Yaitu dengan membicarakan kepada orang lain tentang nikmat yang Allah berikan kepadanya sebagai bentuk rasa syukur dan pengakuan kepada Allah, bukan dengan tujuan untuk membanggakan diri dan menimbulkan rasa iri kepada orang lain.

Allah ta’ala berfirman:
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

“dan terhadap nikmat Rabbmu, maka hendaklah kamu siarkan.” [QS Adh Dhuha: 11]

Contohnya adalah kisah seorang yang buta lalu disembuhkan oleh Allah dan dianugerahi kambing yang banyak. Ketika datang seorang malaikat utusan Allah untuk mengujinya dengan meminta seekor kambingnya, lelaki itu menjawab: “Dahulu aku adalah seorang yang buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku kepadaku. Dahulu aku adalah seorang yang miskin, lalu Allah memberikan kekayaan kepadaku. Maka silakan ambil apa yang engkau inginkan.” Silakan membaca kisahnya lengkapnya di sini.

3. Bersyukur dengan anggota tubuh.

Yaitu dengan cara menggunakannya untuk melaksanakan berbagai ketaatan kepada Allah ta’ala.

Demikianlah cara-cara bersyukur kepada Allah ‘azza wa jalla atas nikmat-Nya. Dengan bersyukur, maka nikmat Allah akan semakin bertambah. Sebaliknya, jika tidak bersyukur, maka azab dari Allah akan datang mengancam. Allah berfirman:
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepada kalian; dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” [QS Ibrahim: 7]

Mengamalkan ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain adalah bentuk mensyukuri nikmat ilmu. Menafkahkan harta di jalan Allah adalah bentuk mensyukuri nikmat harta. Mengonsumsi makanan untuk menyehatkan tubuh dan tidak membuangnya adalah bentuk mensyukuri nikmat makanan. Demikianlah seterusnya.

Kita memohon taufiq kepada Allah ta’ala untuk dapat senantiasa bersyukur atas segala nikmat-Nya dan mengampuni segala kekurangan kita.
والحمد لله رب العالمين
Hafit Bokko, S.Pd

Senin, 14 September 2015

Dunia

 Dunia ini adalah milik Allah, semua yang kita nikmati adalah milik Allah, kekayaan yang ada pada diri kita adalah titipan yang hanya bisa kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya bukan untuk membanggakan diri, berfoya-foya atau yang tidak bermanfaat...... Yang namanya musibah tentu rasanya tidak mengenakkan. Makanya banyak manusia merasa tidak suka bila hidupnya tiba-tiba menjadi menderita karena musibah. Kehidupan yang selama ini mapan bisa hancur tak bersisa. Tidak sedikit di antara mereka yang mengalami kesedihan berlarut-larut hingga menyebabkan stress. Bagaimana kiat menghadapi musibah secara benar dan bijak?
Dalam menapaki kehidupan dunia yang fana ini, manusia senantiasa dihadapkan pada dua keadaan, bahagia atau sengsara. Perubahan keadaan itu bisa terjadi kapan saja sesuai dengan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun hanya orang yang beriman yang bisa lurus dalam menyikapi silih bergantinya situasi dan kondisi. Hal ini karena ia meyakini keagungan dan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala serta tahu akan kelemahan dirinya.
Tidak dipungkiri, musibah dan bencana akan selalu menyisakan kesedihan dan kepedihan. Betapa tidak, sekian orang yang dicinta kini telah tiada. Harta benda musnah tak tersisa. Berbagai agenda dan acara pun harus tertunda. Bahkan segenap pikiran tercurah untuk meratapi diri.
Kondisi yang menyayat ini terkadang menggugah orang yang dalam hatinya ada sifat rahmat dan belas kasih. Sehingga uluran tangan dan bela sungkawa pun mengalir dari berbagai arah. Intinya, meringankan penderitaan orang yang terkena bencana. Nilai kepedulian yang datang dari orang lain jelas memberi arti. Namun yang terpenting adalah bagaimana menghibur hati orang yang menderita itu serta menumbuhkan seribu harapan untuk menatap masa depannya. Hal ini penting, karena bantuan dari manusia bisa terputus, dan orang yang kemarin membantu mungkin saja kini justru perlu dibantu. Hafit Bokko, S.Pd

Tulis.....Tulis....

Ayo Menulis




Apa sih menulis itu . . . ?

            Menulis adalah pekerjaan yang paling murah, efektif dan bahkan gratis untuk mendapatkan banyak kesuksesan. Menulis adalah cara manusia sejak zaman purba mewariskan petunjuk-petunjuk dalam kehidupan. Dan sesungguhnya manusia sudah dibekali naluri untuk menulis. 

