Rabu, 04 Desember 2019

Menyentuh Mushaf Bagi Wanita Haid


Kita mendapati banyak pendapat terkait masalah menyentuh mushaf bagi wanita yang sedang haid. Artikel kali ini akan membahas rincian pendapat para ulama tersebut kemudian menjelaskan bagaimana tarjihnya (menguatkan) atau mengkompromikan pendapat yang ada, in syaa Allah. Semoga bermanfaat.
Di antara dalil yang dijadikan sandaran dalam masalah menyentuh mushaf Al-Qur`an adalah firman Allah Ta’ala,
إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ (77) فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ (78) لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ (79)
“Sesungguhnya Al-Qur`an adalah bacaan yang sangat mulia. Pada kitab yang terpelihara (di Lauhul Mahfudz). Tidak menyentuhnya kecuali orang yang disucikan.” (QS. Al-Waqi’ah : 77-79).
Mayoritas ulama rahimahumullah berpendapat bahwa orang yang berhadas (baik hadas kecil maupun besar) tidak diperbolehkan menyentuh Al-Qur`an berdalil dengan ayat di atas. Mereka menafsirkan ayat tersebut dengan makna “Tidak boleh menyentuh (yaitu, kitab yang ada di Lauhul Mahfudz), kecuali al-muthahharun (orang-orang yang disucikan, yaitu malaikat).”
Demikian tafsir yang dijelaskan para mufassirin, diantaranya Ibnu ‘Abbas, Anas, Mujahid, Ikrimah, Sa’id Ibnu Jubair, adh-Dhahal, dll. (Tafsir Ibnu Katsir).
Penafsiran ini senada dengan firman Allat Ta’ala dalam surat ‘Abasa,
فِي صُحُفٍ مُكَرَّمَةٍ (13) مَرْفُوعَةٍ مُطَهَّرَةٍ (14) بِأَيْدِي سَفَرَةٍ (15) كِرَامٍ بَرَرَةٍ (16)
Di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang tinggi lagi disucikan, di tangan para penulis (malaikat),yang mulia lagi berbakti.” (QS. ‘Abasa : 13-16).
Demikian tafsir yang sangat jeli yang disampaikan Imam Malik dalam kitab Muwaththa’ sebagaimana dinukil oleh al-Albani dalam Silsilah Huda wa an-Nur.
Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan sejumlah kekeliruan pendapat yang melarang menyentuh mushaf Al-Qur`an bagi orang yang berhadas dan berdalil dengan surat al-Waqi’ah : 77-79.
  1. Bahwasanya surat al-Waqi’ah adalah surat Makiyah, yaitu surat yang turun di kota Mekah (sebelum hijrah). Dalam surat-surat makiyah mementingkan permasalahan pokok agama (ushuluddin) di antaranya penetapan tentang tauhid, kehidupan akhirat, kenabian, dll. Adapun permasalahan hukum-hukum syariat (seperti taharah -pen) disebutkan dalam surat madaniyyah (surat yang turun di kota Madinah setelah hijrah).
  2. Al-Qur’an belum berbentuk mushaf tatkala turun ayat ini, begitu pula selama hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Al-Qur`an belum berbentuk mushaf. Al-Qur`an mulai dibukukan ketika kepemimpinan khalifah Abu Bakar radhiyallahu ’anhu.
  3. Kata ‘Al-Maknun’ dalam ayat di atas berarti tersimpan, tertutupi dari pandangan, tidak dijamah oleh tangan manusia. Demikianlah makna yang disampaikan para salaf.
  4. Kata ‘Illal muthahharun’ artinya kecuali orang-orang yang disucikan. Kalau seandainya yang dimaksud adalah orang yang berhadas dilarang menyentuh Al-Qur`an maka lafadznya tentu berbunyi al-muthahhirun sebagaimana firman Allah Ta’ala,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang bersuci.” (QS. Al-Baqarah : 222)
Mutahhirun artinya orang yang bersuci dengan berwudhu. Adapun muthahharun artinya orang yang disucikan oleh Dzat lain (malaikat yang disucikan oleh Allah​ Ta’ala). (At-Tibyan Fi Aqsamil Qur’an, 1/140).
Dalil selanjutnya yang dijadikan sandaran para ulama yang melarang menyentuh mushaf bagi orang yang sedang berhadas adalah sebuah hadits dari ‘Amr ibn Haz, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menulis surat kepada penduduk Yaman. Di dalam surat tersebut tertulis,
لَا تَمُسُّ الْقُرْآنَ إِلَّا طَاهِرٌ
Tidak menyentuh Al-Qur`an, kecuali orang yang suci”.
Sebagian ulama menilai hadits ini lemah, tidak bisa dijadikan sandaran dalil. Akan tetapi, ulama hadits, semisal Syaikh al-Albani menilainya shahih dalam al-Irwa’ (1/158). Taruhlah hadits ini shahih, maka lafadz thahir adalah lafadz yang memiliki banyak makna (polisemi). Kata thahir memiliki sejumlah arti, di antaranya:
Makna thahir tidak boleh ditentukan dengan menunjuk dalah satu makna, kecuali dengan adanya indikasi yang kuat (qarinah).
Syaikh al-Albani rahimahullah menegaskan, “Makna yang dekat dengan kebenaran –wallahu a’lam– bahwasanya maksud thahir yang disebutkan dalam hadits adalah orang mukmin, baik yang sedang tertimpa hadas besar, kecil atau tubuhnya terkena najis. Hal itu berdasarkan sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam,
الْمُؤْمِنُ لَا يَنْجُسُ
Orang mukmin itu tidak najis.” (Muttafaqun ‘Alaih)
Maksud hadits di atas agar orang-orang musyrik tidak menyentuh Al-Qur`an sebagaimana disebutkan dalam hadits,
نَهَى عَنِ السَّفَرِ بِالْقُرْآنِ إِلَى أَرْضِ الْعَدُوِّ
Beliau melarang safar ke negeri kafir dengan membawa Al-Qur`an.” (Hadits shahih Muttafaqun ‘Alaih). (Tamamul Minnah, hlm. 107)
Berdasarkan uraian di atas, diperbolehkan bagi orang yang berhadas untuk menyentuh mushaf. Meskipun demikian, menyentuh mushaf dalam keadaan suci tentu lebih utama dan lebih mengagungkan Al-Qur`an. Allahu a’lam.
Bagi saudara-saudari kami yang ingin berhati-hati dalam memilih pendapat dan ingin keluar dari khilaf ulama tentang memegang mushaf ini, bisa menempuh solusi berikut:
  1. Membaca Al-Qur`an dengan melihat mushaf, namun dengan memakai sarung tangan agar tidak bersentuhan langsung dengan mushaf.
  2. Membaca Al-Qur`an dengan melihat HP atau tablet yang terdapat aplikasi Al-Qur`an. Memegang HP yang terdapat aplikasi Al-Qur`an tidak sama dengan memegang mushaf. Adapun pahalanya sama dengan membaca sambil melihat mushaf. Pendapat inilah yang telah disampaikan oleh Syaikh ‘Ali Farkus hafidzahullah yang dirilis di situs resmi beliau.
  3. Membaca Al-Qur`an dengan melihat buku-buku tafsir. Jumhur ulama berpendapat buku tafsir bukanlah mushaf karena di dalam buku tersebut tercampur tulisan selain ayat Al-Qur`an. Bahkan, tulisan tafsir lebih banyak daripada ayat Al-Qur`an itu sendiri. Dalam Mausu’ah al-Fiqhiyyah (13/97) dinyatakan, “Jumhur ulama berpendapat orang yang tertimpa hadats diperbolehkan menyentuh, membawa, dan mempelajari buku-buku tafsir, meskipun di dalamnya terdapat ayat Al-Qur`an.”
Kirimkan Komentar yang membangun

