Senin, 14 September 2015

Renungan

Manusia hanyalah pengendara di atas punggung usianya.
Digulung hari demi hari, bulan, dan tahun tanpa terasa.
Nafas kita terus berjalan seiring jalannya Waktu, setia menuntun kita ke pintu kematian..
Sebenarnya dunialah yang makin kita jauhi dan liang kuburlah yang makin kita dekati.
Satu hari berlalu, berarti satu hari pula berkurang umur kita.
Umur kita yang tersisa di hari ini sungguh tak ternilai harganya, sebab esok hari belum tentu jadi bagian dari diri kita.
Karena itu,
jika hari berlalu tapi tiada Kebaikan dan Kebajikan yang kita lakukan maka akan keringlah batin kita.
Jangan tertipu dengan usia muda, karena syarat untuk mati tidaklah harus tua.
Jangan terperdaya dengan badan sehat, karena syarat untuk mati tidak pula harus sakit.
Teruslah berbuat baik... berkata baik...!
Kritisi semua yang tidak baik.
Walau tak banyak orang yang mengenalimu, tapi kebaikan dan kebajikan yang kita lakukanlah yang akan menuntun kita pada kebahagiaan, dan akan dikenang oleh mereka yang kita tinggalkan...
FB:https://www.facebook.com/hafidz.gress.5
(Hafit Bokko, S.Pd Palu Golden Hotel)

Pendidikan Inklusi

Apa itu Pendidikan Inklusif? 

Pengertian Pendidikan Inklusif
Menurut Stainback (1990) Sekolah Inklusif adalah Sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama. Kemudian Staub dan Peck (1995) mengemukakan bahwa Pendidikan Inklusif adalah Penempatan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) tingkat ringan, sedang dan berat, secara penuh di kelas reguler. Sedangkan Sapon-Shevin (O’ Neil 1995) menyatakan bahwa Pendidikan inklusi sebagai sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar ABK dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Inklusi terkandung unsur adanya:
  1. Layanan Pendidikan yang mengikutsertakan ABK untuk belajar bersama dengan anak sebayanya di kelas regular/ biasa terdekat dengan tempat tinggalnya;
  2. Pemberian akses seluas-luasnya kepada semua anak untuk memperoleh pendidikan yang bermutu;
  3. Pemberian layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan semua anak,
Sekolah Inklusif (di Indonesia) adalah sekolah biasa (SB) yang mengakomodasi semua peserta didik baik anak normal maupun anak berkebutuhan khusus (cacat fisik, intelektual, sosial, emosional, mental, cerdas, berbakat istimewa daerah terpencil/ terbelakang, suku terasing, korban bencana alam/ bencana sosial/ miskin), mempunyai perbedaan pangkat, warna kulit, gender, suku bangsa, ras, bahasa, budaya, agama, tempat tinggal, kelompok politik, anak kembar, yatim, yatim piatu, anak pedesaan, anak kota, anak terlantar, tuna wisma, anak terbuang, anak yang terlibat dalam sistem pengadilan remaja, anak terkena daerah konflik senjata, anak pengemis, anak terkena dampak narkoba HIV/ AIDS (ODHA), anak nomaden, dll sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya.
  • Pendidikan Inklusif adalah suatu strategi untuk memperbaiki sistem pendidikan melalui perubahan kebijakan dan pelaksanaan yang eksklusif.
  • Pendidikan Inklusif berfokus pada peminimalan dan penghilangan berbagai hambatan terhadap akses, partisipasi dan belajar bagisemua anak, terutama bagi mereka yang secara sosial terdiskriminasikan sebagai akibat kecacatan dan kelainannya.
  • Pendidikan inklusif melihat perbedaan individu bukan suatu masalah, namun lebih pada kesempatan untuk memperkaya pembelajaran bagi semua anak.
  • Pendidikan Inklusif melaksanakan hak setiap anak untuk tidak terdiskriminasikan secara hukum sebagaimana tercantum dalam konvensi PBB (UNCRC) tentang hak anak.
Pendidikan Inklusif menghendaki sistem pendidikan dan sekolah lebih menjadikan anak sebagai pusat dari pembelajaran fleksibel dan dapat menerima perbedaan karakteristik dan latar belakang setiap anak untuk hidup bersama. Hal ini merupakan langkah awal untuk mempromosikan hidup yang lebih toleran, damai dan demokrasi
Landasan Yuridis
Deklarasi Dakar
Pendidikan Untuk Semua (2000)
  1. Memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak dini usia, terutama bagi anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung
  2. Menjamin bahwa menjelang tahun 2015 semua anak, khususnya anak perempuan, anak-anak dalam keadaan sulit dan mereka yang termasuk minoritas etnik, mempunyai akses dan menyelesaikan pendidikan dasar yang bebas dan wajib dengan kualitas baik.
  3. Menjamin bahwa kebutuhan belajar semua manusia muda dan orang dewasa terpenuhi melalui akses yang adil pada program-program belajar dan kecakapan hidup (life skills) yang sesuai.
  4. Mencapai perbaikan 50% pada tingkat keniraksaraan orang dewasa menjelang tahun 2015, terutama bagi kaum perempuan, dan akses yang adil pada pendidikan dasar dan berkelanjutan bagi semua orang dewasa.
  5. Menghapus disparitas gender dalam pendidikan dasar dan menengah menjelang tahun 2005 dan mencapai persamaan gender dalam pendidikan menjelang tahun 2015 dengan suatu fokus jaminan bagi perempuan atas akses penuh dan sama pada prestasi dalam pendidikan dasar dengan kualitas yang baik
  6. Memperbaiki semua aspek kualitas pendidikan dan menjamin keunggulannya, sehingga hasil belajar yang diakui dan terukur dapat diraih oleh semua, terutama dalam keaksaraan, angka dan kecakapan hidup (life skills) yang penting.
Seruan International Education For All ( EFA) yang dikumandangkan UNESCO sebagai kesepakatan global hasil World Education Forum di Dakar, Senegal tahun 2000, penuntasan EFA diharapkan tercapai pada tahun 2015.
Seruan ini senafas dengan semangat dan jiwa Pasal 31 UUD 1945 tentang hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan dan Pasal 32 UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatur mengenai Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus.
Pernyataan Salamanca Tahun 1994 merupakan perluasan tujuan Education For All melandasi pemerataan kesempatan belajar bagi anak berkebutuhan khusus dengan mempertimbangkan pergeseran kebijakan pemerintah yang mendasar untuk menggalakkan pendekatan pendidikan inklusif.
Melalui pendidikan inklusif ini diharapkan sekolah-sekolah reguler dapat melayani semua anak, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus.
Dalam menerapkan pendidikan inklusif sekolah reguler memerlukan dukungan sekolah luar biasa dan Sentra PK/PLK sebagai Pusat Sumber.
Surat Edaran Dirjen Dikdasmen Depdiknas No. 380/C.C6/MN/2003 tanggal 20 Januari 2003 perihal pendidikan inklusif : Menyelenggarakan dan mengembangkan di setiap Kabupaten/Kota sekurang-kurangnya 4 (empat) sekolah yang terdiri dari : SD, SMP, SMA, SMK.
Landasan Filosofis
“Bhineka Tunggal Ika”. Filsafat ini wujud pengakuan kebhinekaan manusia, baik vertikal maupun horizontal yang mengemban misi tunggal sebagai umat Tuhan di muka bumi. Kebhinekaan vertikal ditandai dengan perbedaan, kecerdasan, fisik, finansial, pangkat, kemampuan, pengendalian diri dsb. Kebhinekaan horizontal diwarnai dengan perbedaan suku bangsa, ras, bahasa, budaya, agama, tempat tinggal, daerah afiliasi politik, dsb.
Bertolak dari filosofis tersebut maka, kecacatan dan keberbakatan hanyalah satu bentuk kebhinekaan seperti halnya perbedaan suku, ras, bahasa, budaya dan agama. Artinya dari individu kecacatan pasti ditemukan keunggulan tertentu, sebaliknya di dalam diri individu berbakat, pasti terdapat kecacatan tertentu, karena tidak ada makhluk di dunia ini yang sempurna. Sistem Pendidikan harus memungkinkan terjadinya pergaulan dan interaksi antar peserta didik yang beragam sehingga mendorong sikap demokratis dan penghargaan asas HAM.
Beberapa Kebaikan Pendidikan Inklusif
  • Membangun kesadaran dan konsensus  pentingnya Pendidikan Inklusif sekaligus menghilangkan sikap dan nilai yang diskriminatif.
  • Melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk melakukan analisis situasi pendidikan lokal, mengumpulkan informasi.
  • Semua anak pada setiap distrik dan mengidentifikasi alasan mengapa mereka tidak sekolah.
  • Mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan kelainan fisik, sosial, dan masalah lainnya terhadap akses dan pembelajaran.
  • Melibatkan masyarakat dalam melakukan perencanaan dan monitoring mutu pendidikan bagi semua anak.
Alasan Pendidikan Inklusif Diterapkan
  • Semua anak mempunyai hak yang sama untuk tidak di-diskriminasi-kan dan memperoleh pendidikan yang bermutu.
  • Semua anak mempunyai kemampuan untuk mengikuti pelajaran tanpa melihat kelainan dan kecacatannya.
  • Perbedaan merupakan penguat dalam meningkatkan mutu pembelajaran bagi semua anak.
  • Sekolah dan guru mempunyai kemampuan untuk belajar merespon dari kebutuhan pembelajaran yang berbeda.
  • Bentuk Sekolah Inklusif
  • Sekolah Biasa/Sekolah Umum, yang mengakomodasi semua Anak Berkebutuhan Khusus
  • SLB/Sekolah Luar Biasa/Sekolah Khusus yang mengakomodasi anak normal
(Sekolah Inklusif adalah Sekolah yang terpilih melalui seleksi dan memiliki kesiapan baik  Kepala Sekolah, Guru, Orang Tua, Peserta Didik, Tenaga Administrasi dan Lingkungan Sekolah/Masyarakat).
Oleh: Lilis Lismaya, S. Pd. (Praktisi Pendidikan Inklusif)