            Kita menulis untuk mempertinggi kepedulian kita pada hidup. Kita menulis untuk merasakan lagi kehidupan kita, dalam sebuah kenangan kembali. Kita menulis agar kita mampu meraih hidup yang lebih bermakna, untuk meraih apa yang ada dibaliknya, untuk mengajarkan kita bagaimana berbicara pada orang lain-Anais Nin-

Apa arti menulis bagi Anda . . . ?

            Bagiku menulis adalah berkarya terampil untuk menyampaikan pesan secara baik dan tepat kepada masyarakat.
Bagiku menulis merupakan dunia petualangan yang sungguh indah.
Bagiku menulis merupakan salah satu cara untuk mendapatkan kesuksesanku kelak.
Bagiku menulis adalah salah satu sarana untuk mengubah negeriku menjadi lebih baik.

Mengapa harus menulis . . . ?

            Dengan menulis kita bisa menyebarkan ilmu pengetahuan, berpartisipasi pada pengembangan kehidupan, mengusung gagasan/penyelesaian suatu masalah melalui (media) tulisan. Dan Sungguh banyak lagi manfaat dari kegiatan ‘menulis’ yang tak bisa disebutkan satu-persatu disini. Menjadi penulis bisa membuat diri kita bahagia dan membahagiakan orang lain. 

Menulis apa . . . ? 

            Apa saja, apa adanya untuk kemudian pada tahap selanjutnya kita bisa lebih kreatif mencari hal-hal yang lebih inovatif. Orang-orang yang gemar menulis biasanya memiliki kualitas pemikiran yang lebih baik. Mengapa ? karena ada tiga proses yang membedakan kerja otak penulis daripada yang hanya menyerap ilmu melalui bacaan dan pendengaran. Dengan menulis seseorang akan :

- Memiliki daya ingat yang lebih kuat, karena saat menulis merupakan bagian dari proses mengingat serta mematangkan ingatan
   Memiliki proses penyaringan antara sesuatu yang primer dan yang sekunder sehingga kemudian mendapatkan esensi ilmu pengetahuan secara lebih sederhana
3. Tertuntut agar selalu membuka wawasan pemikiran, karena saat menulis akan selalu disadarkan dengan kekurangan ilmu dalam otak.

Lantas, Bagaimana cara saya agar bisa menulis dengan baik . . . ?

            Menulis bukanlah pekerjaan milik orang tertentu yang hanya bisa dilakukan oleh orang yang bertakdir (berbakat). Menulis adalah aktivitas manusiawi, pekerjaan yang patut dikerjakan siapa saja.
Pikiran bisa diasah dengan tiga cara yang umum, yakni kemauan belajar praktis, rajin membaca dan selalu bergaul dengan mereka yang sudah mahir menulis. Jangan katakan tak mampu manakala belum mencoba. Jangan berhenti melakukan manakala belum berhasil

            Kreatif menulis itu butuh proses. Selain proses waktu, juga butuh keuletan tersendiri. Bekal utamanya ialah kemauan, ketekunan, kesabaran dan kecerdasan. Niat/kemauan adalah bekal paling utama, sedangkan tekun artinya selalu istiqamah dalam mengerjakan sesuatu walaupun melewati berbagai macam kesulitan. Sabar artinya tahan untuk berproses dalam jangka waktu yang panjang, dan cerdas artinya harus siap menjadi pembelajar sepanjang hidup.

            Semua hal tersebut bisa diketahui, bisa dipelajari dan bisa diwujudkan selama kita memiliki tekad untuk berhasil. Ada banyak cara untuk menjadi manusia pembelajar terkait dengan profesi seorang penulis. Bisa secara otodidak, rajin ikut pelatihan, hobi diskusi dengan para senior dan teman-teman, membaca buku karya orang lain, dan belajar hidup dan kehidupan dari para penulis senior.

            So, ayo segera menulis . . . mungkin Anda sangat berbakat dalam hal menulis, karena Setiap orang memiliki bakat, namun jarang bakat itu disertai keberanian untuk mengeksplorasi bakat tersebut semaksimal mungkin.
*Resume From Book ‘Genius Menulis’  -Faiz Manshur-Berbagi File..... Hafit Bokko..... Hotel Palu Golden

Renungan

Manusia hanyalah pengendara di atas punggung usianya.
Digulung hari demi hari, bulan, dan tahun tanpa terasa.
Nafas kita terus berjalan seiring jalannya Waktu, setia menuntun kita ke pintu kematian..
Sebenarnya dunialah yang makin kita jauhi dan liang kuburlah yang makin kita dekati.
Satu hari berlalu, berarti satu hari pula berkurang umur kita.
Umur kita yang tersisa di hari ini sungguh tak ternilai harganya, sebab esok hari belum tentu jadi bagian dari diri kita.
Karena itu,
jika hari berlalu tapi tiada Kebaikan dan Kebajikan yang kita lakukan maka akan keringlah batin kita.
Jangan tertipu dengan usia muda, karena syarat untuk mati tidaklah harus tua.
Jangan terperdaya dengan badan sehat, karena syarat untuk mati tidak pula harus sakit.
Teruslah berbuat baik... berkata baik...!
Kritisi semua yang tidak baik.
Walau tak banyak orang yang mengenalimu, tapi kebaikan dan kebajikan yang kita lakukanlah yang akan menuntun kita pada kebahagiaan, dan akan dikenang oleh mereka yang kita tinggalkan...
FB:https://www.facebook.com/hafidz.gress.5
(Hafit Bokko, S.Pd Palu Golden Hotel)

Pendidikan Inklusi

Apa itu Pendidikan Inklusif? 