Jumat, 22 November 2019

Hikmah Pagi

Manusia Diuji oleh Allah Sesuai dengan Kedudukannya

BincangSyariah.Com – Setiap manusia pasti diuji oleh Allah sesuai dengan kedudukannya, karena Allah akan menguji manusia sesuai dengan kedudukan yang ia miliki. Semakin berat ujian seseoang tatkala kedudukannya semakin dekat dengan Allah. Yang boleh jadi ujian itu tidak diberikan kepada orang lain selain dirinya, karena hakikat cobaan adalah kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Rasulullah bersabda seperti disebutkan dalam Sunan At-Tirmidzi (j. 2 h. 64),
أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً اْلأَنِبْيَاءُ ثُمَّ اْلأَمْثَلُ فَاْلأَمْثَلُ يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلٰى حَسًبِ ( وَفِي رِوَايَةٍ قَدْرِ ) دِيْنُهُ فَإِنْ كَانَ دِيْنُهُ صَلَبًا اِشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِي دِيْنِهِ رِقَةٌ اُبْتُلِيُ عَلٰى حَسَبِ دِيْنُهِ فَمَا يَبْرَحُ اْلبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتىٰ يَتْرُكَهُ يَمْشِيْ عَلَى اْلأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةُ.
“Manusia yang paling dashyat cobaannya adalah para para nabi kemudian orang-orang serupa, lalu orang-orang yang serupa. Seseorang itu diuji menurut ukuran (kemampuan) agamanya. Jika agama kuat, maka cobaannya pun dashyat. Dan jika agamanya lemah, maka ia diuji menurut agamanya. Maka cobaan akan selalu menimpa seseorang sehingga membiarkannya berjalan di muka bumi, tanpa tertimpa kesalahan lagi.”
Sebagaimana kita juga belajar dari Nabiyullah Ayyub ‘alaihissalam bagaimana beliau memiliki puncak kesabaran yang luar biasa. Jadi sangat lumrah beliau dijadikan contoh dalam menghadapi kesabaran. Allah memberikan ujian berat kepada Nabi Ayyub As. semata karena beliau mempunyai kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah. Dan keistiqomaan dalam agamanya. Maka Allah menguji Nabi Ayyub sesuai dengan kadar agamanya, untuk semakin dekat dengan Allah Ta’ala. (Lihat: Tafsir al-Qurthuby, j. 11 h. 324).
Nabiyullah Ayyub As. diuji dengan penyakit yang luar biasa sehingga dijauhi manusia bahkan diasingkan disuatu tempat yang jauh dari keramaian manusia, sehingga tidak ada satupun yang mengawani dan membela beliau kecuali istri tercinta
Rasulullah bersabda dalam Sunan At-Tirmidzi (j. 2 h. 66),
مَا يُصِيْبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah seorang muslim tertimpa rasa letih, penyakit, kesedihan, gundah gulana, gangguan, sesuatu yang menyesakkan hati, hingga duri yang menusuknya, melainkan dengan semua itu Allah akan menghapuskan sebagian dari dosa-dosanya.
Dalam sebuah syair dikatakan,
تُرِيْدِيْنَ لَقِيَانِ المَعَاِلي رَخِيْصَة *** وَلاَبُدَّ دُوْنَ الشَّهْدِ مِنْ إِبَرِ النَّحْلِ
Engkau menghendaki ketinggian dengan harga murah? Orang yang ingin mendapatkan madu yang bagus harus rela tersengat jarum lebah.
Semoga Allah senantiasa menjaga kita semuanya, Aamiin.

Kirimkan Komentar yang membangun

Kamis, 21 November 2019

Penjelasan Video Rumah Berlapis Emas Palu

Ustad Fatih Karim
ORANG KAYA DERMAWAN BERTAKWA LEBIH MULIA DIBANDINGKAN ORANG MISKIN YG SOMBONG
Lebih berat diuji dengan kekayaan, karena kekayaan bisa membeli semua kemaksiatan yg ada di dunia.