Minggu, 06 September 2015

Amanah Dari Allah

Anak merupakan amanah Allah yang diberikan kepada orangtua untuk dididik, dibina dengan ajaran Islam agar hidupnya selamat di dunia hingga akherat. Anak dalam ajaran Islam merupakan investasi akherat dari orangtuanya sehingga memperlakukan anak dengan mencintainya merupakan keharusan orangtuanya. Dari Aisyah – istri Rasulullah SAW – berkata: “Telah datang padaku seorang wanita bersama dengan dua orang anaknya meminta sesuatu kepadaku. Aku hanya memiliki sebutir korma, lalu aku berikan padanya. ibu itu kemudian membaginya untuk kedua anaknya, lalu pergi. Kemudian Rasulullah SAW  datang dan aku ceritakan kepadanya. Nabi bersabda: barangsiapa yang dikaruniai  anak-anak perempuan lalu berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak itu akan menjadi penghalangnya dari neraka”. (HR Al Bukhari, Muslim dan At Tirmidzi).

Mencintai anak merupakan naluri atau fithrah yang diberikan Allah kepada hamba-Nya sebagaimana firman-Nya“dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).[Ali Imran 3;14]

Kecintaan kepada anak, bagi seorang muslim memberikan motivasi untuk melindungi, mendidik dan membesarkannya sehingga sebuah kebanggaan bila orangtua tahu anaknya berprestasi disekolah atau dalam masyarakat dan sebaliknya betapa hancur hati orangtua bila dia ketahui sang anak berbuat maksiat. Perlakuan baik, santun dan bijak kepada anak akan menjadikan anak-anak kita seperti orang yang dihargai sehingga memotivasinya untuk berbuat yang lebih bermanfaat pada masa yang akan datang.