Pengertian Pendidikan Inklusif
Menurut Stainback (1990) Sekolah Inklusif adalah Sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama. Kemudian Staub dan Peck (1995) mengemukakan bahwa Pendidikan Inklusif adalah Penempatan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) tingkat ringan, sedang dan berat, secara penuh di kelas reguler. Sedangkan Sapon-Shevin (O’ Neil 1995) menyatakan bahwa Pendidikan inklusi sebagai sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar ABK dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Inklusi terkandung unsur adanya:
  1. Layanan Pendidikan yang mengikutsertakan ABK untuk belajar bersama dengan anak sebayanya di kelas regular/ biasa terdekat dengan tempat tinggalnya;
  2. Pemberian akses seluas-luasnya kepada semua anak untuk memperoleh pendidikan yang bermutu;
  3. Pemberian layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan semua anak,
Sekolah Inklusif (di Indonesia) adalah sekolah biasa (SB) yang mengakomodasi semua peserta didik baik anak normal maupun anak berkebutuhan khusus (cacat fisik, intelektual, sosial, emosional, mental, cerdas, berbakat istimewa daerah terpencil/ terbelakang, suku terasing, korban bencana alam/ bencana sosial/ miskin), mempunyai perbedaan pangkat, warna kulit, gender, suku bangsa, ras, bahasa, budaya, agama, tempat tinggal, kelompok politik, anak kembar, yatim, yatim piatu, anak pedesaan, anak kota, anak terlantar, tuna wisma, anak terbuang, anak yang terlibat dalam sistem pengadilan remaja, anak terkena daerah konflik senjata, anak pengemis, anak terkena dampak narkoba HIV/ AIDS (ODHA), anak nomaden, dll sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya.
  • Pendidikan Inklusif adalah suatu strategi untuk memperbaiki sistem pendidikan melalui perubahan kebijakan dan pelaksanaan yang eksklusif.
  • Pendidikan Inklusif berfokus pada peminimalan dan penghilangan berbagai hambatan terhadap akses, partisipasi dan belajar bagisemua anak, terutama bagi mereka yang secara sosial terdiskriminasikan sebagai akibat kecacatan dan kelainannya.
  • Pendidikan inklusif melihat perbedaan individu bukan suatu masalah, namun lebih pada kesempatan untuk memperkaya pembelajaran bagi semua anak.
  • Pendidikan Inklusif melaksanakan hak setiap anak untuk tidak terdiskriminasikan secara hukum sebagaimana tercantum dalam konvensi PBB (UNCRC) tentang hak anak.
Pendidikan Inklusif menghendaki sistem pendidikan dan sekolah lebih menjadikan anak sebagai pusat dari pembelajaran fleksibel dan dapat menerima perbedaan karakteristik dan latar belakang setiap anak untuk hidup bersama. Hal ini merupakan langkah awal untuk mempromosikan hidup yang lebih toleran, damai dan demokrasi
Landasan Yuridis
Deklarasi Dakar
Pendidikan Untuk Semua (2000)
  1. Memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak dini usia, terutama bagi anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung
  2. Menjamin bahwa menjelang tahun 2015 semua anak, khususnya anak perempuan, anak-anak dalam keadaan sulit dan mereka yang termasuk minoritas etnik, mempunyai akses dan menyelesaikan pendidikan dasar yang bebas dan wajib dengan kualitas baik.
  3. Menjamin bahwa kebutuhan belajar semua manusia muda dan orang dewasa terpenuhi melalui akses yang adil pada program-program belajar dan kecakapan hidup (life skills) yang sesuai.
  4. Mencapai perbaikan 50% pada tingkat keniraksaraan orang dewasa menjelang tahun 2015, terutama bagi kaum perempuan, dan akses yang adil pada pendidikan dasar dan berkelanjutan bagi semua orang dewasa.
  5. Menghapus disparitas gender dalam pendidikan dasar dan menengah menjelang tahun 2005 dan mencapai persamaan gender dalam pendidikan menjelang tahun 2015 dengan suatu fokus jaminan bagi perempuan atas akses penuh dan sama pada prestasi dalam pendidikan dasar dengan kualitas yang baik