Sabtu, 02 November 2019

Felix Siaw sangat Cerdas


Semua orang stuju ustd Felix cerdas.. 1 Dr skian byk karunia Alloh to ummat islam, n i'm agreed, Ada yg bilang sapa yg bruntung ummu alila apa ustd felix.. ku bilang 22nya hadiah 1 bagi lainya.. Saling melengkapi.. smoga Alloh sll kasih Jln dakwah to ummi n ustd.. barakallohuufiik.. to smua ilmu agama yg d share k kita, hingga smua orang bisa blajar sharing k org lain jg, g d ukur bayaran.. 🙏😇👍
Bener banget setiap manusia tidak pernah selesai diuji waktu sma pengen jd mahasiswa, mahasiswa pengen nikah, pas nikah pengen punya anak supaya selesai ujian/cobaan dan bahagia selalu padahal ujian akan tetap ada disetiap fase kehidupan
Tahukah kamu apakah hari pembalasan itu (QS. 82:17) Sekali lagi, tahukah apakah hari pembalasan itu (QS. 82:18)(Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah. (QS. 82:19) Asli keneraka semua manusia,tobat,pasrah.
 Kirimkan Komentar yang membangun

Jumat, 01 November 2019

QORI CILIK DUET PUTRA-PUTRI JUARA TERBAIK INTERNATIONAL TERBARU 2018



Alhamdullillah ya Allah ada kelebihan yg Allah berikann pada anak celik ini putra putri yg sangat merdu suaranya dan bisa menyatukan iramanya Ya Allah.
Ya Allah aku orang yg paling rugi tak ada anak ku yg seperti orang ini betapa bahagianya kedua orang tuanya dunia dan Aherat ya Allah .....Ya Allah kepada mu semua ku katakan isi hati ku ini ya Allah berikan kesempatan bagi keluar ga ku ya Allah seperti merega betapa bahagianya ya Allah.
subhanalloh..sungguh merdu sekali...semoga anakku dan cucuku ada yg seperti anak anak ini.AAMIIN.
Semoga Allah Swt memberikan mereka kesehatan, barokah, dan tetap istiqomah dalam iman, islam.

Selasa, 29 Oktober 2019

Merubah Sebuah Kegagalan

"Kegagalan itu penting karena jika tidak ada kegagalan, tidak ada penghargaan untuk keberhasilan"
Setiap manusia pasti pernah merasakan kegagalan, tapi bukan berati kegagalan menjadi sebuah nilai yang tak berarti bagi sebuah kesuksesan. Untuk merubah sebuah kegagalan mejadi sebuah keberhasilan, maka dibutuhkan proses, waktu, usaha dan kesungguhan. Seperti yang kita ketahui bahwa waktu memiliki tiga bagian: Masa lulu, Masa sekarang dan Masa yang akan datang.

Pertama: masa lalu. Dari masa lalu ini lah kita bisa mengambil hikmahnya dan menjadikan sebuah pelajaran agar nantinya tidak jatuh kembali ke lubang yang sama.

Kedua, masa sekarang. Masa sekarang adalah hal yang paling penting dan merupakan sebuah proses dan proses ini pula yang akan menentukan sukses dan gagalnya seseorang dimasa yang akan datang, karena masa depan dimulai dari sekaarang.

Ketiga, masa yang akan datang, masa yang dinanti-nanti oleh setiap manusia, masa ini yang akan menetukan, siapa yang akan menjadi juara, serta mampu meraih mimpi dan cita-cita.


Waktu yang begitu berharganya, sampai setiap orang memiliki persepsi masing-masing terhadap waktu:

    * Bagi orang barat waktu adalah uang.
    * Bagi seorang pelukis waktu adalah karya.
    * Bagi seorang pelajar waktu adalah ilmu
    * Bagi seorang pekerja kuli bangunan waktu adalah upah dan
    * Bagi seorang pejabat nakal waktu adalah kesempatan.

Waktu pula bagaikan sebuah pedang, jika kita tidak bisa mengunakanya, maka ia akan menebas leher kita. Waktu pun bagaikan sebuah kendaraan, jika kita tidak bisa mengunakanya, maka kita akan terlindas olehnya.



Kirimkan Komentar yang membangun

Senin, 28 Oktober 2019

AYAH KU KIRIMKAN DOA versi MUSTHOFA


“Kepergianmu membuatku mengerti bahwa rindu paling menyakitkan adalah merindukan seseorang yang telah tiada. Namun kepergianmu pun mengajarkan bahwa tuhan selalu ada untuk mendengarkan segala doa dan harapan.”

Pesan Moral

Hidup itu seperti UAP, yang sebentar saja kelihatan, LALU LENYAP !!
Dan ketahuilah mata itu MENIPU jika tidak didasari oleh pikiran yang POSITIF dan HATI NURANI yang TERPUJI.
Dalam setiap keadaan dan menjadi bijaksana, karena semua di DUNIA ini FANA. 
Ketika aku ingin hidup KAYA, aku lupa, bahwa HIDUP itu sendiri adalah sebuah KEKAYAAN. 
Ketika aku berat untuk MEMBERI, aku lupa, bahwa SEMUA yang aku miliki juga adalah PEMBERIAN. Ketika aku ingin jadi yang TERKUAT, aku lupa, bahwa dalam KELEMAHAN, 

Allah memberikan aku KEKUATAN. Bukan karena hari ini INDAH, kita BAHAGIA. Tetapi karena kita BAHAGIA, maka hari ini menjadi INDAH.
Bukan karena tak ada RINTANGAN kita menjadi OPTIMIS. Tetapi karena kita optimis, RINTANGAN akan menjadi tak terasa.

Bukan karena MUDAH kita YAKIN BISA. Tetapi karena kita YAKIN BISA.. semuanya menjadi MUDAH. Bukan karena semua BAIK kita TERSENYUM. Tetapi karena kita TERSENYUM, maka semua menjadi BAIK,

Tak ada hari yang MENYULITKAN kita, kecuali kita SENDIRI yang membuat SULIT.
Bila kita tidak dapat menjadi JALAN BESAR, cukuplah menjadi JALAN SETAPAK yang dapat dilalui orang.

