Kamis, 28 April 2016

Khutbah Jumat I

Kumpulan Khutbah Jum'at : Persatuan Umat Islam

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah…
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Dzat yang telah menjadikan kita umat yang satu. Meskipun umat Islam berbeda-beda suku, berbeda bahasa, berbeda warna kulit; namun sesungguhnya mereka tetap sebagai umat yang satu. Satu aqidah dan satu syariah! Bukankah Tuhan kita satu…? Bukankah Kitab suci kita satu…? Bukankah Rasul kita satu…? dan Bukankah Kiblat kita pun satu…?
Jika demikian .…,

Lalu mengapa umat Islam saat ini hidup tercerai-berai, satu dengan yang lain? Mereka hidup terkotak-kotak dan terpetak-petak, dalam berbagai negara, dengan batas-batas teritorialnya masing-masing. Mereka pun memiliki pemimpin masing-masing, loyalitas masing-masing, dan prinsip masing-masing.
3 Maret 1924 yang lalu , Khilafah dibubarkan Kamal Attartuk, agen Inggris keturunan Yahudi. Inilah puncak kemerosotan kaum muslim yang memang sudah lama menggerogi tubuh umat. Atas nama Dewan Agung Nasional Turki (Al Jam’iyyatu al Wathaniyah al Kubro) , Kamal merubah Turki menjadi Republik dengan asas sekulerisme . Tidak hanya itu, Kamal melakukan proses sekulerisasi dengan tangan besi. Khilafah dibubarkan , alasannya diktator, korup, dan bermacam tuduhan keji lainnya. Hukum syara’ pun diganti, dianggap kuno dan tidak manusiawi. Segala yang berbau Islam, di tuduh berbau Arab, dan harus diganti. Mulai dari bahasa Arab, pakain Arab, sampai Adzan semua harus diubah. Islam dicampakkan. At Tatturk lupa , Islamlah yang membuat umat Islam, rakyat Turki, jaya dan gemilang.
Sekarang……. Penderitaan umat semakin bertambah. Negeri-negeri Islam terpecah belah menjadi puluhan negara yang dikontrol oleh penjajah Barat. Negara lemah, yang tidak bisa menolong saudaranya sendiri. Bayangkan, mereka tidak bisa menyelamatkan Palestina, yang dijajah Israel. Rakyat Irak dibantai, Fallajuh negeri dengan seribu menara masjid dinodai, tapi penguasa-penguasa negeri-negeri Islam yang sekuler itu sekedar jadi penonton. Darah kaum muslim, demikian gampang ditumpahkan oleh penjajah Amerika Serikat dan sekutunya dibantu agen-agen pengkhianat dari umat Islam sendiri. Mulai dari Palestina, Irak, Afghanistan, Bosnia, Chechnya, Uzbekistan, Sudan, Pattani Thailand, Moro Philipina, Poso, Ambon, Aceh. Padahal jumlah kaum muslim lebih dari 1,5 milyar. Kemiskinan, kebodohan, konflik, kemaksiatan pun identik dengan negeri-negeri Islam. Inilah buah sekulerisasi. Inilah buah diruntuhkannya Khilafah.
Padahal, Jamaah Rahimakumullah…
Tak ada satu pun alasan, yang bisa kita gunakan, untuk membenarkan kondisi perpecahan (dis-integrasi) ini. Lalu…, apa jawaban yang akan kita berikan, jika Allah meminta pertanggungjawaban atas semua keadaan ini, kelak pada hari pembalasan?
Tidak ada, saudara-saudara…!
Tidak ada satu hujjah pun, yang bisa kita kemukakan di hadapan Allah kelak. Sebab Allah SWT dan Rasul-Nya, justru telah mewajibkan umat Islam untuk bersatu. Allah SWT. berfirman:
Berpegang teguhlah kamu semua pada tali (agama) Allah dan janganlah bercerai-berai. (TQS. Ali Imran [3]: 103)
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. (TQS. al-Hujarat [49]: 10)
Sementara itu, Rasulullah Saw. bersabda:
Siapa saja yang datang kepada kalian, sementara seluruh urusan kalian dipegang oleh seorang (khalifah), lalu dia hendak merusak kesatuan kalian dan memecah belah jama’ah kalian, maka bunuhlah dia. (HR. Muslim)
Ayat dan hadits di atas, dengan jelas, memerintahkan umat Islam untuk bersatu, dan sebaliknya melarang umat Islam untuk berpecah-belah.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah…
Sudah banyak bukti, bahwa perpecahan telah menjadikan umat ini lemah, tanpa daya. Perpecahan telah menjadikan umat tidak mampu berbuat apa-apa, menghadapi makar negara-negara kafir Barat. Perhatikanlah…! Apa yang bisa diperbuat oleh umat Islam, ketika saudaranya di Iraq dibombardir oleh pasukan sekutu pimpinan Amerika? Dan apa pula, yang bisa diperbuat oleh umat Islam, ketika saudaranya di Palestina, diusir dari tempat tinggal mereka dan dibantai oleh tentara zionis Israel?