  6. Memperbaiki semua aspek kualitas pendidikan dan menjamin keunggulannya, sehingga hasil belajar yang diakui dan terukur dapat diraih oleh semua, terutama dalam keaksaraan, angka dan kecakapan hidup (life skills) yang penting.
Seruan International Education For All ( EFA) yang dikumandangkan UNESCO sebagai kesepakatan global hasil World Education Forum di Dakar, Senegal tahun 2000, penuntasan EFA diharapkan tercapai pada tahun 2015.
Seruan ini senafas dengan semangat dan jiwa Pasal 31 UUD 1945 tentang hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan dan Pasal 32 UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatur mengenai Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus.
Pernyataan Salamanca Tahun 1994 merupakan perluasan tujuan Education For All melandasi pemerataan kesempatan belajar bagi anak berkebutuhan khusus dengan mempertimbangkan pergeseran kebijakan pemerintah yang mendasar untuk menggalakkan pendekatan pendidikan inklusif.
Melalui pendidikan inklusif ini diharapkan sekolah-sekolah reguler dapat melayani semua anak, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus.
Dalam menerapkan pendidikan inklusif sekolah reguler memerlukan dukungan sekolah luar biasa dan Sentra PK/PLK sebagai Pusat Sumber.
Surat Edaran Dirjen Dikdasmen Depdiknas No. 380/C.C6/MN/2003 tanggal 20 Januari 2003 perihal pendidikan inklusif : Menyelenggarakan dan mengembangkan di setiap Kabupaten/Kota sekurang-kurangnya 4 (empat) sekolah yang terdiri dari : SD, SMP, SMA, SMK.
Landasan Filosofis
“Bhineka Tunggal Ika”. Filsafat ini wujud pengakuan kebhinekaan manusia, baik vertikal maupun horizontal yang mengemban misi tunggal sebagai umat Tuhan di muka bumi. Kebhinekaan vertikal ditandai dengan perbedaan, kecerdasan, fisik, finansial, pangkat, kemampuan, pengendalian diri dsb. Kebhinekaan horizontal diwarnai dengan perbedaan suku bangsa, ras, bahasa, budaya, agama, tempat tinggal, daerah afiliasi politik, dsb.
Bertolak dari filosofis tersebut maka, kecacatan dan keberbakatan hanyalah satu bentuk kebhinekaan seperti halnya perbedaan suku, ras, bahasa, budaya dan agama. Artinya dari individu kecacatan pasti ditemukan keunggulan tertentu, sebaliknya di dalam diri individu berbakat, pasti terdapat kecacatan tertentu, karena tidak ada makhluk di dunia ini yang sempurna. Sistem Pendidikan harus memungkinkan terjadinya pergaulan dan interaksi antar peserta didik yang beragam sehingga mendorong sikap demokratis dan penghargaan asas HAM.
Beberapa Kebaikan Pendidikan Inklusif
  • Membangun kesadaran dan konsensus  pentingnya Pendidikan Inklusif sekaligus menghilangkan sikap dan nilai yang diskriminatif.
  • Melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk melakukan analisis situasi pendidikan lokal, mengumpulkan informasi.
  • Semua anak pada setiap distrik dan mengidentifikasi alasan mengapa mereka tidak sekolah.
  • Mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan kelainan fisik, sosial, dan masalah lainnya terhadap akses dan pembelajaran.
  • Melibatkan masyarakat dalam melakukan perencanaan dan monitoring mutu pendidikan bagi semua anak.
Alasan Pendidikan Inklusif Diterapkan
  • Semua anak mempunyai hak yang sama untuk tidak di-diskriminasi-kan dan memperoleh pendidikan yang bermutu.
  • Semua anak mempunyai kemampuan untuk mengikuti pelajaran tanpa melihat kelainan dan kecacatannya.
  • Perbedaan merupakan penguat dalam meningkatkan mutu pembelajaran bagi semua anak.
  • Sekolah dan guru mempunyai kemampuan untuk belajar merespon dari kebutuhan pembelajaran yang berbeda.
  • Bentuk Sekolah Inklusif
  • Sekolah Biasa/Sekolah Umum, yang mengakomodasi semua Anak Berkebutuhan Khusus
  • SLB/Sekolah Luar Biasa/Sekolah Khusus yang mengakomodasi anak normal
(Sekolah Inklusif adalah Sekolah yang terpilih melalui seleksi dan memiliki kesiapan baik  Kepala Sekolah, Guru, Orang Tua, Peserta Didik, Tenaga Administrasi dan Lingkungan Sekolah/Masyarakat).
Oleh: Lilis Lismaya, S. Pd. (Praktisi Pendidikan Inklusif)

