Minggu, 25 Januari 2015

Nikmat Sabar


Seluruh puji hanyalah milik DIA, DZAT yang kasih-sayang-NYA kita rasakan dalam setiap detik kehidupan yang kita jalani, melebihi kasih sayang siapapun di jagat raya ini. DZAT yang tidak pernah melupakan kita barang sedetikpun dan tidak pernah menjauhi kita barang sejengkalpun. Bagaimana DIA akan lupa dan jauh, sementara jantung kita ini DIA-lah yang menghidupkannya, peredaran darah kita DIA-lah yang mengaturnya, pencernaan, paru-paru dan ginjal dan setiap mili tubuh ini, DIA pula yang mengatur dan mengurusnya, yang tidak pernah bisa dilakukan oleh siapapun selain DIA.

Saudaraku, kita semua menyadari bahwa dalam kehidupan ini apa-apa yang terjadi pada diri kita tidaklah senantiasa sesuai dengan keinginan, harapan dan rencana kita. Susah dan senang, tangis dan tawa, datang silih berganti. Hal ini disebabkan karena yang akan terjadi adalah apa-apa yang ALLOH kehendaki, dan bukan yang kita kehendaki. Jika DIA menghendaki sesuatu maka pasti akan terjadi, dan jika DIA tidak menghendakinya pasti tidak akan terjadi.

ALLOH menghendaki dunia ini sebagai tempat bertemunya dua hal yang saling berlawanan, dua jenis yang saling bertolak belakang: yang baik dengan yang buruk, yang benar dengan yang salah, kebaikan dengan kerusakan, kebahagiaan dengan kesedihan, pria dan wanita, yang kaya dengan yang miskin, yang ‘alim dengan yang awam, malam dengan siang. Dan jika kita mau mentafakurinya, maka justru inilah wujud kasih sayang ALLOH kepada kehidupan ini yang tiada taranya. Kita tidak akan bisa membayangkan apa jadinya kehidupan ini tanpa adanya perbedaan. Niscaya akan hancurlah kehidupan ini sejak awal diciptakannya.

Dan setelah itu, ALLAH akan mengumpulkan semua yang baik, yang benar, kebaikan dan kebahagiaan itu di surga. Adapun yang buruk, yang salah, kerusakan dan kesedihan akan dikumpulkan di neraka. “Dunia ini terlaknat, dan terlaknat semua yang ada di dalamnya kecuali berdzikir kepada ALLAH dan semua yang berkaitan dengannya, seorang yang ‘alim dan seorang yang belajar”, begitu Rasulullah bersabda.

Di samping itu pula, ketahuilah wahai saudaraku, bahwa apa-apa yang akan terjadi dan akan kita temui dalam kehidupan ini, seluruhnya telah berada dalam ketetapan dan kehendak-NYA. Lihatlah ALLOH berfirman:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الأرْضِ وَلا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا 

“tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.” (QS. Al-Hadiid, 57:22)

Tinta pena telah mengering, lembaran-lembaran catatan ketentuan telah disimpan, setiap perkara telah diputuskan dan takdir telah ditetapkan. Maka,

قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا 

“Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan ALLOH untuk kami...".” (QS. At-Taubah, 9:51)

Tapi kita tidak perlu khawatir, takut dan cemas; karena tiada seorang pun yang kasih sayangnya kepada kita melebihi kasing sayang ALLOH, bahkan termasuk kasih sayang kita kepada diri kita sendiri. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi kita untuk takut akan hal-hal yang telah menjadi ketetapan ALLOH, kecuali kalau kita tidak mempercayai-NYA. Yang perlu kita takutkan adalah kita tidak bisa memberikan karya terbaik kita kepada ALLOH sebagai wujud pengabdian kita kepada-NYA.

Tidak ada keinginan yang paling baik selain keinginan ALLOH. Tidak ada ketetapan yang paling baik selain ketetapan ALLOH. Jadi, apa-apa yang telah ALLOH tetapkan untuk kita, itu pasti yang terbaik. Kalaupun seringkali kita memandangnya sangat buruk, itu karena kita acap kali menilai baik dan buruk itu berdasarkan pandangan hawa nafsu dan keinginan saja, bukan berdasarkan pandangan ALLOH. 

Padahal belum tentu apa yang diinginkan oleh kita itu baik buat kita dan apa-apa yang kita benci itu buruk buat kita, justru bisa terjadi sebaliknya. Hal itu karena keterbatasan pengetahuan kita akan segala sesuatu. ALLOH SWT berfirman:

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ 

“Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah, 2:216)

Bahkan ALLOH SWT berfirman:

فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا 

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisaa, 4:19)

Karena kasih sayang-NYA, ALLOH akan paksakan sesuatu yang baik dalam pandangan-NYA untuk ditimpakan kepada kita. Sungguh pun itu akan membuat DIA disu’udzoni. Karena memang manusia akan memandang baik terhadap ketentuan ALLOH jika cocok dengan keinginan mereka, sementara ketentuan dari ALLOH yang tidak mereka inginkan mereka menganggap itu perkara yang buruk.
ALLOH SWT berfirman,

مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ 

“Apa-apa yang menimpamu dari perkara yang baik, maka sesungguhnya itu dari ALLOH, dan apa-apa yang menimpamu dari perkara yang buruk, itu dari nafsumu sendiri.” (QS. An-Nisa, 4:79)

Timbul pemikiran kita, “kalaulah ALLOH begitu menyayangi kita mengapa DIA tidak memberikan semua yang kita inginkan?”. Pemikiran seperti ini bisa dikatakan keliru, bahkan yang DIA berikan sebenarnya jauh lebih baik dari apa-apa yang kita inginkan. Bukankah yang kita inginkan belum tentu baik untuk kita?