Tidak ada…
Tidak ada bantuan berarti, yang bisa diberikan umat Islam kepada mereka. Sebab, mereka telah terbelenggu oleh negara mereka masing-masing. Keberadaan negara-negara tersebut berserta penguasanya, telah mencegah, menghalangi, dan merintangi umat Islam, untuk bisa meberikan pertolongan dan batuan yang berarti bagi saudaranya.
Padahal, jika kita hitung secara kuantitatif, kekuatan yang dimiliki umat Islam jauh lebih besar, dari kekuatan yang dimiliki oleh musuh-musuh Islam. Kita ambil salah satu contoh. Pada tahun 1999, Israel memiliki tentara sekitar 40 ribu personil. Sementara, Mesir saja, memiliki tentara sekitar 1 juta personil. Namun apa yang kita saksikan, saudara…? Tentara Mesir yang jumlahnya 25 kali lipat dari tentara Israel tersebut, ternyata tidak berbuat apa-apa atas kebiadaban Israel terhadap kaum Muslimin Palestina. Mengapa semua ini bisa terjadi? Lagi-lagi karena umat Islam terpecah-belah.
Lalu…, apa yang kita harapkan dengan perpecahan umat saat ini? Tak satu pun manfaat yang kita peroleh dengan perpecahan ini. Oleh karena itu, persatuan umat adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Dan wujud persatuan hakiki, yang dituntut oleh Allah SWT, tak lain adalah persatuan umat, dalam ikatan aqidah Islamiyah, di bawah naungan Khilafah Islamiyah.
Ketahuilah, saudara-saudaraku, kaum Muslimin rahimakumullah!
Dunia tidak akan pernah mengakui eksistensi kita (eksistensi kaum Muslimin), selama kita tidak menjadi satu kekuatan riil yang disegani oleh lawan. Dan kita tidak akan menjadi kekuatan seperti ini, selama kita tidak bersatu. Kita pun tidak akan pernah bisa bersatu, selama kita tidak berpegang pada tali agama Allah dan tidak mendirikan Khilafah Islamiyah, yang akan menerapkan Islam secara kaffah. Allahu Akbar….!
Khilafah adalah kepemimpinan umum (universal) bagi kaum Muslimin di seluruh dunia, untuk melaksanakan syariat Islam dan untuk mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia. Khilafah, pada hakekatnya adalah puncak dari aqidah dan syariat Islam. Bahkan dapat dikatakan, Islam tidak akan mempunyai eksistensi yang berarti bagi kehidupan, tanpa adanya Khilafah. Allah SWT. telah mewajibkan kaum Muslimin untuk menegakkan Khilafah dan mengangkat seorang Khalifah. Rasulullah Saw. bersabda:
Barang siapa mati, sementara di atas pundaknya tidak ada bai’at, maka matinya dalam keadaan jahiliyah
Makna hadits ini adalah, seorang muslim wajib berbai’at kepada Khalifah, ketika Khalifah ada. Namun, apabila Khalifah tidak ada, atau belum ada, seorang muslim wajib berjuang untuk mewujudkan ke-Khilafahan. Apabila kewajiban ini ditinggalkan, lalu dia mati, maka matinya mati jahiliyah, artinya mati dengan membawa dosa yang amat besar. Nadzubillahi mindzalik.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah…
Jangan sekali-kali, saudara terpengaruh oleh pihak-pihak yang sengaja menanamkan keragu-raguan, bahwa tegaknya Khilafah adalah sesuatu yang utopis, sesuatu yang mustahil bisa terwujud. Semua itu, tak lain merupakan bisikan syaithan, yang ingin menanamkan keragu-raguan dalam hati kita. Yang ingin mematahkan semangat dan tekat kita dalam perjuangan.
Yakinlah saudara…!, bahwa tidak ada sesuatu yang mustahil di dunia ini, jika Allah menghendaki. Betapa banyak kejadian-kejadian besar di dunia ini, yang tak pernah disangka akan terjadi? Dahulu…, Persia dan Romawi tak pernah menyangka, bahwa Islam yang muncul di negeri Arab, yang terbelakang itu, akan mampu menundukkan mereka. Bahkan tak disangka, Islam akan menjadi kekuatan Adidaya selama 13 abad lamanya. Orang juga tak menyangka, bahwa Uni Soviet akan hacur; tak menyangka bahwa Jerman Barat dan Timur akan bersatu; tak menyangka bahwa kekuasaan Orde Baru akan tumbang, dan lain sebagainya.
Karena itu, kita harus yakin!
Dengan perjuangan, kesungguhan, keikhlasan, dan kesabaran, niscaya Khilafah akan tegak kembali, Insya Allah! Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.:
Kemudian akan (muncul) kembali ke-Khilafahan, yang mengikuti metoda kenabian
Oleh karena itu…,