Minggu, 06 September 2015

Amanah Dari Allah

Anak merupakan amanah Allah yang diberikan kepada orangtua untuk dididik, dibina dengan ajaran Islam agar hidupnya selamat di dunia hingga akherat. Anak dalam ajaran Islam merupakan investasi akherat dari orangtuanya sehingga memperlakukan anak dengan mencintainya merupakan keharusan orangtuanya. Dari Aisyah – istri Rasulullah SAW – berkata: “Telah datang padaku seorang wanita bersama dengan dua orang anaknya meminta sesuatu kepadaku. Aku hanya memiliki sebutir korma, lalu aku berikan padanya. ibu itu kemudian membaginya untuk kedua anaknya, lalu pergi. Kemudian Rasulullah SAW  datang dan aku ceritakan kepadanya. Nabi bersabda: barangsiapa yang dikaruniai  anak-anak perempuan lalu berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak itu akan menjadi penghalangnya dari neraka”. (HR Al Bukhari, Muslim dan At Tirmidzi).

Mencintai anak merupakan naluri atau fithrah yang diberikan Allah kepada hamba-Nya sebagaimana firman-Nya“dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).[Ali Imran 3;14]

Kecintaan kepada anak, bagi seorang muslim memberikan motivasi untuk melindungi, mendidik dan membesarkannya sehingga sebuah kebanggaan bila orangtua tahu anaknya berprestasi disekolah atau dalam masyarakat dan sebaliknya betapa hancur hati orangtua bila dia ketahui sang anak berbuat maksiat. Perlakuan baik, santun dan bijak kepada anak akan menjadikan anak-anak kita seperti orang yang dihargai sehingga memotivasinya untuk berbuat yang lebih bermanfaat pada masa yang akan datang.

            Usamah  bin Zaid berkata bahwa suatu hari Rasulullah saw, memeluk Hasan dan Husein seraya berkata,”Ya Allah, sesungguhnya aku menyayangi keduanya maka sayangilah mereka”[HR. Bukhari].
Dari Anas bin Malik RA berkata: Rasulullah saw menggendong Ibrahim dan menciuminya. (HR. Al Bukhari)
Ibnu Al Baththal berkata: Diperbolehkan mencium anak kecil, di semua anggota badannya. Demikian juga orang dewasa –menurut mayoritas ulama-, kecuali auratnya. Maka tidak boleh hukumnya mencium aurat anak.Rasulullah mengambil anaknya –Ibrahim- dari ibunya Mariyah Al Qibthiyah,
Mencium dengan mulutnya, mencium dengan hidungnya, sepertinya ia adalah   ُ  pengharumnya
Anak-anak itu diciumi serasa parfum – sepertinya. Rasulullah saw menerangkan dua cucunya Al Hasan dan Al Husain, dua putra Fatimah dengan kalimat: Keduanya adalah keharumanku di dunia. (HR Al Bukhari dari Ibnu Umar RA)

Itulah ciuman yang Rasulullah saw lakukan kepada cucunya, menunjukkan cinta dan kasih sayangnya.
Hadits ini menunjukkan cinta anak dan menciumnya.Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah saw menciumi Al Hasan bin Ali, di hadapan Al Aqra’ bin Habis At Tamimiy yang sedang duduk. Lalu Al Aqra’ berkata: Sesungguhnya aku memiliki sepuluh anak, dan aku belum pernah menciumi seorang pun. Lalu Rasulullah saw memandanginya dan bersabda: “Barang siapa yang tidak menyayangi maka tidak akan disayangi” (HR. Al Bukhari).[Menyayangi Anak dan Menciuminya,dakwatuna.com 24/1/2011 | 18 Shafar 1432 H].

Tak ada orangtua yang menghendaki anaknya jadi anak yang nakal, suka berbohong, mencuri, berkata kotor, malas dan kasar kepada orang lain, tapi sebenarnya hal itu mereka lakukan karena adanya didikan yang dia terima dari orangtuanya, yaitu didikan yang tidak disengaja melalui sikap dan prilaku orangtuanya sehingga anak melakukan hal-hal yang tidak kita senangi.

Tanpa disadari terkadang perlakuan orang tua berpengaruh terhadap rendahnya kepercayaan diri anak. Kesalahan dalam memperlakukan anak akan berakibat fatal pada perkembangan psikologisnya. Beberapa kesalahan yang kadang dilakukan orang tua dan dapat menghambat kepercayaan diri anak antara lain: orang tua yang terlalu sering memanja-kan anak, mendidik dengan mengandalkan ben-takan dan pukulan, tidak menciptakan suasana psikologis yang membuat anak merasa nyaman, menakut-nakuti anak, dan tidak memberikan keleluasaan kepada anak untuk berpikir dan bertindak.

