Kamis, 10 November 2016

Ngaji yuk…


Pernah nggak merasa bete, nggak bersemangat, males beribadah dan sejenisnya, mungkin nggak cuma pernah ngalami tapi juga sering terjadi. Itulah ketika kondisi ruhiyah kering kerontang (emang sumur he..he..) alias futur. Udah dikasih minum belum?? Loh koq..? Beneran nich, ruhiyah butuh makan/minum, cuman bedanya bukan minum air atau makan nasi. Jika kita tidak memenuhi kebutuhan ruhiyah, berarti sama artinya kita mendzolimi diri kita sendiri. Why?? 
Hak diri kita yang harus kita penuhi adalah hak terhadap jasmaniah, fikriyah, dan ruhiyah. Hak terhadap jasmani bisa kita penuhi dengan makan dan minum. Hak fikriyah bisa kita penuhi dengan belajar, sedangkan hak ruhiyah bisa kita penuhi dengan mendekatkan diri kepada Allah. Makanan ruhiyah bisa kita dapatkan di majelis-majelis Allah(majelis yang disitu banyak disebut nama Allah), misalnya kajian-kajian Islam atau forum-forum halaqah. Forum-forum seperti itu juga diibaratkan sebagai pom bensin sebagai tempat beli bensin setelah lama berkendaraan atau charger hanphone setelah baterainya lowbat. Begitu pula dengan diri kita yang sehari-hari banyak disibukkan oleh berbagai aktifitas, ada aktifitas rumahtangga, kuliah, kerja, dakwah, dll yang semuanya itu membutuhkan supply tenaga dan semangat baru ketika habis terpakai. Udah nyambung belom dari tadi..🙂
Ngaji…yang dimaksud disini bukan sekedar baca Al Qur’an saja lho.. mungkin masih banyak orang yang mendefinisikan seperti itu. Tapi yang dimaksud ngaji disini lebih luas lagi. Disitu kita bisa mengkaji/mempelajari Islam, Al Qur’an, fiqih ibadah, aqidah, dll. Kita sebagai seorang muslim tentunya gak hanya berlabel Islam saja kan. Tapi Islam menjadi pedoman/jalan hidup kita. Bagaimana mau melaksanakan ajaran Islam jika kita tidak mempelajarinya? Bagaimana kita mau diterima ibadah kita jika tidak tahu bagaimana ibadah yang benar. Bagaimana mau disebut sebagai orang muslim jika lebih tahu kisahnya para selebritis daripada syirah para nabi dan sahabat.
Banyak cara yang bisa kita tempuh untuk mempelajarinya. Bisa dengan membaca buku-buku Islam atau kalo orang IT biasanya lebih suka baca di internet, udah banyak situs-situs Islam yang bisa kita jadikan tempat belajar. Tapi untuk cara ini kurang interaktif, belajarnya hanya searah. Bisa juga dengan mendengarkan kajian lewat radio/TV, orang-orang ‘sibuker’ bisa meluangkan waktunya untuk itu sambil melepas lelah, cuman yang ini juga tidak interaktif dan sekarang di TV pun acara-acara kajian semacam ini semakin sedikit.
Cara lain yakni dengan mengikuti kajian-kajian Islam yang biasa diadakan di masjid atau mushola, di kampus-kampus, dan saat ini tidak jarang pula kantor-kantor atau instansi yang mengadakan kajian rutin.Yang ini lebih interaktif karena ada sesi tanya jawab meskipun terbatas. Jadi jika di tempat kerja atau kuliah anda sudah ada majelis-majelis seperti itu ikutilah dengan rajin dan hidupkanlah biar semarak, minimal 1 minggu sekali. Jika belum ada, maka anda bisa mulai merintisnya. Jika kesulitan, sekarang kan udah banyak lembaga-lembaga dakwah yang bisa membantu mengadakan pengajian di kantor/instansi. Ayo.. warnai lingkungan kita dengan nilai-nilai Islam dan… “Sesungguhnya jika sesorang mendapat hidayah dengan perantaramu maka itu lebih baik dari dunia seisinya”
Cara lain dengan membentuk halaqah(lingkaran), disitu kita bisa saling belajar dan tentunya harus ada yang membimbing. Cara ini lebih interaktif karena kita bisa lebih leluasa untuk sharing dan diskusi. Selain itu kita bisa mempererat ukhuwah dengan saudara-saudara kita dan bisa diadakan rutin sesuai dengan jadwal yang disepakati bersama. Materi dan bentuk acaranya pun bisa bervariasi, kadang bisa diselingi dengan rihlah(jalan-jalan), riyadhoh(olah raga), makan-makan, dsb.