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah!
Bergegaslah saudara-saudara memperjuangkan tegaknya Khilafah; bersama para pengemban dakwah yang ikhlas, yang terus berupaya untuk mengembalikan tegaknya Khilafah. Sebab, menegakkan Khilafah merupakan tuntutan keimanan, yang tak bisa ditawar-tawar lagi bagi seorang muslim. Jangan sampai saudara-saudara menemui ajal, dalam keadaan jahiliyah.
Ditinjau dari segi realitas, tegaknya Khilafah saat ini, merupakan tuntutan dan kebutuhan yang sangat rasional. Sebab, hanya dengan Khilafah lah, masa depan peradaban manusia saat ini bisa diselamatkan dari kehancurannya. Kehancuran akibat penerapan ideologi kapitalis, yang terbukti gagal mewujudkan keadilan, kesejahteraan, ketentraman, dan kedamaian dunia. Hanya Khilafah lah yang mampu mewujudkan semua itu, dengan penerapan Islam secara kaffah. Hanya Khilafah lah yang mampu mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh isi alam. Hanya Khilafah lah yang mampu menjaga dan melindungi umat dari ancaman musuh-musuhnya. Dan Hanya Khilafah lah yang mampu menghentikan kesombongan, arogansi, dan kebiadaban Amerika dan sekutu-sekutunya. Allahu Akbar…!

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah…
Saat ini, seruan penegakkan Khilafah telah menggema di seluruh pelosok dunia. Seruan tersebut tidak hanya bergema di negeri-negeri Muslim saja, seperti Syiria, Yordania, Palestina, Mesir, Sudan, Turki, Yaman, Pakistan, Uzbekistan, Indonesia, dan sebagainya; tapi juga bergema di jantung negeri-negeri Kafir, seperti Inggris, Jerman, Denmark, Austria, Amerika, Kanada, Australia, dan sebagainya.
Sungguh…, Khilafah akan kembali, Insya Allah dalam waktu dekat; sekalipun semua upaya dan harta dikerahkan oleh orang-orang kafir dan antek-anteknya untuk menghalangi tegaknya Khilafah. Kuatkanlah cita-cita, dan bersungguh-sungguhlah memperjuangkannya. Semoga Allah meneguhkan perjuangan kita. Dan semoga kita termasuk orang-orang yang dipilih Allah, untuk mewujudkan janji-Nya dalam Al-Quran, surat an-Nuur: 25.
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal shaleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah mejadikan orang-rang yang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridlai-Nya untuk mereka. Dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukankan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (TQS. An-Nuur [24]: 55)
Allahu Akbar 3x, SAATNYA KHILAFAH MEMIMPIN DUNIA DENGAN SYARIAH

Khutbah Jumat

Mewaspadai Kemunafikan (Khutbah Jumat)

  Mewaspadai Kemunafikan
Mewaspadai Kemunafikan (Materi Khutbah Jumat)

Ba'da hamdalah, shalawat, wasiat takwa, dan ayat Quran

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah!