 Langkah awal dalam membangun kepercaya-an diri anak adalah dengan memberikan respek terhadap apa yang dilakukan. Jika orang tua, teman, guru dan orang-orang di sekitar anak memberikan perhatian, penghargaan, kasih sayang, dorongan dan semua yang bernilai positif, maka kepercayaan diri anak insya Allah akan muncul. Langkah berikutnya, berikan anak kesempatan terus menerus untuk menguji kemampuan dan belajar dari keberhasilan dan kegagalannya. Bila anak didorong untuk terus mencoba, insya Allah akan ada peningkatan kemampuan. Hargailah peningkatan kemampuan yang dapat dicapai anak sekecil apapun. Pada anak yang sedang belajar berjalan misalnya, biasanya dua kali melangkah langsung jatuh. Begitu dapat tiga langkah, berilah pujian.  

“Cintailah anak-anak dan kasih-sayangilah mereka. Bila menjanjikan sesuatu kepada mereka, tepatilah. Sesungguhnya yang mereka ketahui, hanya kamulah yang memberi mereka rezeki,” (HR. Bukhari).
 Tanpa disadari pula, terkadang orang tua sering meletakkan harapan terlalu tinggi pada anak. Dan ketika anak tidak mampu melakukannya, orang tua menghujani dengan kritikan-kritikan, atau membandingkan dengan anak-anak yang lain. Padahal harapan itu seharusnya disesuaikan dengan kemampuan anak sendiri.  [Dra (Psi) Zulia Ilmawati , Menumbuhkah Kepercayaan Diri Anak, Media ummat;Thursday, 14 April 2011 15:45].

Kecintaan kepada anak selain memenuhi kebutuhan materi juga menjaga sikap-sikap kasar kepadanya, kita boleh memarahi anak dikala dia melakukan kesalahan atau kenakalan tapi lakukan dengan lemah lembut, jangan sampai terjadi pemukulan kepadanya.

Dan beliau bersabda, “Jika Allah menginginkan kebaikan bagi sebuah anggota keluarga maka Dia akan memasukkan kelembutan kepada mereka” (HR. Ahmad 6/71, 6/104-105, hadits shahih)
Sabda beliau, “Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan mencintai kelembutan.” (HR. Muslim 2593 dari ‘Aisyah secara marfu’)

Selama dalam perbaikan tidak memerlukan pemukulan maka janganlah memukul. Karena Nabi shallallahu’alaihi wasallam sendiri bila harus memilih antara dua pilihan maka beliau memilih yang paling mudah selama bukan dosa. (HR. Bukhari 3560 dan Muslim 2327 dari ‘Aisyah secara marfu’)
Telah diriwayatkan pula bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam tidak pernah memukul sesuatu dengan tangannya sama sekali, tidak kepada istri beliau ataupun pembantu beliau. Beliau hanya memukul ketika berperang dijalan Allah. (HR. Muslim 2328)

Maka kita sebaiknya menggunakan kata-kata nasehat jika ingin memperbaiki perilaku anak atau dengan menggunakan dorongan dan motivasi.
Bila kata-kata yang baik tidak berpengaruh maka kita gunakan kata-kata yang berisi teguran dan ancaman sesuai dengan kesalahan anak. Bila juga tidak bermanfaat maka saatnya memukul. Untuk itu kondisi tabiat anak berbeda-beda.
Diantara mereka ada yang cukup dengan isyarat mata untuk menghukum dan menegurnya. Isyarat mata ini memberikan pengaruh yang kuat pada dirinya dan menjadi sebab berhenti dari kesalahan yang ia lakukan.
Diantara mereka ada yang jika Anda membuang muka darinya maka dia segera paham maksud Anda dan berhenti dari kesalahannya.
Diantara mereka ada yang berubah dengan kata-kata baik. Maka gunakan kata-kata yang baik untuk anak yang seperti ini.
Dan diantara mereka tidaka ada yang membuatnya sadar kecuali harus dengan pukulan dan perlakukan keras. Maka untuk anak tipe seperti inilah kita lakukan pemukulan dan berlaku keras. Akan tetapi sesuai dengan kebutuhan saja serta tidak menjadikannya kebiasaan. Seperti halnya seorang dokter yang memberi suntikan kepada pasiennya walaupun suntikan itu menyakitkan akan tetapi suntikan itu sebatas kadar penyakitnya saja.[Bolehkah Memukul Anak? Muslimah.or.idJanuary 9, 2012].

Pendapat yang menyatakan, “Satu teladan lebih baik dari pada seribu instruksi”, agaknya benar, sebab anak lebih cendrung meniru segala sikap dan tingkah laku dari orang tua atau orang yang lebih besar darinya. Sebagaimana Lukmanul Hakim, namanya disebutkan dalam Al Qur’an karena kemahirannya memberikan teladan kepada anak-anaknya sebagai media pendidikan yang praktis, sebagaimana yang dijelaskan oleh Khofifah Indar Parawansa Mantan Menteri Peranan Wanita dan Ketua Umum DPP Muslimat NU

Nama Luqmanul Hakim sangat popular dalam dunia Islam, karena nasihat-nasihatnya yang penuh hikmah. Bukan sekadar pesan, namun nasihatnya merupakan pendidikan seorang bapak terhadap anaknya yang penuh dengan kasih sayang serta ajaran tentang akidah dan akhlak. Karena keteladanannya dalam mendidik anak itu pula, Allah mengabadikan namanya dalam Alquran, yakni Surah Luqman.