            Usamah  bin Zaid berkata bahwa suatu hari Rasulullah saw, memeluk Hasan dan Husein seraya berkata,”Ya Allah, sesungguhnya aku menyayangi keduanya maka sayangilah mereka”[HR. Bukhari].
Dari Anas bin Malik RA berkata: Rasulullah saw menggendong Ibrahim dan menciuminya. (HR. Al Bukhari)
Ibnu Al Baththal berkata: Diperbolehkan mencium anak kecil, di semua anggota badannya. Demikian juga orang dewasa –menurut mayoritas ulama-, kecuali auratnya. Maka tidak boleh hukumnya mencium aurat anak.Rasulullah mengambil anaknya –Ibrahim- dari ibunya Mariyah Al Qibthiyah,
Mencium dengan mulutnya, mencium dengan hidungnya, sepertinya ia adalah   ُ  pengharumnya
Anak-anak itu diciumi serasa parfum – sepertinya. Rasulullah saw menerangkan dua cucunya Al Hasan dan Al Husain, dua putra Fatimah dengan kalimat: Keduanya adalah keharumanku di dunia. (HR Al Bukhari dari Ibnu Umar RA)

Itulah ciuman yang Rasulullah saw lakukan kepada cucunya, menunjukkan cinta dan kasih sayangnya.
Hadits ini menunjukkan cinta anak dan menciumnya.Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah saw menciumi Al Hasan bin Ali, di hadapan Al Aqra’ bin Habis At Tamimiy yang sedang duduk. Lalu Al Aqra’ berkata: Sesungguhnya aku memiliki sepuluh anak, dan aku belum pernah menciumi seorang pun. Lalu Rasulullah saw memandanginya dan bersabda: “Barang siapa yang tidak menyayangi maka tidak akan disayangi” (HR. Al Bukhari).[Menyayangi Anak dan Menciuminya,dakwatuna.com 24/1/2011 | 18 Shafar 1432 H].

Tak ada orangtua yang menghendaki anaknya jadi anak yang nakal, suka berbohong, mencuri, berkata kotor, malas dan kasar kepada orang lain, tapi sebenarnya hal itu mereka lakukan karena adanya didikan yang dia terima dari orangtuanya, yaitu didikan yang tidak disengaja melalui sikap dan prilaku orangtuanya sehingga anak melakukan hal-hal yang tidak kita senangi.

Tanpa disadari terkadang perlakuan orang tua berpengaruh terhadap rendahnya kepercayaan diri anak. Kesalahan dalam memperlakukan anak akan berakibat fatal pada perkembangan psikologisnya. Beberapa kesalahan yang kadang dilakukan orang tua dan dapat menghambat kepercayaan diri anak antara lain: orang tua yang terlalu sering memanja-kan anak, mendidik dengan mengandalkan ben-takan dan pukulan, tidak menciptakan suasana psikologis yang membuat anak merasa nyaman, menakut-nakuti anak, dan tidak memberikan keleluasaan kepada anak untuk berpikir dan bertindak.

 Langkah awal dalam membangun kepercaya-an diri anak adalah dengan memberikan respek terhadap apa yang dilakukan. Jika orang tua, teman, guru dan orang-orang di sekitar anak memberikan perhatian, penghargaan, kasih sayang, dorongan dan semua yang bernilai positif, maka kepercayaan diri anak insya Allah akan muncul. Langkah berikutnya, berikan anak kesempatan terus menerus untuk menguji kemampuan dan belajar dari keberhasilan dan kegagalannya. Bila anak didorong untuk terus mencoba, insya Allah akan ada peningkatan kemampuan. Hargailah peningkatan kemampuan yang dapat dicapai anak sekecil apapun. Pada anak yang sedang belajar berjalan misalnya, biasanya dua kali melangkah langsung jatuh. Begitu dapat tiga langkah, berilah pujian.  

“Cintailah anak-anak dan kasih-sayangilah mereka. Bila menjanjikan sesuatu kepada mereka, tepatilah. Sesungguhnya yang mereka ketahui, hanya kamulah yang memberi mereka rezeki,” (HR. Bukhari).
 Tanpa disadari pula, terkadang orang tua sering meletakkan harapan terlalu tinggi pada anak. Dan ketika anak tidak mampu melakukannya, orang tua menghujani dengan kritikan-kritikan, atau membandingkan dengan anak-anak yang lain. Padahal harapan itu seharusnya disesuaikan dengan kemampuan anak sendiri.  [Dra (Psi) Zulia Ilmawati , Menumbuhkah Kepercayaan Diri Anak, Media ummat;Thursday, 14 April 2011 15:45].

Kecintaan kepada anak selain memenuhi kebutuhan materi juga menjaga sikap-sikap kasar kepadanya, kita boleh memarahi anak dikala dia melakukan kesalahan atau kenakalan tapi lakukan dengan lemah lembut, jangan sampai terjadi pemukulan kepadanya.

Dan beliau bersabda, “Jika Allah menginginkan kebaikan bagi sebuah anggota keluarga maka Dia akan memasukkan kelembutan kepada mereka” (HR. Ahmad 6/71, 6/104-105, hadits shahih)
Sabda beliau, “Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan mencintai kelembutan.” (HR. Muslim 2593 dari ‘Aisyah secara marfu’)

Selama dalam perbaikan tidak memerlukan pemukulan maka janganlah memukul. Karena Nabi shallallahu’alaihi wasallam sendiri bila harus memilih antara dua pilihan maka beliau memilih yang paling mudah selama bukan dosa. (HR. Bukhari 3560 dan Muslim 2327 dari ‘Aisyah secara marfu’)
Telah diriwayatkan pula bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam tidak pernah memukul sesuatu dengan tangannya sama sekali, tidak kepada istri beliau ataupun pembantu beliau. Beliau hanya memukul ketika berperang dijalan Allah. (HR. Muslim 2328)