Banyak lho manfaat yang bisa kita dapatkan dari majelis-majelis seperti itu. Ada 4 nikmat yang Allah berikan kepada orang-orang yang suka menghadiri majelis-majelis Allah. Yang pertama, akan merasakan ketentraman dunia dan akhirat. Yang kedua, Allah akan mengaruniakan rahmat kepada diri kita. Yang ketiga, mendapat respon dari malaikat, yaitu malaikat memohonkan ampun bagi yang hadir di majelis itu dan mencatat pahala mereka. Yang keempat, akan mendapat rekomendasi Allah, yaitu mendapat naungan dari Allah di akhir jaman nanti ketika tidak ada naungan selain naungan dari Allah.
Ada lagi nih, kita bisa menjadi kebanggan Allah di hadapan para malaikatnya, seperti dalam hadist Rasulullah, “….Ketika beliau keluar tiba-tiba beliau dapatkan para sahabat duduk dalam halaqah (lingkaran). Beliau bertanya, “Apakah yang mendorong kalian duduk seperti ini?”. Mereka menjawab, “Kami duduk berdzikir dan memuji Allah atas hidayah yang Allah berikan sehingga kami memeluk Islam.” Maka Rasulullah bertanya, “Demi Allah, kalian tidak duduk melainkan untuk itu?” Mereka menjawab, “Demi Allah, kami tidak duduk kecuali untuk itu.” Maka beliau bersabda, “Sesungguhnya saya bertanya bukan karena ragu-ragu, tetapi Jibril datang kepadaku, memberitahukan bahwa Allah membanggakan kalian di depan para malaikat. (Potongan HR.Muslim, dari Abu Sa’id, dan Mu’awiyah)
Subhanallah, begitu semangatnya para sahabat Rasulullah dalam mengaji. Apakah kita tidak merasa iri kepada mereka yang dibanggakan Allah di hadapan para malaikat. Ternyata ngaji itu asyik lho.. gak percaya ?? Buktikan sendiri !! Ini ada petikan dari bukunya Salim A.Fillah “Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan” (koq gak nyambung ya, baca aja bukunya biar nyambung he..he.. ) tentang gambaran sebuah halaqah.
Di tempat inilah disambung keteladanan sejarah. Di forum seperti yang dicontohkan para sahabat di atas, para ghuraba (orang-orang terasing) masa kini mewujudkan sabada Nabi bahwa mu’min itu cermin bagi mu’min yang lain. Mereka saling bercermin diri, tentang shalat malam dan puasa sunnahnya. Semangatnya tergugah mendengar yang lain menyalip amal-amalnya.
Mereka saling menyebutkan kabar gembira sampai semua merasa bahagia mendengar salah seorang sahabatnya mendapat nilai A. Mereka saling berbagi agar masalah tak terasa sendiri dihadapi. Ada yang bercerita tentang amanah-amanah dakwahnya yang katanya semakin mengasyikkan, atau semakin menantang. Yang berkeluasan rizki membawakan pisang goreng yang tadi pagi dibuat ibunya atau mangga yang dipetik dari halaman rumahnya.
Sesekali mereka ganti setting forumnya, dengan mabid (menginap) agar bisa lebih panjang bercengkerama. Lalu mereka dirikan Qiyamullail bersama. Pernah juga mereka rihlah (berwisata). Mereka bertemu di tempat rekreasi yang sepi, mengingat Ilahi dan mengagumi ciptaanNya. Mereka berdiskusi disaksikan air terjun, punggung bukit bercemara, hutan berlembah yang menawan, atau pasir pantai memutih diterpa gelombang.
Tentu saja yang jauh lebih utama, mereka mengingat Allah dalam sebuah kumpulan, agar Allah mengingat mereka dalam kumpulan yang lebih baik. Mereka baca kitabullah, mereka kupas isinya, mereka dapati bahwa Al Qur’an menyuruh mereka bersaudara dalam cinta dan mentauhidkan Allah Subhanallahu Wa Ta’ala. Tidak ada tekad ketika bubar dan saling bersalaman mendoakan, selain agar yang mereka bahas menjadi amal kenyataan.