Tentang asal-usul Luqman, ada beda pendapat di antara para ulama. Ibnu Abbas menyatakan bahwa Luqman adalah seorang tukang kayu dari Habsyi. Riwayat lain menyebutkan, ia bertubuh pendek dan berhidung mancung dari Nubah, dan ada yang berpendapat dia berasal dari Sudan. Dan, ada pula yang berpendapat Luqman adalah seorang hakim di zaman Nabi Daud AS.

Ada enam hal penting yang disampaikan Luqman kepada anaknya. Pertama, larangan mempersekutukan Allah. (QS Luqman: 13). Kedua, berbuat baik kepada dua orang ibu-bapak. (QS Luqman: 14). Ketiga, sadar terhadap pengawasan Allah. (QS Luqman: 16). Keempat, mendirikan shalat, 'amar makruf nahi mungkar, dan sabar dalam menghadapi persoalan. (QS Luqman: 17). Kelima, larangan sombong dan membanggakan diri (QS Luqman: 18). Dan keenam, bersikap sederhana dan bersuara rendah (QS Luqman: 19).

Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari kisah Luqman tersebut, terutama soal keteladanan seorang bapak dalam mendidik anak. Luqman menanamkan tauhid dan keimanan kepada Allah SWT, juga norma dan tata cara berhubungan dengan keluarga dan masyarakat luas. Luqman tidak hanya berbicara, tapi langsung memberikan uswah (teladan) kepada anaknya.

Urgensi keteladanan disebutkan dalam hadis nabi. "Barang siapa yang memberikan contoh baik, maka baginya pahala atas perbuatan baiknya dan pahala orang yang mengikuti hingga hari kiamat, yang demikian itu tidak menghalangi pahala orang-orang yang mengikutinya sedikit pun. Dan barang siapa yang memberi contoh buruk, maka baginya dosa atas perbuatannya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tanpa dikurangi sedikit pun dosa orang-orang yang mengikutinya." (HR Imam Muslim).

Dalam konteks sekarang, kisah Luqman perlu disosialisasikan secara terus-menerus di tengah bermunculannya kasus anak-anak yang tidak mendapatkan hak sewajarnya dalam keluarga. Mereka hidup nyaris tanpa perlindungan. Bahkan, banyak anak hidup di bawah ancaman dan kekerasan, karena orang tua lari dari tanggung jawab. Di sisi lain, kini banyak perilaku negatif di masyarakat yang bisa mendorong anak-anak menjadi jauh dari akidah dan akhlak Islam. Tayang televisi yang kurang bermutu, serta maraknya aksi pornografi dan pornoaksi, merupakan bagian dari penyebabnya. Akibatnya, anak-anak kerap mengalami krisis keteladanan.