Maka kita sebaiknya menggunakan kata-kata nasehat jika ingin memperbaiki perilaku anak atau dengan menggunakan dorongan dan motivasi.
Bila kata-kata yang baik tidak berpengaruh maka kita gunakan kata-kata yang berisi teguran dan ancaman sesuai dengan kesalahan anak. Bila juga tidak bermanfaat maka saatnya memukul. Untuk itu kondisi tabiat anak berbeda-beda.
Diantara mereka ada yang cukup dengan isyarat mata untuk menghukum dan menegurnya. Isyarat mata ini memberikan pengaruh yang kuat pada dirinya dan menjadi sebab berhenti dari kesalahan yang ia lakukan.
Diantara mereka ada yang jika Anda membuang muka darinya maka dia segera paham maksud Anda dan berhenti dari kesalahannya.
Diantara mereka ada yang berubah dengan kata-kata baik. Maka gunakan kata-kata yang baik untuk anak yang seperti ini.
Dan diantara mereka tidaka ada yang membuatnya sadar kecuali harus dengan pukulan dan perlakukan keras. Maka untuk anak tipe seperti inilah kita lakukan pemukulan dan berlaku keras. Akan tetapi sesuai dengan kebutuhan saja serta tidak menjadikannya kebiasaan. Seperti halnya seorang dokter yang memberi suntikan kepada pasiennya walaupun suntikan itu menyakitkan akan tetapi suntikan itu sebatas kadar penyakitnya saja.[Bolehkah Memukul Anak? Muslimah.or.idJanuary 9, 2012].

Pendapat yang menyatakan, “Satu teladan lebih baik dari pada seribu instruksi”, agaknya benar, sebab anak lebih cendrung meniru segala sikap dan tingkah laku dari orang tua atau orang yang lebih besar darinya. Sebagaimana Lukmanul Hakim, namanya disebutkan dalam Al Qur’an karena kemahirannya memberikan teladan kepada anak-anaknya sebagai media pendidikan yang praktis, sebagaimana yang dijelaskan oleh Khofifah Indar Parawansa Mantan Menteri Peranan Wanita dan Ketua Umum DPP Muslimat NU

Nama Luqmanul Hakim sangat popular dalam dunia Islam, karena nasihat-nasihatnya yang penuh hikmah. Bukan sekadar pesan, namun nasihatnya merupakan pendidikan seorang bapak terhadap anaknya yang penuh dengan kasih sayang serta ajaran tentang akidah dan akhlak. Karena keteladanannya dalam mendidik anak itu pula, Allah mengabadikan namanya dalam Alquran, yakni Surah Luqman.

Tentang asal-usul Luqman, ada beda pendapat di antara para ulama. Ibnu Abbas menyatakan bahwa Luqman adalah seorang tukang kayu dari Habsyi. Riwayat lain menyebutkan, ia bertubuh pendek dan berhidung mancung dari Nubah, dan ada yang berpendapat dia berasal dari Sudan. Dan, ada pula yang berpendapat Luqman adalah seorang hakim di zaman Nabi Daud AS.

Ada enam hal penting yang disampaikan Luqman kepada anaknya. Pertama, larangan mempersekutukan Allah. (QS Luqman: 13). Kedua, berbuat baik kepada dua orang ibu-bapak. (QS Luqman: 14). Ketiga, sadar terhadap pengawasan Allah. (QS Luqman: 16). Keempat, mendirikan shalat, 'amar makruf nahi mungkar, dan sabar dalam menghadapi persoalan. (QS Luqman: 17). Kelima, larangan sombong dan membanggakan diri (QS Luqman: 18). Dan keenam, bersikap sederhana dan bersuara rendah (QS Luqman: 19).

Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari kisah Luqman tersebut, terutama soal keteladanan seorang bapak dalam mendidik anak. Luqman menanamkan tauhid dan keimanan kepada Allah SWT, juga norma dan tata cara berhubungan dengan keluarga dan masyarakat luas. Luqman tidak hanya berbicara, tapi langsung memberikan uswah (teladan) kepada anaknya.

Urgensi keteladanan disebutkan dalam hadis nabi. "Barang siapa yang memberikan contoh baik, maka baginya pahala atas perbuatan baiknya dan pahala orang yang mengikuti hingga hari kiamat, yang demikian itu tidak menghalangi pahala orang-orang yang mengikutinya sedikit pun. Dan barang siapa yang memberi contoh buruk, maka baginya dosa atas perbuatannya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tanpa dikurangi sedikit pun dosa orang-orang yang mengikutinya." (HR Imam Muslim).

Dalam konteks sekarang, kisah Luqman perlu disosialisasikan secara terus-menerus di tengah bermunculannya kasus anak-anak yang tidak mendapatkan hak sewajarnya dalam keluarga. Mereka hidup nyaris tanpa perlindungan. Bahkan, banyak anak hidup di bawah ancaman dan kekerasan, karena orang tua lari dari tanggung jawab. Di sisi lain, kini banyak perilaku negatif di masyarakat yang bisa mendorong anak-anak menjadi jauh dari akidah dan akhlak Islam. Tayang televisi yang kurang bermutu, serta maraknya aksi pornografi dan pornoaksi, merupakan bagian dari penyebabnya. Akibatnya, anak-anak kerap mengalami krisis keteladanan.