Ulama besar Imam Hassan al-Bashri pernah memberi nasihat. Katanya, "Orang yang merasa aman dari kemunafikan adalah munafik. Dan orang yang merasa takut dihinggapi kemunafikan itulah yang beriman."

Nasihat tersebut bertujuan mengingatkan agar kita selalu mewaspadai kemunafikan (nifaq). Baik nifaq yang ada pada diri kita maupun pada orang lain. Keduanya sangat berbahaya.

Kemunafikan yang ada pada diri kita, dapat menjerumuskan kita ke tempat atau posisi diri yang amat hina-dina. Allah SWT dalam al-Quran bahkan menjelaskan, orang munafik itu tempatnya adalah neraka yang paling bawah (asfali minannar). Sedangkan kemunafikan pada diri orang lain, selain berbahaya bagi dirinya, juga berbahaya bagi Islam dan umat Islam.

Profil orang munafik terkenal adalah Abdullah bin Ubay. Di depan Nabi Saw dan umat Islam ia mengaku beriman, menyatakan diri Muslim. Namun di belakang ia memusuhi mereka, bahkan bersekutu dengan kaum kafir untuk memerangi Islam dan umatnya.

Tidak heran jika pembicaraan tentang kemunafikan pada masa Rasulullah merupakan hal yang sangat menakutkan. Karena, gejela kemunafikan sangat halus dan sering tidak disadari oleh orang yang mengalaminya.

Secara syar'i, kemunafikan dapat dibagi dalam dua jenis: nifaq qolbi dan nifaq amali. Yang pertama merujuk pada rusaknya iman seseorang, sehingga amal perbuatannya sama sekali tidak sejalan dengan pengakuannya sebagai orang beriman. Ia juga hipokrit alias bermuka dua, seperti yang dilakukan Abdullah bin Ubay. Kalaupun ia menampilkan amal yang Islami, hanya kepura-puraan, padahal hatinya penuh dengan rencana untuk merusak agama dan umat Islam.

Sedangkan nifaq amali yaitu perilaku yang menunjukkan ciri kaum munafik, antara lain berkata bohong, mengingkari janji, dan mengkhianati amanah (kepercayaan).

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah!

Bibit kemunafikan akan tumbuh subur seiring kecintaan seseorang pada dunia semakin kental. Karena, seperti diisyaratkan Rasulullah, pada awalnya penyebab kemunafikan adalah hubbud dunya wa karohiatul maut (cinta dunia dan takut mati). Takut miskin, takut tersaingi, takut tidak mendapat kedudukan, takut jatih dari kekuasaan, takut hilang pengaruh, dan sebagainya. Akibatnya, apa yang dilakukan semata-mata demi kepentingan diri sendiri tanpa mengindahkan norma-norma Islam.

Gejala kemunafikan merebak dewasa ini. Di bidang hukum umat lebih senang memakai atau memilih hukum thagut ketimbang hukum Islam. Di arena politik banyak manusia-manusia hipokrit yang menjual slogan-slogan manis dan janji-janji kosong manakala ia berambisi merebut suatu posisi kekuasaan. Penyelewengan jabatan atau penyalahgunaan wewenang pun menggejala, akibat dikhianatinya kepercayaan rakyat (amanah) atau diingkarinya "sumpah jabatan".

Orang munafik merupakan musuh paling serius bagi Islam dan umatnya. Sebab, ia tidak secara terang-terangan memusuhi Islam. Tidak sebagaimana orang-orang kafir yang jelas-jelas beragama non-Islam dan relatif mudah diidentifikasi.