Untuk itu,  keluarga memegang peran penting agar anak-anak menemukan keteladanan dalam hidupnya. Dari keluarga, anak menemukan tata nilai agama dan norma yang berhubungan dengan masyarakat, sebagaimana diajarkan Rasulullah SAW. Sehingga, terbentuk keluarga sakinah yang senantiasa dinaungi hidayah Allah SWT.[Keteladanan dalam Mendidik Anak, republika.co.id.  Kamis, 02 Juni 2011 02:00 WIB].
Cinta terhadap anak selain merupakan naluri  atau fithrahnya manusia juga keinginan orangtua untuk beramal lebih banyak sebab segala kebaikan yang dikeluarkan oleh orangtua tidaklah percuma saja tapi bernilai ibadah apalagi mampu mencetak anak jadi anak yang shaleh dan shalehah.
Salah satu amal yang tidak pernah terputus pahalanya sekalipun kita telah meninggalkan dunia ini adalah anak yang shalih. Doa anak yang shalih merupakan salah satu doa yang insya Allah pasti terkabul. Karenanya, orang tua harus mendidik anak dengan sebaik-baiknya. Memang, tak mudah membesarkan anak hingga menjadi pribadi ideal, meraih sukses dunia-akhirat. Butuh kesabaran, kerja keras, keikhlasan, dan masih banyak lagi. Tanpa bermaksud menyederhanakan, berikut beberapa tips yang diaplikasikan oleh orang tua yang disarikan dari tata cara mendidik anak ala Rasulullah SAW:
1. Menanamkan Nilai-nilai Tauhid
Mengajarkan tauhid kepada anak, mengesakan Allah dalam hal beribadah kepada-Nya, menjadikannya lebih mencintai Allah daripada selain-Nya, tidak ada yang ditakutinya kecuali Allah. Selain itu, orang tua harus menekankan bahwa setiap langkah manusia selalu dalam pengawasan Allah Swt. dan penerapan konsep tersebut adalah dengan berusaha menaati peraturan dan menjauhi larangan-Nya. Orang tua selaku guru pertama bagi anak-anaknya harus mampu menyesuaikan tingkah lakunya dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam Islam. Ini adalah pendidikan yang paling penting di atas hal-hal penting lainnya.
2. Menjadi Sahabat dan Mendidik dengan Keteladanan
Setiap anak akan belajar dari lingkungannya dan dalam hal ini lingkungan keluarga akan sangat berpengaruh pada perkembangan kepribadiannya. Orang-orang di sekelilingnya akan menjadi model dan contoh dalam bersikap. Orang tua harus menjadi teladan anak-anaknya. Beri contoh yang baik sesuai nasihat dan ucapannya kepada para anak. Akan lucu jika yang disampaikan orang tua kepada anak-anaknya ternyata tidak dilakukan oleh orang tua itu sendiri. Keteladanan sangat menentukan, terlebih di zaman sekarang media tontonan tidak dapat diharapkan menjadi contoh yang baik bagi pembentukan akhlak anak-anak Muslim.
3. Mendidik dengan Kebiasaan
Kebaikan harus dimulai dengan pembiasaan. Anak harus dibiasakan bangun pagi agar mereka gemar melaksanakan shalat subuh. Anak harus dibiasakan ke masjid agar mereka gemar melakukan berbagai ritual ibadah di masjid. Pembiasaan itu harus dimulai sejak dini, bahkan pembiasaan membaca Alquran pun bisa dimulai sejak dalam kandungan. Pembiasaan shalat pada anak harus sudah dimulai sejak anak berumur tujuh tahun.
4. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak
Sebagai upaya menumbuhkan rasa percaya diri anak, Rasulullah SAW menggunakan beberapa cara berikut. Saat sedang berpuasa, Rasulullah mengajak anak-anak bermain sehingga siang yang panjang terasa cepat. Anak-anak akan menyongsong waktu berbuka dengan gembira. Hal ini juga membuat anak memiliki kepercayaan diri sehingga sanggup berpuasa sehari penuh. Sering membawa anak-anak ke majelis orang dewasa, resepsi, atau bersilaturahim ke rumah saudara sebagai upaya menumbuhkan kepercayaan diri sosialnya. Mengajari Alquran dan Sunnah serta menceritakan sirah nabi untuk meningkatkan kepercayaan diri ilmiahnya. Menanamkan kebiasaan berjual-beli untuk meningkatkan kepercayaan diri anak terkait ekonomi dan bisnis. Di samping itu, sejak dini anak akan terlatih mandiri secara ekonomi.
5. Memotivasinya  Berbuat Baik
Seorang anak, meski kecil, juga terdiri atas jasad dan hati. Mereka dilahirkan dalam keadaan bersih dan suci sehingga hatinya yang putih dan lembut itu pun akan mudah tersentuh dengan kata-kata yang hikmah. Anak-anak, terutama pada usia emas (golden age), cenderung lebih mudah tersentuh oleh motivasi ketimbang ancaman. Karenanya, hendaknya orang tua tidak mengandalkan ancaman untuk mendidik buah hati. Lebih baik orang tua memotivasi anak dengan mengatakan bahwa kebaikan akan mendapat balasan surga dengan segala kenikmatannya. Itu pulalah yang dicontohkan  Rasulullah kepada kita ketika beliau mendidik para sahabat. [Mendidik Anak Cara Rasullulah, Media ummat Thursday, 03 November 2011 19:04].
Cinta terhadap anak tidak cukup hanya memberikan makanan yang bergizi padanya, makanan yang baik lagi halal sangat mempengaruhi perkembangan anak, selain itu cinta kepada anak tidak cukup hanya memberikan pendidikan setinggi-tingginya kepada mereka, tapi jangan lupa untuk menanamkan iman yang bersih dari syirik dan amal yang shaleh, anak walaupun mereka masih kecil, tidak bisa dilepaskan begitu saja, anak terserah anak dan orangtua terserah orangtua, tapi orangtua harus punya banyak peran untuk mencetak anak jadi anak yang baik, peran sebagai ayah yang memberikan nafkah lahir dan batin kepada anak-anaknya, sebagai sahabat, orangtua melakukan pendekatan secara personal kepada anaknya agar mengerti apa yang diinginkan anaknya dan orangtua juga diharapkan berperan sebagai ustadz yaitu memberikan wejangan-wejangan agama pada saat-saat tertentu kepada anak-anaknya, orangtua harus mempunyai kemampuan untuk itu agar ujud cinta kepada anak terujud, Wallahu A’lam