Untuk itu,  keluarga memegang peran penting agar anak-anak menemukan keteladanan dalam hidupnya. Dari keluarga, anak menemukan tata nilai agama dan norma yang berhubungan dengan masyarakat, sebagaimana diajarkan Rasulullah SAW. Sehingga, terbentuk keluarga sakinah yang senantiasa dinaungi hidayah Allah SWT.[Keteladanan dalam Mendidik Anak, republika.co.id.  Kamis, 02 Juni 2011 02:00 WIB].
Cinta terhadap anak selain merupakan naluri  atau fithrahnya manusia juga keinginan orangtua untuk beramal lebih banyak sebab segala kebaikan yang dikeluarkan oleh orangtua tidaklah percuma saja tapi bernilai ibadah apalagi mampu mencetak anak jadi anak yang shaleh dan shalehah.
Salah satu amal yang tidak pernah terputus pahalanya sekalipun kita telah meninggalkan dunia ini adalah anak yang shalih. Doa anak yang shalih merupakan salah satu doa yang insya Allah pasti terkabul. Karenanya, orang tua harus mendidik anak dengan sebaik-baiknya. Memang, tak mudah membesarkan anak hingga menjadi pribadi ideal, meraih sukses dunia-akhirat. Butuh kesabaran, kerja keras, keikhlasan, dan masih banyak lagi. Tanpa bermaksud menyederhanakan, berikut beberapa tips yang diaplikasikan oleh orang tua yang disarikan dari tata cara mendidik anak ala Rasulullah SAW:
1. Menanamkan Nilai-nilai Tauhid
Mengajarkan tauhid kepada anak, mengesakan Allah dalam hal beribadah kepada-Nya, menjadikannya lebih mencintai Allah daripada selain-Nya, tidak ada yang ditakutinya kecuali Allah. Selain itu, orang tua harus menekankan bahwa setiap langkah manusia selalu dalam pengawasan Allah Swt. dan penerapan konsep tersebut adalah dengan berusaha menaati peraturan dan menjauhi larangan-Nya. Orang tua selaku guru pertama bagi anak-anaknya harus mampu menyesuaikan tingkah lakunya dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam Islam. Ini adalah pendidikan yang paling penting di atas hal-hal penting lainnya.
2. Menjadi Sahabat dan Mendidik dengan Keteladanan
Setiap anak akan belajar dari lingkungannya dan dalam hal ini lingkungan keluarga akan sangat berpengaruh pada perkembangan kepribadiannya. Orang-orang di sekelilingnya akan menjadi model dan contoh dalam bersikap. Orang tua harus menjadi teladan anak-anaknya. Beri contoh yang baik sesuai nasihat dan ucapannya kepada para anak. Akan lucu jika yang disampaikan orang tua kepada anak-anaknya ternyata tidak dilakukan oleh orang tua itu sendiri. Keteladanan sangat menentukan, terlebih di zaman sekarang media tontonan tidak dapat diharapkan menjadi contoh yang baik bagi pembentukan akhlak anak-anak Muslim.
3. Mendidik dengan Kebiasaan
Kebaikan harus dimulai dengan pembiasaan. Anak harus dibiasakan bangun pagi agar mereka gemar melaksanakan shalat subuh. Anak harus dibiasakan ke masjid agar mereka gemar melakukan berbagai ritual ibadah di masjid. Pembiasaan itu harus dimulai sejak dini, bahkan pembiasaan membaca Alquran pun bisa dimulai sejak dalam kandungan. Pembiasaan shalat pada anak harus sudah dimulai sejak anak berumur tujuh tahun.
4. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak
Sebagai upaya menumbuhkan rasa percaya diri anak, Rasulullah SAW menggunakan beberapa cara berikut. Saat sedang berpuasa, Rasulullah mengajak anak-anak bermain sehingga siang yang panjang terasa cepat. Anak-anak akan menyongsong waktu berbuka dengan gembira. Hal ini juga membuat anak memiliki kepercayaan diri sehingga sanggup berpuasa sehari penuh. Sering membawa anak-anak ke majelis orang dewasa, resepsi, atau bersilaturahim ke rumah saudara sebagai upaya menumbuhkan kepercayaan diri sosialnya. Mengajari Alquran dan Sunnah serta menceritakan sirah nabi untuk meningkatkan kepercayaan diri ilmiahnya. Menanamkan kebiasaan berjual-beli untuk meningkatkan kepercayaan diri anak terkait ekonomi dan bisnis. Di samping itu, sejak dini anak akan terlatih mandiri secara ekonomi.
5. Memotivasinya  Berbuat Baik
Seorang anak, meski kecil, juga terdiri atas jasad dan hati. Mereka dilahirkan dalam keadaan bersih dan suci sehingga hatinya yang putih dan lembut itu pun akan mudah tersentuh dengan kata-kata yang hikmah. Anak-anak, terutama pada usia emas (golden age), cenderung lebih mudah tersentuh oleh motivasi ketimbang ancaman. Karenanya, hendaknya orang tua tidak mengandalkan ancaman untuk mendidik buah hati. Lebih baik orang tua memotivasi anak dengan mengatakan bahwa kebaikan akan mendapat balasan surga dengan segala kenikmatannya. Itu pulalah yang dicontohkan  Rasulullah kepada kita ketika beliau mendidik para sahabat. [Mendidik Anak Cara Rasullulah, Media ummat Thursday, 03 November 2011 19:04].
Cinta terhadap anak tidak cukup hanya memberikan makanan yang bergizi padanya, makanan yang baik lagi halal sangat mempengaruhi perkembangan anak, selain itu cinta kepada anak tidak cukup hanya memberikan pendidikan setinggi-tingginya kepada mereka, tapi jangan lupa untuk menanamkan iman yang bersih dari syirik dan amal yang shaleh, anak walaupun mereka masih kecil, tidak bisa dilepaskan begitu saja, anak terserah anak dan orangtua terserah orangtua, tapi orangtua harus punya banyak peran untuk mencetak anak jadi anak yang baik, peran sebagai ayah yang memberikan nafkah lahir dan batin kepada anak-anaknya, sebagai sahabat, orangtua melakukan pendekatan secara personal kepada anaknya agar mengerti apa yang diinginkan anaknya dan orangtua juga diharapkan berperan sebagai ustadz yaitu memberikan wejangan-wejangan agama pada saat-saat tertentu kepada anak-anaknya, orangtua harus mempunyai kemampuan untuk itu agar ujud cinta kepada anak terujud, Wallahu A’lam

jangan ...

Selain aqidah dan ibadah maka islam juga punya kekuatan lain yang mengatur tentang sikap dan sifat manusia untuk hidup secara baik diantaranya hubungan antar sesama manusia, hal itu disebut dengan akhlak, walaupun sebenarnya akhlak bukan hanya mengatur hubungan itu saja, akhlak kepada Allah, akhlak  kepada Rasul dan kepada lingkungan juga merupakan aturan yang diajarkan.