Bila kita tidak dapat menjadi matahari, cukuplah menjadi LENTERA yang dapat menerangi sekitar kita. Bila kita tidak dapat berbuat sesuatu untuk seseorang, maka BERDOALAH untuk kebaikan.
Tiada ada jalan yang SALAH kecuali kita yang tak tahu ARAH,
Tetapi dari ARAH kita tahu mana jalan yang SALAH.
 

Belajarlah jangan menjadi yang TERBAIK dari sekian banyak orang,
Tetapi jadilah orang yang bermental BAIK dari sekian banyak orang.
Semoga setelah membaca pesan moral ini, semua sobat Hafit Bokko bisa lebih enjoy dalam menghadapi kehidupan, dan tidak selalu mengeluh...
Jangan salah dalam melangkah.......

Kirimkan Komentar yang membangun

Enterpreneur sip

Bismillah..
Halo kak Hafit Bokko, seperti yang kakak ketahui bahwa digipreneur sedang promo Mahir Sales Page diskon 75% menjadi hanya 99.000 saja.
Selama promo ini banyak yang tanya begini,
Apa sih perlu dan pentingnya salespage/landingpage?
Maka kali ini izinkan saya sedikit berbagi tentang pentingnya landingpage;

1.Menjelaskan detail produk
Sebagai pebisnis online jelas anda sering dapat pertanyaan berulang, bahannya apa?, dapat apa saja?, harga berapa?, dst.
Nah dengan landingpage ini anda bisa menuliskan detailnya disana dari penjelasan detail hingga testimoni. lengkap. 
2. Membangun Trust/kepercayaan calon pembeli
Pada dasarnya terjadinya transaksi di bisnis online adalah karena faktor kepercayaan calon buyer terhadap anda.
dengan memiliki landingpage yang menarik dan detail maka secara tidak langsung bahwa anda bukan penjual yang abal-abal, anda serius bisnis.
ini menjadi pembeda anda dengan kompetitor anda pastinya. 
3. Online 24 jam
Layaknya sebuah web lain, landing page ini akan online 24 jam. dia akan siap menyambut calon pembeli anda dan menjelaskan produk anda meskipun anda sedang tertidur.
beda ceritanya jika anda sendiri yang menjelaskan, saat anda tidur maka pelanggan yang datang tidak mendapatkan jawaban. 
4. Mengukur Performa promosi anda jika anda menggunakan iklan berbayar
Landing page ini menjadi sarana utama anda untuk mengukur performa iklan anda, seperti misalnya FB Ads atau google ads.
seberapa orang yang mengunjungi landingpage anda, berapa yang akhirnya klik tombol order dan seterusnya. 
5. Untuk menangkap Pixel untuk retargeting
Sebuah study mengatakan bahwa transaksi pembelian jarang sekali terjadi saat pertemuan pertama, dan kebanyakan terjadi saat 3 kali kontak atau lebih.
maka dari itu anda perlu menandai orang yang sudah berkunjung ke bisnis anda untuk kemudian tetap anda sapa melalui iklan berbayar anda.
dengan begitu mereka akan mengingat anda dan akhirnya membeli dari anda. 
Sebetulnya masih banyak yang lain manfaatnya, lain kali akan saya sharingkan kembali kepada teman-teman. 
nah, sekarang saatnya anda join Mahir Sales Page agar anda bisa segera membuat Sales page anda dan meningkatkan penjualan anda.

anda bisa daftar disini.
Klik lanjutkan atau procced jika ada peringatan dari gmail, link 100% aman
Sahabatmu
Fatoni-digipreneur
Kirimkan Komentar yang membangun

Jumat, 25 Oktober 2019

Cinta Orang-orang yang Dicintai Allah

Mengapa masih ada dusta yang menggores dalam cinta kita kepada Allah. Mengapa kita masih hendak menipu atas pengakuan rindu kita kepada Allah. Adakah hari-hari kita benar-benar telah tersibukkan dengan tautan kebaikan.
CINTA adalah pembahasan yang tak pernah kering dari lidah manusia. Bahkan boleh jadi cinta ada sejak awal manusia diciptakan.
Uniknya, meski cinta begitu manis untuk diucap dan dibayangkan. Namun demikian, tak sedikit orang lalu kelabakan ketika ditanya tentang bukti kecintaannya itu. Sebab ia memang tak semudah ketika diukir dalam lisan dahulu.