Dalam al-Quran diterangkan banyak sekali ciri-ciri kemunafikan, atau karakteristik kaum munafik. Misalnya dalam Q.S. al-Baqarah:8-20. Yang terutama adalah mengaku beriman, padahal tidak, untuk mengelabui kaum mukmin. Ia sulit dikenali sebagai musuh Islam sebab mengaku beriman. Pengakuannya sebagai orang beriman semata-mata siasat agar tidak dicurigai. Dengan kedok keimanan itulah ia masuk ke kalangan umat Islam dan dengan mudah mencari kelemahan untuk kemudian menghancurkannya.
Dalam ayat lain dijelaskan, orang-orang munafik menjadikan orang-orang kafir sebagai teman dan penolong, sedang kaum mukmin dimusuhi atau dijauhinya (Q.S. 4:138-139). Dijadikannya orang kafir sebagai teman karena dengan begitu ia bebas melampiaskan kemunafikannya, atau mencari bantuan untuk meraih sesuatu dengan menyingkirkan saingannya sesama mukmin. Ia menjauhi dan menjaga jarak dengan orang mukmin karena takut kedoknya terbongkar, "panas" bila mendapat nasihat, dan mendapat "tekanan batin" karena orang mukmin berhati tulus, jujur, dan menjalankan norma Islam.

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah!

Kewajiban utama seorang Muslim adalah shalat. Namun, bagi kaum munafik, shalat tidaklah penting. Karena imannya hanya pura-pura, maka kaum munafik pun malas mendirikan shalat, atau mengerjakan shalat dengan tidak bersemangat, dan sedikit (jarang) mengingat Allah (Q.S. 4:142). Ia lakukan ibadah demi pujian orang (riya), dan ada maksud-maksud lan, misalnya untuk mengelabui umat agar menganggapnya "rajin ibadah".

Jika kita malas mendirikan shalat, maka waspadalah kemunafikan telah menyusupi jiwa kita. Sedangkan shalat merupakan pembeda antara kaum Muslim dan kafir.

Pada era reformasi ini, kita juga harus waspada terhadap kaum munafik yang menunggangi gerakan reformasi. Bisa saja kaum munafik menyusup ke partai Islam atau partai lainnya, berkedok membela Islam dan memperjuangkan rakyat kecil. Padahal yang dituju adalah popularitas dan kedudukan.

Terakhir, jika umat Islam tidak mau tunduk kepada hukum Allah, atau tidak mau menggunakan sistem Islam dalam kehidupan politik, sosial, ekonomi, dan lainnya, maka waspadalah, kemunafikan telah melanda umat Islam itu. Sebab dalam Q.S. 4:60 dijelaskan, orang munafik lebih memilih hukum thagut ketimbang hukum Allah.

Dalam diri kaum munafik terjadi dualisme dalam beragama: di satu pihak menjalani ibadah secara Islam (shalat, zakat, puasa, dan haji) namun di pihak lain, dalam bidang sosial-kemasyarakatan, memakai paham atau sistem nilai lain. Barakallahu li walakum.*

Kamis, 24 Maret 2016

Khutbah Ideologis

Sidang jum’at rahimakumullah,
Pada kesempatan yang mulia ini, khatib mengingatkan utamanya kepada diri saya pribadi dan juga kepada jama’ah pada umumnya, untuk senantiasa meningkatkan taqwa kepada Allah, dengan sebenar-benarnya taqwa yaitu ikhlas menjalankan semua apa yang diperintahkan oleh Allah kepada kita tanpa memilah dan memilih perintah itu, dan berusaha untuk meninggalkan segala apa yang dilarang olehnya tanpa memilih larangan itu berat ataupun ringan.  Kemudian marilah kita mengungkapkan rasa syukur kita kepada Allah semata, Allah telah melimpahkan rahmat dan karuniahNya kepada kita semua  berupa hidup dan kehidupan, selanjutnya marilah kita bershalawat dan salam sejahtera kepada pemimpin kita bersama, teladan kita bersama, imamul muttaqin pemimpin orang-orang yang bertaqwa dan qaa-idil mujahidin panglima para mujahid yang sebenarnya nabiyullah Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam, keluarganya, para sahabatnya, tabit tabiin serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman, semoga kita semua yang hadir ditempat ini dipandang Allah layak dihimpun bersama mereka dalam kafilah panjang yang penuh berkah amin, amiin yarabbal alamin.
Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah
Adapun judul khutbah kita pada jumat kali ini adalah bersikap istiqomah
Allah SWT telah mengingatkan kita semua agar benar-benar konsisten pada perintah-perintah yang telah ia berikan. Allah SWT berfirman : yang artinya
 Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta."(TQS Thaha : 124)
Selanjutnya Allah SWT berfirman:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).(TQS: Arrum :41)
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. TQS Al-Araf : 96)
Dari berbagai peringatan itu kita simpulkan bahwa hanya dengan menjalani hidup di dunia ini dengan berdasarkan islam sepenuhnya. Kita, umat ini akan mendapatkan kebahagiaan dunia maupun akhirat.  Saat kita menjalankan perintah Allah dalam segala sisi kehidupan, kita akan mulia, sementara saat kita terlepas dari islam kita akan mendapatkan kehinaan.
Sidang jamaah jumat rahimakumullah,
Hanya saja barangkali selama ini kita sering mendengar betapa ayat-ayat Allah diberikan penolakan.  Sebagai missal kita tahu bahwa RUU anti pornografi telah berubah menjadi RUU pornografi, porno bukan lagi dilarang tapi diatur, atau dikelola, begitu alasannya.  Walau begitu para pembelanya biasanya masih menyatakan dirinya percaya kepada Tuhan (Allah SWT). Lantas bagaimana menyikapi hal ini? Apakah kita sudah tidak percaya lagi dengan aturan Allah tentang perintah Menutup aurat, menundukkan pandangan dan sebagainya.  Ini penting karena kita semua menjadi sering kebingungan dengan pernyataan
 