 Syariah Islam adalah syariah yang sempurna yang menekankan pada pembinaan pribadi yang Islami dari segala aspeknya, sebagaimana yang di Sabdakan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam:“Orang yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi)

Akhlak yang mulia merupakan refleksi iman dan buahnya, iman tidak akan menampakkan buahnya tanpa akhlak. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa tujuan terbesar diutusnya adalah untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang mulia, beliau bersabda:“Sesungguhnya saya di bangkitkan untuk menyempurnakan akhla-akhlak yang mulia.” (HR. Bukhari dan Ahmad

Oleh sebab itu Allah menyanjung Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan akhlak yang baik, Allah berfirman  yang artinya:“Dan sesungguhnya engkau  ( Muhammad) benar-benar berakhlak yang agung.” (Al-Qalam 4)
Setiap kali seorang pelajar muslim mempunyai budi pekerti Islami dalam tingkah lakunya, semakin dekatlah ia kepada kesempurnaan yang dicita-citakan yang dapat mendorong untuk semakin bernilai dan semakin dekat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Sebaliknya bila ia semakin jauh dari budi pekerti dan etika Islami, maka pada hakekatnya ia semakin jauh dari ruh dan system dasar Islam, sehingga ia menjadi manusia robot yang tiada memiliki ruh dan perasaan. Maka timbullah tawuran antar pelajar yang sekarang marak terjadi.
Ibadah-ibadah dalam Islam sangat erat kaitannya dengan akhlak. Setiap ibadah tidak bernilai bila tidak tergambarkan dalam bentuk akhlak yang utama. Shalat misalnya dapat memelihara manusia dari perbuatan keji dan munkar; puasa yang dapat mengantarkan kepada takwa, zakat dapat membersihkan hati, mensucikan dan membebaskan jiwa dari penyakit bakhil, haji merupakan lapangan nyata untuk membersihkan dan mensucikan diri dari penyakit iri dan dengki.[ Choirul Hisyam,Inilah Akhlaq Islam, 3 December 2011,Nahi Munkar.com]. 

Rasulullah saw, bersabda,”Haram hukumnya bagi seorang mukmin merongrong harta, kehormatan atau jiwa muslim yang lain. Seseorang telah dicatat melakukan suatu kejahatan jika menghina saudaranya sesama muslim.”[HR. Abu Dawud].

Rasulullah saw, bersabda,”Janganlah saling mendengki, menyiarkan aib orang lain, dan saling membelakangi [bermusuh-musuhan]. Selain itu, janganlah seseorang membeli [barang] yang telah dibeli oleh orang lain, tapi jadilah kalian hamba Allah yang saling bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Oleh karena itu,dia tidak boleh menzhaliminya, merendahkannya, maupun menghinanya. Takwa itu berada di sini [sambil menunjuk ke dada beliau tiga kali]. Seorang muslim sudah dipandang melakukan kejahatan jika dia mengejek saudaranya sesame muslim. Seorang muslim diharamkan mengganggu jiwa, harta, maupun kehormatan muslim yang lain.”[HR. Ahmad].

Hadits di atas mengajarkan kepada kita sebagian syarat-syarat ukhuwah Islamiyah yang harus dipenuhi oleh setiap muslim, di antaranya: 

Larangan Saling Mendengki
"Dan janganlah kalian saling mendengki". Berkata Ibnu Rajab Al-Hambali dalam kitabnya Jami'ul Ulum wal Hikam, "Tidak boleh saling mendengki sebagian kalian terhadap sebagian yang lain. Dengki yaitu perasaan tidak suka kalau ada orang lain mengunggulinya dalam salah satu keutamaan yang dimilikinya". Asy-Syaikh Al-'Allamah Muhammad Hayat As-Sindi berkata dalam kitabnya Syarh Arba'in Nawawiyah, "Tidak boleh sebagi an di antara kamu mengharapkan lenyapnya kenikmatan dari sebagian yang lain, karena perbuatan itu akan menjadikannya ingkar terhadap Allah, yaitu terhadap apa-apa yang telah Allah bagi dan tentukan dengan hikmah dan ketentuanNya. Dengki itu dapat menyebarkan permusuhan, ghibah dan namimah. Orang yang suka mendengki itu hatinya selalu sedih dan gundah, sebab dia akan selalu tersiksa oleh perbuatannya setiap kali melihat orang yang didengkinya mendapat kenikmatan.

Larangan Saling Menipu
"Janganlah saling menipu." Ibnu Rajab Al-Hambali dalam kitabnya Jami'ul Ulum wal Hikam berkata, "Banyak sekali ulama yang menafsirkan kata 'an-najsy' di sini dengan arti meninggikan penawaran harga barang yang dilakukan oleh orang yang tidak akan membelinya, mungkin untuk memberikan manfaat bagi penjual dengan adanya tambahan harga, atau untuk mencelakakan pem beli dengan meninggikan harga yang harus dibayar." Dari Ibnu Umar, dari Nabi r, bah wa beliau melarang menawar barang melebihi harganya (dengan tujuan menipu pembeli lain). (HR. Al-Bukhari dan Muslim), Ibnu Abi Aufa berkata, "Pelaku tipu menipu (seperti ini) adalah pema kan riba dan pengkhianat." Ibnu Abdil Barr mengatakan, "(Ijma' para ulama menyebutkan) bahwa yang melakukan perbuatan ini berarti melakukan maksiat kepada Allah jika dia telah mengetahui larangan ini.

Larangan Saling Membenci
"Dan janganlah kalian saling membenci." Asy-Syaikh Al-'Allamah Al-Imam Muhammad Hayat As-Sindi rahimahullah berkata, "Janganlah kalian melakukan apa yang akan menyebabkan saling membenci karena itu akan menyebab kan bermacam-macam kerusakan di dunia dan bencana di akhirat." Al-Imam Al-Hafizh Rajab Al-Hambali berkata, "Sesama muslim dilarang saling membenci dalam hal selain karena Allah, apalagi atas dasar hawa nafsu, karena sesama muslim itu telah dijadikan Allah bersaudara dan persaudaraan itu saling cinta bukan saling benci." Rasulullah r bersabda, "Demi Dzat yang jiwaku berada di TanganNya, tidaklah kalian masuk Surga sehingga kalian beriman dan tidaklah kalian beriman sehingga saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu, jika kalian lakukan akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian." (HR. Muslim) 