Bagi orang beriman, cinta tentu saja tak sekedar pesona yang menjadikan hidup jadi terasa indah. Ia bukan semata pemanis bibir yang membuat setiap ucapan menjadi puitis laksana seorang pujangga. Tapi cinta hakiki adalah pernyataan iman seorang hamba kepada Sang Pencipta.
Dr. Aidh al-Qarni menggoreskan sebuah kalimat indah dalam karyanya yang sangat populer, La Tahzan (jangan bersedih). Jadilah orang-orang yang termasuk kekasih Allah agar engkau merasakan kebahagiaan sejati. Sebab orang itu dikatakan berbahagia ketika ia mencurahkan seluruh orientasi hidupnya untuk sesuatu yang ia cintai. Tiada sesuatu yang paling membahagiakan seorang hamba kecuali ibadah yang ia persembahkan semata-mata hanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala semata.
Iya. Inilah kekuatan cinta sejati. Ia bisa berubah menjadi kekuatan tersembunyi yang tak terhingga batasnya. Ia mampu menguatkan di saat orang lain tak sanggup lagi bergerak. Sejenak, tengoklah ibunda kita tersayang. Ialah ibunda yang telah bersusah payah melahirkan, membesarkan, dan mendidik kita selaku anaknya. Semua itu tak lain sebagai buah cinta seorang ibu terhadap belahan jiwanya.
Pun dengan apa yang dirasakan oleh para generasi sahabat terdahulu. Sontak seorang Bilal mendapatkan energi baru dalam hidupnya. Bilal langsung “lupa” akan ancaman cemeti Umayyah, sang majikan. Hanya karena ia telah berasyik dengan lautan cinta yang sejati.
Duhai, alangkah malunya diri ini, sedang sebagian orang-orang shalih terdahulu pernah berkata. Tidaklah aneh jika orang-orang beriman lalu mencintai Allah, Sang Pencipta. Tapi yang ajaib adalah sebab Allah pun mencintai mereka. Sedang Dia-lah yang menciptakan mereka.
Allah pula yang memberi rezeki, merawat, bahkan menyediakan segala apa yang mereka butuhkan. Tapi yang ajaib adalah sebab Allah tak pernah butuh dengan seluruh amalan yang dilakukan, namun Dia tetap saja mempermudah hamba-hamba-Nya beribadah dan berbuat amal kebaikan. Allah berfirman;
يَأْتِي اللّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ
“…Allah mencintai mereka sedang mereka cinta kepada-Nya…” (QS: al-Maidah [5]: 54).
Jika benar demikian, lalu mengapa masih ada dusta yang menggores dalam cinta kita kepada Allah. Mengapa kita masih hendak menipu atas pengakuan rindu kita kepada Allah. Adakah hari-hari kita benar-benar telah tersibukkan dengan tautan kebaikan.
Ibarat kereta api yang disesaki dengan gerbong-gerbong kebaikan yang saling bertaut tanpa henti. Ataukah justru waktu kita masih banyak terisi dengan kesia-siaan. Sedang di saat yang sama, masih saja kita mengaku sebagai orang yang cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.
Akhir kata, sejarah kehidupan manusia menjadi pijakan kita saat ini. Ada pilihan dalam setiap pijakan. Di sana ada kisah Paman Nabi, Hamzah bin Abdul Muththalib yang menjemput kematiannya di medan Uhud. Ia gugur atas nama cinta dan penghambaan makhluk kepada Rabbnya. Layaknya Hanzhalah yang rela meninggalkan dekapan istrinya di malam pernikahan. Sebab di sana ada sesuatu yang lebih indah dari segalanya. Menikmati dekapan cinta sejati, Sang Ilahi Rabbi.
Namun semoga kita juga tak lupa. Karena dalam sejarah juga ada nama Firaun, yang berkalang tanah demi cinta kepada kekuasaan di dunia. Pun ada Qarun, sebagai simbol orang-orang yang tamak dan berlebihan dalam mencintai harta dunia. Sebagaimana, sejarah juga menggores pelajaran, bahwa dahulu ada Qais dan Laila yang tergila-gila hanya gara-gara cinta sepasang anak manusia.*/Masykur Abu Jabar.


Kirimkan Komentar yang membangun

Cinta: Antara Tuhan dan Manusia

Oleh: Dr. Umar S.
Cinta adalah term yang mengandung beragam perspektif, dengan aksentuasi dan internalisasi yang bersifat kompleks pula. Cinta dalam konteks Islam klasik dimaknai dengan mahabbah, yang berarti cinta, kasih dan sayang.
Mahabbah menurut Louis Ma’luf bermakna kecenderungan kepada sesuatu yang dicintai (mahbub), yang menurut penulis adalah Allah SWT. Hal ini sejalan dengan pendapat Harun Nasution, yang menyatakan mahabbah adalah cinta kepada Tuhan.
Menurut Abu Abdullah Al-Qurasyi, hakekat mahabbah adalah apabila kamu telah memberikan keseluruhanmu kepada yang kamu cintai sehingga tidak ada sisa apa pun bagimu. Al-Qusyairi, mendefinisikan mahabbah sebagai kualitas intrinsik yang dimiliki Tuhan dan manusia.
Sebab itu, ada cinta Tuhan yang bersifat menurun karena Dia adalah pencipta, dan berikutnya cinta manusia yang bersifat mendaki karena tempatnya sebagai manusia yang di bawah. Hassan al-Syarqawi mengartikan cinta sebagai kecenderungan jiwa terhadap apa yang dilihatnya atau apa yang diduganya baik. Imam Al-Ghazâlî mendefinisikan al-hubb sebagai: “Ungkapan tentang kecenderungan watak terhadap sesuatu yang melezatkan”.
Dalam konteks yang hampir sama, Muhammad Amin al-Kurdi mengartikan makna al-mahabbah sebagai kecenderungan watak terhadap sesuatu yang memberikan kelezatan kepada yang mencintainya”. Sinkron dengan ini, Ibn ‘Arabi menjelaskan cinta adalah ciri sentral dari semua eksistensi, dan tugas manusia sejati adalah melihat di balik selubung motivasi lahiriah yang menutupi cinta yang merupakan dasar dari semuanya.
Perhatian manusia adalah mempertahankan cinta, bukan hanya mempertahankan hidup.
Kekuatan cinta yang secara fitrawi ini dimiliki semua manusia, diyakini memiliki energi untuk menyatukan berbagai ikatan secara umum, tidak hanya manusia namun juga seluruh makhluk di alam semesta.