Beberapa pihak yang bersikap seperti ini.
Jadi,  kita harus bagaimana?
Sidang jumat rahimakumullah,
Terhadap pihak-pihak ini, mengingat mereka masih percaya kepada Tuhan, kiranya bias diajukan dua pertanyaan.
Pertama, seperti itukah percaya? Kita bias bandingkan masalah percaya ini dengan seorang pasien yang diberi resep oleh dokter.  Pernahkah ia menanyakan kelayakan obat itu, manjur atau tidaknya, atau jangan-jangan tidak cocok dan membuat lebih parah? Tidak perna ia seperti itu karena ia percaya penuh pada dokter.  Lantas terhadap Allah, kenapa ayat-ayat-Nya masih dianalisis?
Kedua, seperti inikah Tuhan? Kenyataanya Tuhan diakui sebagai Maha kuasa tapi ia tak boleh mengatur kehidupan bermasyarakat maupun berbangsa, kita layak bertanya kenapa kita lebih percaya dengan aturan-aturan hukum buatan manusia yang tak memberikan efek jerah, dari pada hukum Allah, yang sudah jelas-jelas mengatur seluruh aktifitas kehidupan kita di dunia maupun di akhirat kelak.  Padahal hukum buatan manusia hanya berlaku jika kedapatan melanggar, ketika tidak ketahuan maka tidak ada masalah apapun.  Bahkan mungkin manusianya sudah menjadi tulang belulang dan memusuhi islam  tapi masih kita lebih percaya dengan aturan tersebut ketimbang hukum Allah yang telah menciptakan manusia, alam semesta dan hidup.
Kenyataan lainnya tuhan diakui maha keras siksaanNya tetapi tetap saja aturanNya ditolak atau dipersulit.  Tentu kita layak bertanya apakah Allah dalam memerintahkan hukum-hukumnya dilaksanakan harus minta izin pada legislasi?
Sidang jumat rahimakumullah,
Tidakkah mengherankan kalau berbagai perintah Allah hanya jadi kontroversi yang terus menerus?  Allah menegaskan dalam firmannya:
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ? (TQS Al-Maidah : 50)
Oleh karena itu, marilah kita sepenuh penuhnya berusaha untuk kembali menjalankan segala aturan Allah.  Sebagai individu kita menjalankan semua aturan terkait dengan individu seperti shalat, puasa, zakat, haji, bersedekah dll. Sebagai umat, kita berusaha mengembalikan semua aturan Allah yang belum terealisasikan. Kita kembalikan agar semua syariah-Nya bias kembali kita terapkan.  Kita dukung segala pihak yang berusaha mengembalikan aturan Allah secara lengkap.  Yang selama ini kita kenal dengan syariah islam.
Barakallahu liwalakum filquranil azhim    (Hafidz Bokko, S.Pd)