Larangan Saling Memutuskan Hubungan (Silaturahim)
"Janganlah kalian putuskan hubungan." Al-Imam Al-'Allamah Ibnu Daqiqil 'Ied berkata, "Makna 'tadabaru' adalah saling bermusuhan, dan ada pula yang mengatakan saling memu tuskan hubungan karena masing-masing saling membelakangi." Asy-Syaikh Al-'Allamah Muhammad Hayat As-Sindi berkata, "Tidak diperbo lehkan sebagian kalian berpaling dari sebagian yang lain, tetapi seharusnya kalian menghadapi mereka dengan wajah berseri-seri, hati yang bersih dari kedengkian dan permusuhan serta dengan tutur kata yang manis." Nabi bersabda, "Tidak halal bagi seorang muslim memutuskan hubungan dengan saudaranya lebih dari tiga hari, keduanya bertemu tidak saling menyapa, sebaik-baik di antara kedua nya adalah yang memulai salam." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Memutuskan hubungan yang dimaksud hadits ini adalah dalam masalah duniawiyah. Adapun dalam masalah diniyah dibolehkan memu tuskan hubungan lebih dari tiga hari sebagaimana dilakukan Imam Ahmad dll., seperti terhadap ahli bid'ah, kaum munafik dan yang mengajak memper turutkan hawa nafsu. 

Larangan Menyerobot Transaksi Saudara Sesama Muslim
Asy-Syaikh As-Sindi berkata, "Ada salah seorang di antara kamu mengatakan kepada orang yang mena war dagangan orang lain, 'tinggalkan lah, aku akan jual kepadamu dengan harga yang lebih murah', atau menga takan kepada orang yang hendak menjual dagangannya kepada sese orang, 'tinggalkanlah, aku akan membeli darimu dengan harga yang lebih tinggi'."
Semua perbuatan di atas menafi kan ukhuwah Islamiyah, karena seorang mukmin itu mencintai apa yang untuk saudaranya seperti apa yang untuk dirinya. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.
Hendaklah setiap orang di antara kamu melakukan mu'amalah ukhuwah (persaudaraan) dengan sebenar-benarnya dengan cara menghendaki kebaikan untuk saudaranya sebagaimana menghen daki untuk dirinya, dan membenci kejahatan yang ada pada saudaranya seperti membenci kejahatan itu menimpa dirinya.
Al-Hafizh Ibnu Rajab mengata kan, "Di dalam lafazh itu menunjukkan bahwa mereka meninggalkan saling mendengki, menipu, membenci, memutuskan hubungan silaturahim dan menyerobot transaksi saudaranya, dengan demikian mereka bersaudara. Dalam hadits ini juga diperintahkan untuk mencari apa saja yang dapat menjadikan orang-orang muslim bersaudara secara mutlak. Seorang muslim adalah saudara muslim yang lain." Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu." (Al-Hujurat: 10). Jika orang-orang mukmin itu bersaudara mereka diperintahkan untuk dapat melunakkan hati dan mempersatukannya, dilarang melaku kan apa yang dapat menyebabkan perpecahan dan perselisihan. 

Berkata Syaikh Muhammad Hayat As-Sindi, "Persaudaraan Islam itu lebih kuat dari persaudaraan karena nasab." Karena itu tidak boleh menzha limi saudaranya sesama muslim dalam bentuk apapun. Tidak boleh mendiam kan untuk tidak menolongnya jika melihat ia dizhalimi, karena setiap mukmin diperintahkan saling tolong-menolong seperti sabda Nabi, "Tolong lah saudaramu dalam keadaan zhalim atau dizhalimi", ia berkata (Abu Hurairah), 'wahai Rasulullah, aku tolong dia dalam keadaan dizhalimi, lalu bagaimanakah aku menolongnya dalam keadaan zhalim?', beliau bersabda, "Kamu cegah dia dari kezhaliman nya maka itulah pertolonganmu kepada nya." (HR. Al-Bukhari) 

Kemudian harus selalu berkata dan bersikap benar (jujur) kepadanya. Tidak boleh meremehkannya, sebab sikap meremehkan orang lain itu tumbuh dari kesombongan dirinya sebagaimana sabda Nabi, "Kesom bongan itu menolak kebenaran dan menghinakan orang." (HR. Muslim)
Allah berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, jangan lah satu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain karena boleh jadi yang diolok-olokkan itu lebih baik dari yang mengolok-olokkan dan jangan pula wanita-wanita mengolok-olokkan wanita yang lain, karena boleh jadi wanita-wanita yang diperolok-olok itu lebih baik daripada yang mengolok-olok." (Al-Hujurat: 11) 

Orang yang sombong akan memandang dirinya sempurna dan memandang orang lain serba kekurangan kemudian mencela, meremehkan dan tidak mau menerima kebenaran yang datang dari orang lain.
Taqwa Letaknya di Dada, Sabda Rasulullah, "Taqwa itu di sini", seraya menunjuk ke dadanya tiga kali."
Dalam kalimat ini menunjukkan bahwa kemuliaan makhluk di sisi Allah itu dengan ketakwaan. Allah berfirman, "Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa." (Al-Hujurat: 13) 

Sabda Nabi, "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada sosokmu dan hartamu, tetapi Dia akan melihat kepada hatimu dan amalanmu." (HR. Muslim) 

Dari ayat Al-Qur'an dan hadits di atas diketahui bahwa ketakwaan itu ada di dalam hati dan dilihat dari amalannya. Di antara kejahatan seorang muslim adalah melakukan penghinaan terhadap saudaranya. Cukup seseorang itu (dikatakan) melakukan kejahatan dengan menghinakan saudaranya sesama muslim, sebab menghina adalah kesombongan yang merupakan salah satu bentuk kejahatan.
Sabda Nabi, "Tidak akan masuk Surga orang yang di dalam hatinya ada seberat dzarrah dari kesombongan." (HR. Muslim)
Orang Muslim itu Diharamkan Darah, Harta dan Kehormatannya, Nabir pernah bersabda pada waktu haji Wada' yang disaksikan oleh sebagian besar sahabatnya, di antara pesan beliau adalah, "Sesungguh nya harta, darah dan kehormatan kamu haram atas kamu seperti kemuliaan harimu ini dalam bulanmu ini di negerimu ini." (HR. Al-Bukhari dan Muslim) 

Hadits di atas menunjukkan bahwa darah, harta dan kehormatan seorang muslim tidak boleh diganggu. Banyak sekali nash yang menunjukkan tentang larangan ini dan tidak terbatas pada waktu dan tempat. Allah I telah menjadikan orang-orang mukmin itu bersaudara agar mereka saling kasih-mengasihi dan sayang-menyayangi. Sabda Nabi, "Perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan kasih-mengasihi seperti tubuh, jika salah satu anggota tubuh terasa sakit, maka seluruhnya akan tidak bisa tidur dan demam." (Muttafaq 'Alaih) [disadur dari materi dengan judul Ukhuwah oleh Ibrahim Sa'id, Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia].