Hal ini seakan untuk mengakui bahwa kekuatan ini bersumber dari sesuatu yang mengatur seluruh alam semesta. Menurut Empedokles (492-432 SM), cinta muncul sebagai salah satu dari dua kekuatan alam yang saling bertentangan yang menerangkan jalannya sejarah kosmis. Kosmos sesungguhnya selalu dalam keadaan ketegangan antara harmoni dan disharmoni. Ketika cinta terkontrol, maka elemen-elemen membentuk gabungan-gabungan yang memunculkan kesatuan-kesatuan yang lebih komplek.
Sedangkan menurut Plato (427-347 SM), cinta pada dasarnya merupakan cinta pada keindahan dan keindahan tidak bersifat material namun ideal. Keindahan merupakan jembatan antara realitas material dan ideal, particular dan universal. Pembahasan oleh Plato tentang cinta dalam arti eros dapat disimpulkan bahwa eros adalah daya kosmik, eros sebagai keinginan untuk berpadu dengan bagian diri yang lain, eros yang baik dan indah adalah eros keindahan dan kebaikan. Eros ada demi kebaikan untuk dimiliki selamanya. Secara spesifik eros adalah keinginan menurunkan suatu wujud dalam keindahan untuk mencapai immortalitas, kebalkematian dan Eros sebagai kegilaan Ilahi.
Bagi Aristoteles (384-322 SM), cinta merupakan kekuatan yang penggerak yang tak tergerakkan (Tuhan) sebagai yang dicintai dan sistem planet sebagai pencinta. Sedangkan Plotinus (284-269 SM) membedakan cinta menjadi cinta kepada Tuhan atau cinta Ilahi, cinta sebagai setan atau cinta hewani dan cinta manusiawi sebagai cinta hasrat.
Pada abad pertengahan, cinta didoktrinkan sebagai cinta yang santun dan penuh kesopanan, yang dapat mengantarkan kepada pengetahuan. Plato menyatakan bahwa pengetahuan membimbing ke arah cinta, namun bagi Agustinus, cintalah yang membimbingnya ke arah pengetahuan.
Mendukung pernyataan ini, Dante (1265-1321 M) menyatakan bahwa hal yang sangat mendasar dalam agama adalah meyakini bahwa Tuhan adalah cinta. Dengan cintalah Tuhan menggerakkan segala benda-benda semesta, cinta sekaligus merupakan kekuatan yang dapat menarik atau mendorong ke arah kebaikan. Leona Ebreo (1460-1528 M) menguatkan pandangan bahwa cinta akan Tuhan sebagai kekuatan yang menggenggam alam. Karenanya cinta merupakan suatu hal yang tunggal yang memungkinkan lahirnya segala sesuatu dari material ke spiritual.
Inilah prinsip yang merupakan faktor dinamis dari perubahan kosmos. Kedinamisan inilah yang kemudian bagi para filsuf Jerman disebut sebagai “Schnsucht” yang berarti kerinduan, atau “Streben” yang berarti perjuangan.
Di antara karakter cinta adalah ketidakmampuannya untuk dipuaskan. Di sisi lain, Spinoza (1632-1677) juga menegaskan bahwa semakin memadai suatu ide, maka akan semakin menyenangkan, membebaskan, dan manusiawi ide itu. Inilah puncak kehidupan etis yaitu kehidupan yang didevosikan pada kebebasan intelektual, dan hal ini dapat ditemukan dalam cinta intelektual akan Tuhan. Bagi Spinoza, juga Agustinus, manusia itu harus menghilangkan dirinya agar dapat menemukan dirinya, namun dengan begitu manusia menemukan bahwa apa yang telah ia jumpai adalah Tuhan.
Hakekat cinta dan berbagai derivasinya ini, secara umum dapat dipahami sebagai suatu relasi dengan dua pihak yaitu yang mencintai (pencinta) dan yang dicintai yang menjadi objek cinta. Kajian tentang cinta karenanya selalu merupakan kajian yang mencintai (lover).
Si pecinta, dengan cintanya berarti ia memiliki berbagai unsur perasaan yang tergabung dalam suatu keadaan kejiwaan seperti uns (kehampiran), syauq (kerinduan), mahabbah (kecenderungan hati) dan lain-lain. Kekuatan cinta seperti inilah yang memotivasi Abd al-Qâdir al-Jîlânî mengupas soal al-mahabbah dalam wacana sebagai berikut: “Tidakkah engkau tahu bahwa Dia Esa yang mencintai keesaan dan mencintai yang hanya mencintai-Nya? Jika Dia mendekatkanmu kepada-Nya melalui selain Diri-Nya, cintamu kepada-Nya menjadi tak benar dan sia-sia. Akibatnya, cinta kepada-Nya di dalam hatimu menjadi rusak. Maka Dia akan menahan tangan orang lain dari membantumu dan lidah mereka dari memujimu dan kaki mereka dari mengunjungimu agar mereka tak memalingkanmu dari-Nya.
Sudahkah engkau mendengar sabda Nabi saw.? “Hati mencintai yang berbuat kebaikan dan benci kepada yang berbuat keburukan”.
Abd Qadir al-Jilani juga berpendapat bahwa al-mahabbah sebagai sebuah kecenderungan jiwa kepada sesuatu yang memberikan kebaikan atau kelezatan itu merupakan ”anugerah” dari Tuhan tapi terkadang bisa juga sebagai sebuah “cobaan”.