Saudaraku, sesungguhnya ALLOH menyayangi, akan tetapi DIA tidak suka selalu memanjakan, mengapa? Karena ALLOH menginginkan tumbuhnya nilai-nilai yang mulia pada diri kita: kedewasaan, kesabaran, ketawakalan, kezuhudan, keteguhan, kepercayaan yang sangat tinggi kepada ALLOH dan sifat-sifat mulia lainnya. Yang mana hal ini tidak bisa diraih melalui kemanjaan. Bisakah seseorang mempunyai sabar kalau ia tidak diuji? Dari sisi mana kita bisa menilai kesabarannya?

Jika keyakinan tersebut tertanam kuat dalam jiwa dan kukuh bersemayam dalam hati, maka setiap bencana akan menjadi karunia, setiap ujian menjadi anugerah, dan setiap peristiwa menjadi penghargaan dan pahala, bahkan semua hal menjadi jalan untuk mendapatkan karunia teragung kelak di akhirat yaitu surga dengan segala kenikmatannya.

“Barang siapa yang oleh ALLOH dikehendaki menjadi baik maka ia akan diuji oleh-NYA” (Al-Hadits)

Oleh karena itu wahai saudaraku, tidak sepatutnya kita merasa putus asa, bingung apalagi frustasi ketika persoalan yang tidak sesuai dengan keinginan dan harapan, rapat membentang di hadapan kita. Karena apa-apa yang membentang di hadapan kita itu sebenarnya adalah hal terbaik dalam hidup kita sebagai pemberian DZAT yang Maha Pengasih Maha Penyayang.

Bahkan yang selayaknya kita lakukan adalah senantiasa bersyukur kepada-NYA dengan mempersembahkan karya terbaik selama hidup kita. Berusahalah sekuat tenaga untuk membuat ALLOH ridho dengan apapun yang kita lakukan! Jangan pernah membuat-NYA ‘kecewa’! Tunjukkalah kesabaran kita di hadapan-NYA! Jangan menunjukkan perasaan tidak senang dan ridho, karena tidak ada alasan bagi kita untuk berlaku seperti itu setelah semua yang ALLOH berikan untuk kita.

Saudaraku, bersabar diri merupakan ciri orang-orang yang menghadapi berbagai kesulitan dengan lapang dada, kemauan yang tinggi, ketabahan yang besar serta rasa syukur yang begitu dalam dengan mengoptimalkan ikhtiar di jalan-NYA dengan memfungsikan seluruh potensi ni’mat yang secara sempurna telah ALLOH berikan kepada mereka.
Lagi pula apakah kita memiliki solusi lain selain bersabar? Dan apakah kita memiliki senjata lain yang bisa kita gunakan selain kesabaran?

Karena itu, jangan pernah merasa gundah dan berputus asa dikarenakan suatu penyakit, kematian, kerugian harta, atau rumah terbakar. Betapapun, sesungguhnya Sang Maha Pencipta telah menentukan segala sesuatunya dan takdir telah bicara. Usaha dan upaya dapat sedemikian rupa, tetapi hak untuk menentukan tetap mutlak milik ALLOH Yang Maha Pengasih Maha Penyayang, Maha Adil dan Maha Bijaksana. Pahala tercapai, dan dosa sudah terhapus. Maka, berbahagialah orang-orang yang telah tertimpa musibah atas kesabaran dan kerelaan mereka terhadap Yang Maha Mengambil, Maha Pemberi, Maha mengekang lagi Maha Lapang.

Syaraf-syaraf akan terasa tegang, kegundahan jiwa tak akan reda, dan kecemasan di dada tak akan pernah sirna jika kita menghadapi sesuatu tanpa mempercayai ALLOH, tanpa kesabaran dan tanpa keridhoan.

Jangan biarkan diri larut dalam kesedihan, jangan mengira kita sanggup melakukan segala upaya untuk menahan tembok yang akan runtuh, membendung air yang meluap, menahan angin agar tak bertip, atau memelihara kaca agar tak pecah. Adalah tak benar bila semua dapat terjadi dengan paksaanku dan paksaanmu, karena apa yang telah digariskan akan terjadi, setiap ketentuan akan berjalan dan semua keputusan akan terbukti.

Tengoklah kanan-kiri: tidakkah anda menyaksikan betapa banya orang yang sedang mendapat cobaan; dan betapa banyaknya orang yang sedang tertimpa bencana? Telusurilah: di setiap rumah pasti ada yang merintih, dan setiap pipi pasti pernah basah oleh air mata.

Sungguh, betapa banyaknya penderitaan yang terjadi, dan betapa banyaknya pula orang-orang yang sabar menghadapinya. Maka kita bukan satu-satunya orang yang mendapat cobaan. Bahkan, mungkin saja penderitaan dan cobaan kita tidak seberapa bila dibandingkan dengan cobaan orang lain.

Adalah sepantasnya bila kita menjalani kehidupan ini dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Sebab kesabaran dan keikhlasan itulah yang membuat hidup ini terasa nikmat. Ketidak sabaran kita dalam menjalani hidup ini hanya akan membuat kita merana dan menderita tanpa pernah bisa merubah apapun yang telah menjadi kehendak-NYA.

Saudaraku, tidak ada obat yang paling mujarab, senjata paling ampuh untuk menghadapi hidup ini agar penuh ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan selain kesabaran dan keikhlasan hidup yang dilandasi kepercayaan yang totalitas kepada ALLOH SWT. Dan rasakanlah indah dan nikmatnya kesabaran itu.

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan).” 
(QS. Al-Baqarah, 2:214)


Sumber: 
Buletin Dakwah “Ihyaus Sunnah” Edisi 5 Tahun II
oleh: Ust. Aceng Miftah Rahmat., S.Si


Tidak ada komentar:

Posting Komentar