Akhlak mulia seorang muslim dalam pergaulan sehari-hari adalah memperhatikan hak dan kewajiban masing-masing diantaranya tidak merugikan hak orang lain. Banyak akhlak mulia yang layak kita munculkan dalam hidup berinteraksi dengan orang lain yang intinya tidak merugikan bahkan membahagiakan dan menyenangkan orang lain sebagaimana yang ditulis oleh Abu Mushlih Ari Wahyudi, dalam judul Kiat Menggapai Akhlak Mulia yang dipublikasikan olehwww.muslim.or.id pada tanggal 14 September 2008 diantaranya;

1. Bersikap Adil
Sikap adil akan menuntun kepada ketepatan perilaku. Tidak melampaui batas dan tidak meremehkan. Adil akan melahirkan kedermawanan yang berada di antara sikap boros dan pelit. Adil akan melahirkan sikap tawadhu’ (rendah hati) yang berada di antara sikap rendah diri dan kesombongan. Adil juga akan melahirkan sikap berani yang berada di antara sikap pengecut dan serampangan. Adil pun akan melahirkan kelemahlembutan yang berada di antara sikap suka marah dengan sifat hina dan menjatuhkan harga diri.

2. Bersikap Ramah dan Menjauhi Bermuka Masam
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Senyummu kepada saudaramu (sesama muslim) adalah sedekah untukmu.”(HR. Tirmidzi, disahihkan Al Albani dalam Ash Shahihah: 272). Beliau juga bersabda, “Janganlah kamu meremehkan kebaikan meskipun ringan. Walaupun hanya dengan berwajah yang ramah ketika bertemu dengan saudaramu.” (HR. Muslim). Senyuman akan mencairkan suasana dan meringankan beban pikiran. Orang yang murah senyum akan ringan dalam menunaikan tanggung jawabnya. Kesulitan baginya merupakan tantangan yang harus dihadapi dengan tenang dan pikiran positif. Berbeda dengan orang yang suka bermuka masam. Dia akan menghadapi segala sesuatu dengan penuh kerepotan dan pandangan yang sempit. Apabila menemui kesulitan maka nyalinya mengecil dan semangatnya menurun. Akhirnya dia mencela kondisi yang ada dan merasa tidak puas dengan ketentuan (takdir) Allah lantas dia pun melarikan diri dari kenyataan.

3. Mudah Memaafkan
Mudah memaafkan dan mengabaikan ketidaksantunan orang lain merupakan akhlak orang-orang besar dan mulia. Sikap inilah yang akan melestarikan rasa cinta dan kasih sayang dalam pergaulan. Sikap inilah yang akan bisa memadamkan api permusuhan dan kebencian. Inilah bukti ketinggian budi pekerti seseorang dan sikap yang akan senantiasa mengangkat kedudukannya.

4. Tidak Mudah Melampiaskan Amarah
Hilm atau tidak suka marah merupakan akhlak yang sangat mulia. Akhlak yang harus dimiliki oleh setiap orang yang memiliki akal pikiran. Dengan akhlak inilah kehormatan diri akan terpelihara, badan akan terjaga dari gangguan orang lain, dan sanjungan akan mengalir atas kemuliaan perilakunya. Hakikat dari hilm adalah kemampuan mengendalikan diri ketika keinginan untuk melampiaskan kemarahan bergejolak. Bukanlah artinya seorang yang memiliki sifat ini sama sekali tidak pernah marah. Namun tatkala perkara yang memicu kemarahannya terjadi maka ia bisa menguasai dirinya dan meredakan emosinya dengan sikap yang bijaksana.

5. Tidak Suka Mencela
Hal ini menunjukkan kemuliaan diri seseorang dan ketinggian cita-citanya. Sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang bijak,“Kemuliaan diri yaitu ketika kamu dapat menanggung hal-hal yang tidak menyenangkanmu sebagaimana kamu sanggup menghadapi hal-hal yang memuliakanmu.” Diriwayatkan bahwa suatu ketika Khalifah Umar bin Abdul Aziz sedang pergi berangkat ke masjid pada waktu menjelang subuh (waktu sahur, suasana masih gelap). Ketika itu dia berangkat dengan disertai seorang pengawal. Ketika melewati suatu jalan mereka berdua berpapasan dengan seorang lelaki yang tidur di tengah jalan, sehingga Umar pun terpeleset karena tersandung tubuhnya. Maka lelaki itu pun berkata kepada Umar, “Kamu ini orang gila ya?”. Umar pun menjawab, “Bukan.”Maka sang pengawal pun merasa geram terhadap sang lelaki. Lantas Umar berkata kepadanya, “Ada apa memangnya! Dia hanya bertanya kepadaku, ‘Apakah kamu gila?’ lalu kujawab bahwa aku bukan orang gila.”

Dari akhlak yang disebutkan diatas, intinya mengajak ummat ini agar senantiasa memupuk ukhuwah islamiyah yaitu persaudaraan muslim sebaik-baiknya, janganlah karena sesuatu lain hal melakukan tindakan yang merugikan saudara kita sendiri, ibaratnya dalam persaudaraan itu adalah bila kita sakit kalau dicubit maka demikian pula dengan saudara kita akan merasakan hal yang sama, wallahu ‘alam