Hal itu dimungkinkan karena al-mahabbah itu hadir karena dua sebab. Pertama, mahabbah itu memang benar-benar anugerah yang datang dari Allah, dan kedua, ia timbul bukan dari Allah swt. Dengan demikian mahabbah itu hadir bukan merupakan anugerah dari Allah swt., maka rusaklah cinta yang bersemayam di hati seseorang. Indikasinya sederhana, yakni apabila hati kita menjadi benci kepada kebaikan dan sebaliknya justru malah mencintai keburukan. Namun sebaliknya jika yang disebut pertama terjadi, maka seseorang menjadi tenteram jiwanya dan akan dikokohkan kecintaan-Nya di hatinya.
Hal ini hanya akan tercapai manakala seseorang telah mencapai tingkat kesempurnaan dalam beribadah. Lebih lanjut dikatakan, ”jika penyembahanmu dianggap sah, maka Dia akan mencintaimu dan mengokohkan kecintaan-Nya di hatimu, menenteramkanmu dengan-Nya sehingga engkau menjadi orang yang diridhai-Nya dalam segala keadaan. Kendati bumi semula terasa sempit bagimu, niscaya Dia akan melapangkannya. Dan jika semua pintu terkunci untukmu dengan keleluasaanNya, maka engkau pun tidak marah kepada-Nya dan tidak mendekati pintu yang salah.
Kualitas cinta yang semacam ini, mengilhami Ibn ‘Arabi membagi cinta kepada 3 tingkatan.
Pertama, cinta alami (hubb tabi‘i), yaitu cinta yang dimiliki orang-orang awam. Tujuannya adalah menyatu dalam ruh binatang (rûh hayawânî), sehingga ruh yang satu menyatu dengan ruh yang lain dengan cara menarik kelezatan dan mengobarkan keinginan (syahwah). Bentuk akhirnya adalah nikah, di mana keinginan bercinta (syahwat al-hubb) meresap di dalam semua susunan seperti meresapnya air dalam kain wool atau menyatunya warna di dalam benda yang diwarnai. Cinta alami merupakan cinta terhadap bentuk khusus dari kekasih. Ini bisa berbentuk fisik atau sebuah keadaan. Jika fisik, kedekatan fisik dan persatuan akan diharapkan; jika berupa keadaan, yang diinginkan adalah munculnya keadaan itu. Dengan demikian, menurut Ibn al-‘Arabi, karakteristik cinta alami bahwa pencinta hanya mencintai kekasihnya demi kesenangan dan kebahagiaan dirinya.
Kedua, adalah cinta spiritual dan psikologis (hubb ruhani nafsi) yang tujuan akhirnya adalah menyerupai kekasih yang dicintai (al-mahbub) dengan cara melaksanakan apa yang diminta kekasih (al-mahbub) dan mengenali kedudukannya. Cinta spiritual adalah cinta yang menyatukan para pencinta, karena dia mencintai kekasih demi sang kekasih itu sendiri. Sedangkan dalam cinta alami ia mencintai kekasih demi dirinya sendiri.
Tujuan cinta spiritual adalah untuk “menjadi seperti kekasih, memenuhi perintah kekasih, dan mengetahui keputusannya.” Dalam pengertian inilah cinta spiritual merupakan jalan perjuangan untuk penafian diri, di mana pencinta mencintai semata-mata demi Kekasihnya, menyembah-Nya seolah-olah dia melihat-Nya. Sang Kekasih sendiri tidak dapat dilihat, dan yang dilihat pencinta adalah jejak-jejak-Nya, atau dengan kata lain, adalah kualitas-kualitas-Nya.
Ketiga, adalah cinta ilahi (hubb ilahi), yaitu cinta Tuhan kepada sang hamba dan cinta sang hamba kepada Tuhan. Allah berfirman: “Dia Tuhan mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya.” Cinta Tuhan kepada hamba-Nya ada yang karena Diri-Nya dan ada pula karena hamba-Nya. Cinta-Nya kepada hamba karena Diri-Nya adalah seperti terungkap dalam firman Tuhan dalam sebuah hadis qudsi:
“Aku cinta (ingin) dikenal, maka Aku ciptakan makhluk, lalu Aku mengenalkan Diri kepada mereka, dan mereka pun mengenal-Ku.”
Menurut perspektif yang lain, dijelaskan bahwa hakekat cinta (mahabbah) sesungguhnya mencakup tiga ranah, 1) memeluk kepatuhan pada Tuhan dan membenci sikap melawan kepada-Nya, 2) menyerahkan seluruh diri kepada yang dikasihi, dan 3) mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali diri yang dikasihi.
Oleh karena itu al-Sarraj, membagi cinta kepada tiga tingkatan, yakni, 1) cinta biasa, yakni selalu mengingat Tuhan dengan dzikir, suka menyebut asma Allah dan memperoleh kesenangan dalam berdialog dengan Tuhan, 2) cinta orang shiddiq, yakni orang yang kenal pada Tuhan, pada kebesaran-Nya, pada kekuasaan-Nya, sebuah kualitas cinta yang dapat menghilangkan tabir yang memisahkan diri seorang dari Tuhan dan dengan demikian dapat melihat rahasia-rahasia yang ada pada Tuhan..Kualitas cinta semacam ini membuat seseorang sanggup menghilangkan kehendak dan sifat-sifat sendiri, sedangkan hatinya penuh dengan perasaan cinta pada Tuhan dan selalu rindu kepada-Nya, dan 3) cinta orang arif, yaitu orang yang tahu betul pada Tuhan. Cinta semacam ini muncul karena telah tahu betul pada Tuhan. Yang dilihat dan dirasa bukan lagi cinta, tetapi diri yang dicintai. Akhirnya sifat-sifat yang dicintai masuk ke dalam diri yang mencintai.
Dengan demikian, cinta adalah sebuah spirit yang mendorong seseorang untuk secara ikhlas dan tulus melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Spirit cinta menggerakkan seseorang dari dalam jiwanya untuk melakukan sesuatu kepada yang dicintainya tanpa syarat. Spirit cinta juga yang menggerakkan Robiah Al Adawiyah untuk total mengabdi kepada Allah. Begitu totalnya, hingga ia memutuskan untuk hidup selibat dan meninggalkan seluruh kenikmatan duniawi yang berpotensi mengganggu cintanya pada Allah SWT.
Dalam setiap bait doanya kepada Allah SWT, Rabiah Al-Adawiyah tidak meminta dijauhkan dari neraka dan tidak pula meminta untuk dimasukkan dalam surga. Yang ia pinta adalah ingin dekat dengan Tuhan. Ia mengatakan “Aku mengabdi kepada Tuhan bukan karena takut terhadap neraka, bukan pula karena ingin masuk surga, tapi aku mengabdi karena cintaku kepada-Nya”. Dalam doanya yang terkenal, ia bermunajat, “Tuhanku, jika puja Engkau karena takut kepada neraka, bakarlah aku karena Engkau. Janganlah sembunyikan keindahan-Mu yang kekal itu dari pandanganku”.
Oleh karena itu, menarik dicermati komentar al-Ghazâlî mengenai syair di atas yang menyimpulkan bahwa dalam diri Rabi’ah al-‘Adawiyah terdapat dua cinta, yakni, pertama, hubb al-hawâ, yakni cinta karena kebaikan dan kenikmatan yang dianugerahkan Allah kepadanya. Untuk membalas kebaikan Allah tersebut, Rabi’ah al-‘Adawiyah selalu dengan dzikir kepada Allah. Kedua, hubb li annahu ahlu lahu, cinta karena Rabi’ah al-’Adawiyah telah mampu menyingkap keindahan dan keagungan Allah, sehingga ia yakin bahwa hanya Allah-lah zat satu-satunya yang wajib dicintai dan dipuji.
Kualitas cinta ilahi seorang arif, tidak lagi didominasi secara lahiriah oleh efek cinta, karena efek itu telah jauh melampaui segala keadaan khusus, meliputi ruang dan waktu. Karena semua selubung sudah tersingkap dan tidak ada kata-kata fisik yang bisa mengganggu. Cinta seperti ini, menurut Ibn al-‘Arabi, adalah sepadan dengan penyingkapan, dan penyingkapan adalah sepadan dengan makrifat.
Dengan demikian cinta ilahi adalah ruh tanpa tubuh; cinta natural adalah tubuh tanpa ruh; dan cinta spiritual adalah tubuh dan ruh sekaligus.
Kesadaran terhadap realitas cinta ilahi pada akhirnya akan mengantarkan seorang arif pada realitas agama yang didasarkan cinta Ilahi, yakni cinta yang tak terbatas, serba meliputi, universal dan membumi.


Kirimkan Komentar yang membangun

Rabu, 02 Oktober 2019

Bermimpilah untuk sukses

Al-Jabar Putra

Nahdah Munirah

Muh. Alfatih


Jangan takut untuk bermimpi, dan percayalah bahwa anda dapat mewujudkan impian anda. Impian dapat terwujud kalau anda mau berusaha untuk mewujudkannya, jangan lupa juga untuk berdoa kepada Allah swt agar semua impian kita dapat terwujud dan dimudahkan dalam meraihnya.

Orang yang sekarang ini sukses adalah orang yang dulunya memiliki impian yang besar untuk sukses. Mereka memiliki impian yang mungkin dianggap gila oleh orang-orang disekitarnya, tetapi karena mereka tidak pernah menyerah dan bekerja keras akhirnya kesuksesn itupun dapat diraihnya. Intinya mereka tidak hanya berdiam, berdoa dan berharap agar impiannya dapat terwujud. Akan tetapi mereka bekerja keras dan berusaha untuk mewujudkan impiannya.

Kalau anda ingin semangat dalam menjalani hidup ini maka bermimpilah, karena harapan dan impian dapat memotivasi anda untuk lebih bersemangat dalam hidup. Impian akan membuat hidup anda lebih berarti. Semakin besar impian anda semakin besar pula semangat anda

Ingin sukses? Jangan pernah takut memiliki impian yang besar, karena orang yang sukses pasti memiliki mimpi yang besar - HARAPAN dan impian adalah dua kata yang tidak asing lagi di telinga kita. Bagaimana tidak, saya yakin semua orang ini pasti memiliki harapan dan impian. Seperti impian untuk sukses, impian menjadi dokter, dan masih banyak lagi. Sayangnya tidak semua orang yang memiliki impian tersebut, melakukan usaha untuk mewujudkan impiannya. Hanya sebagian saja yang berusaha keras untuk mewujudkannya.

Percayalah bahwa setiap manusia pasti memiliki harapan dan impian, karena tanpa adanya harapan pasti hidupnya tidak bersemangat. Mungkin orang yang tidak memiliki harapan seperti orang yang akan mati bunuh diri, orang tersebut menganggap bahwa tidak ada harapan lagi untuk hidup sehingga mereka lebih memilih mati bunuh diri.


Kirimkan Komentar yang membangun

Mengatasi anak yang aktif

11 tips mengatasi anak hiperaktif



1.      atur pemberian makanan yang mengandung gula atau karbohidrat sulingan berkadar tinggi, seperti nasi putih atau berbagai produk olahan tepung, agar tidak berlebih. Hindari juga penyedap rasa serta pemanis dan pewarna buatan. Asupan yang tepat untuk membantu Bunda menghadapi anak hiperaktif adalah makanan yang mengandung kalsium dan magnesium—seperti sayur-mayur, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Selain itu, karena pergerakan anak hiperaktif sangat dinamis, metabolisme tubuhnya pun relatif cepat sehingga ia butuh asupan lebih sering daripada anak yang lain.
2. Jangan menghukumnya karena perilaku hiperaktif bukanlah kesalahan anak Anda.

3. Jangan sekali-kali melabel anak hiperaktif sebagai anak nakal, malas atau bodoh, karena akhirnya ia akan bersikap seperti yang dilabelkan padanya.

4. Keefektifan terapi berbeda-beda bagi tiap anak. Orangtua harus menentukan terapi yang terbaik bagi anak.
Yang terpenting berikan kasih sayang (bukan memanjakan) pada anak hiperaktif melebihi saudara lainnya. Alasannya, seberapa banyak kasih sayang yang ditumpahkan pada anak hiperaktif, tidak akan pernah bisa penuh.

5. Dalam mengajari anak Anda yang hiperaktif, jangan bosan untuk terus menerus mengulang hal-hal yang dengan cepat dapat dipelajari dan diingat oleh anak normal.

6. Di depan anak Anda tersebut, katakanlah pada orang lain kalau dia adalah anak yang baik, dan jangan mengomentari kesalahan- kesalahan yang pernah dilakukannya.

7. Secara konstan/terus menerus waspadalah terhadap segala tindakannya yang mungkin dapat membahayakan dirinya atau orang lain.

8. Perbanyak komunikasi dengan anak Anda. Jika pada anak normal kita cenderung berkomunikasi pada saat-saat tertentu, pada anak hiperaktif kita harus berkomunikasi “setiap satu menit sekali”.

9. Salah satu hal tersulit dalam mengatasi anak hiperaktif adalah ketika sedang berada di meja makan dan kita

10. meminta dia makan sendiri. Mungkin dia malah akan memainkan makanannya atau berlari- lari mengelilingi

11.meja makan. Jangan marahi dia! Yang harus Anda lakukan adalah Anda harus menyuapi mereka dengan sabar.


Kirimkan Komentar yang membangun