“Tidaklah suatu kaum berjumpa di suatu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca kitabullah, dan mempelajari di antara mereka, kecuali ketenangan turun kepada mereka, rahmat meliputi majelisnya, Malaikat menaungi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka dengan bangga di depan malaikat-malaikat yang ada di sisi-Nya” (HR.Muslim, dari Abu Hurairah)
Di sana kita bisa jumpai wajah saudara yang jenaka, yang pendiam, dan yang tampak lelah karena banyak amanah. Tapi Subhanallah…ini adalah cahaya yang bergetar di antara mereka. Ia bergetar untuk menjadi refleksi jiwa, percepatan perbaikan diri dan perbaikan ummat dalam medium atmosfer cinta. Maka tepatlah jika forum seperti ini disebut sebagai Getar Cahaya di Atmosfer Cinta.
Bahkan ketika suatu waktu anda yang belum pernah mengikuti forum ini tidak sengaja menemui mereka sedang ada di masjid kampus atau masjid kampung, mushola sekolah atau rumah seorang ustadz , lalu anda bergabung dengan niat serta keperluan yang lain atau mungkin kerena iseng saja, Insya Allah anda tidakkan kecewa.
“… Seorang malaikat berkata, “Rabbi di majelis itu ada orang yang bukan dari golongan majelis itu. Allah berfirman, “Mereka adalah ahli majelis yang tiada akan kecewa siapa pun yang duduk mem-bersamainya!” (Potongan hadits Mutaffaq ‘Alaih, dari Abu Hurairah, lihat Riyadhush Shalihin Bab Keutamaan Lingkaran Majelis Dikir)
Maka demi Allah, apa yang anda tunggu? Perkenalkan diri anda pada mereka sejelas-jelasnya. Katakan, anda ingin bergabung dengan pertemuan pekanan mereka. Kalau majelis itu sudah terlalu sesak, lalu efektifitasnya drop, pengasuh majelis itu Insya Allah akan mencarikan majelis lain yang indah untuk anda. Kalau di kampus anda ada kegiatan bernama Mentoring maka bergabunglah. Setelah itu, bisa jadi Allah akan menguji anda, mungkin dengan perasaan bawah majelis ini tidak seperti yang anda harapkan, maka bersabarlah…
Mungkin kadang kita tak merasakan nimatnya majelis kebersamaan ini. Padahal orang lain akan melihat kita berubah dan semakin buruk saat kita berhenti menghadirinya untuk waktu yang cukup lama. Memang, ia hanya sepekan sekali. Tetapi bagaimanapun kita tahu, majelis ini adalah majelis ‘ilmu dan dikir yang tak berhenti sampai bubarnya lingkaran. Ketika mereka menutup pertemuan dan pergi untuk keperluan masing-masing, lingkaran itu hanya melebar. Ia melebar seluas aktivitas mereka.

Itu tadi cuplikannya, seru kan.. Jadi..tunggu apa lagi ?? Kita ngaji yuk…!! Ngaji bukan hanya buat yang muda atau pelajar/mahasiswa saja, tapi kita semuanya butuh kan? Bukankah menuntut ilmu itu sejak dalam kandungan sampai ke liang lahat, jadi tak ada batasan usia juga untuk belajar Islam, selama hayat masih di kandung badan, cie…🙂 Mahasiswa pun gak hanya mahasiswa baru saja (biasanya disebut mentoring) tetapi mahasiswa lama pun ngajinya harus tetep jalan. Bahkan ketika dah lulus dan kerja harusnya juga tetep jalan. Mungkin ada yang bilang tidak ada waktu untuk ngaji karena sibuk kuliah atau kerja. Apa benar begitu? Kalo nonton TV atau nonton bola bisa berjam-jam, kenapa ngaji yang hanya 2 jam saja nggak sempat? Dan satu lagi, waktu yang kita pake untuk ngaji bukanlah waktu sisa, tapi memang harus kita luangkan. Jadi bukan hanya jika sempat saja kita ngaji, tapi sempat gak sempat harus kita luangkan, minimal seminggu sekali lah.
Bingung cari kelompok/halaqah? Cobalah dulu ikut kajian2 rutin yang diadakan di masjid-masjid, kampus-kampus atau mungkin juga kantor-kantor. Insya Allah jika anda punya niat ikhlas dan punya komitme, Allah akan memberi kemudahan, bisa jadi anda akan menemukan sebuah halaqah yang menyejukkan atau bisa juga kita merintisnya sendiri.
Wallahu ‘alam bishowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar