Kamis, 24 September 2015

Cara Khilafah Mengatasi Kekeringan


kekeringanOleh: KH Hafidz Abdurrahman
Kekeringan yang melanda sebuah wilayah bisa terjadi karena beberapa faktor yang berbeda, antara satu wilayah dengan wilayah lain. Indonesia, misalnya, dengan letak geografis di antara dua benua, dan dua samudera, serta terletak di sekitar garis khatulistiwa merupakan faktor klimatologis penyebab banjir dan kekeringan di Indonesia.
Posisi geografis ini menyebabkan Indonesia berada pada belahan bumi dengan iklim monsoon tropisyang sangat sensitif terhadap anomali iklim El-Nino Southern Oscillation (ENSO). ENSO menyebabkan terjadinya kekeringan, jika kondisi suhu permukaan laut di Pasifik Equator bagian tengah hingga timur menghangat (El-Nino).
Berdasarkan analisis iklim 30 tahun terakhir menunjukkan bahwa, ada kecenderungan terbentuknya pola iklim baru yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Dampak terjadinya perubahan iklim terhadap sektor pertanian adalah bergesernya awal musim kemarau yang menyebabkan berubahnya pola tanam karena adanya kekeringan.
Bagaimana Khilafah Mengatasi?
 Masalah kekeringan ini selain merupakan masalah teknis akademis dan keahlian, juga ada masalah non-teknis. Mengapa perlu dibedakan, karena solusi yang diambil oleh Khalifah tentu berbeda.
Dalam konteks yang pertama, teknis akademis dan keahlian, secara serius khilafah melalui Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika [BMKG], dengan tim terbaik yang dikumpulkan dari seluruh dunia bisa melakukan kajian secara menyeluruh, cermat dan akurat untuk melakukan pemetaan iklim, kondisi cuaca, potensi panas, hujan, termasuk dampak dan pemanfaatan keduanya untuk tanaman. Berikut rekayasa dan solusi yang dibutuhkan, jika menghadapi kondisi ekstrim, baik yang bersifat jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.
Hasil kajian, riset dan rekomendasi tim inilah yang akan ditindaklanjuti oleh khalifah atau badan terkait. Dari hasil kajian ini, khusus kasus kekeringan, misalnya ditemukan, bahwa faktor penyebab kekeringan itu, adalah: (1) adanya penyimpangan iklim; (2) adanya gangguan keseimbangan hidrologis; dan (3) kekeringan agronomis.
Penyimpangan iklim, menyebabkan produksi uap air dan awan di sebagian Indonesia bervariasi dari kondisi sangat tinggi ke rendah atau sebaliknya. Ini semua menyebabkan penyimpangan iklim terhadap kondisi normalnya. Jumlah uap air dan awan yang rendah akan berpengaruh terhadap curah hujan, apabila curah hujan dan intensitas hujan rendah akan menyebabkan kekeringan.
Gangguan keseimbangan hidrologis, kekeringan juga dipengaruhi oleh adanya gangguan hidrologis seperti: (1) terjadinya degradasi Daerah Aliran Sungai (DAS) terutama bagian hulu, yang mengalami alih fungsi lahan dari bervegetasi menjadi non-vegetasi, yang menyebabkan terganggunya sistem peresapan air tanah; (2) kerusakan hidrologis daerah tangkapan air bagian hulu menyebabkan waduk dan saluran irigasi terisi sedimen, sehingga kapasitas tampung air menurun tajam; (3) rendahnya cadangan air waduk yang disimpan pada musim penghujan akibat pendangkalan menyebabkan cadangan air musim kemarau sangat rendah sehingga memicu terjadinya kekeringan.
Kekeringan agronomis, terjadi sebagai akibat kebiasaan petani memaksakan menanam padi pada musim kemarau dengan ketersediaan air yang tidak mencukupi. Kekeringan ini umumnya terjadi di wilayah-wilayah: (1) areal pertanian tadah hujan; (2) Daerah irigasi golongan 3; (3) Daerah gadu liar; dan (4) Daerah endemik kekeringan.
Pemetaan Wilayah Kekeringan
Setelah dilakukan pemetaan secara umum di seluruh dunia, yang meliputi pemetaan iklim, kondisi cuaca, potensi panas, hujan, termasuk dampak dan pemanfaatan keduanya untuk tanaman, berikut rekayasa dan solusi yang dibutuhkan, jika menghadapi kondisi ekstrim, baik yang bersifat jangka pendek, menengah maupun jangka panjang, maka khusus wilayah kekeringan secara umum bisa dipetakan menjadi tiga kategori.
Pertama, wilayah yang sawahnya mengalami kekeringan pada lokasi yang sama. Daerah tersebut umumnya terjadi di bagian hilir daerah irigasi, daerah yang sumber irigasinya hanya mengandalkan debit sungai (tidak terdapat waduk) dan daerah sawah tadah hujan yang terdapat sumber air alternatif (air buangan, air tanah dangkal).
Kedua, wilayah yang areal sawahnya mengalami kekeringan lebih besar atau sama dengan areal yang aman kekeringan. Daerah tersebut bisa terjadi di bagian tengah/hilir daerah irigasi dan daerah yang sumber irigasinya hanya mengandalkan debit sungai (tidak terdapat waduk) serta tidak kesulitan mendapatkan sumber air alternatif untuk irigasi.
Ketiga, wilayah dimana areal sawahnya mengalami rawan kekeringan lebih kecil dari areal yang aman, daerah tersebut umumnya masih terdapat sumber air alternatif untuk irigasi walaupun jumlahnya masih kurang.
 Mengenai pengelolaan dan rekayasa wilayah kekeringan, perlu memperhatikan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
  • Terus meningkatnya luas sawah yang terkena kekeringan, sehingga berdampak pada penurunan produksi sampai gagal panen.
  • Terjadinya kekeringan pada tahun yang sama saat terjadi anomali iklim maupun kondisi iklim normal.
  • Periode ulang anomali iklim cenderung acak sehingga sulit untuk dilakukan adaptasi.
  • Kekeringan berulang pada tahun yang sama di lokasi yang sama.
  • Dampak anomali iklim bervariasi antara wilayah.
  • Kekeringan hanya dapat diturunkan besarannya dan tidak dapat dihilangkan.
Selain itu, juga harus memperhatikan berbagai dampak kekeringan yang dialami oleh masyarakat, khususnya bagi petani, sebagai berikut:
  • Produksi tanaman turun/rendah/puso bahkan menyebabkan tanaman mati sehingga merugikan petani.
  • Karena produksi rendah secara riil mengalami kerugian material maupun finansial yang besar dan bila terjadi secara luas, akan mengancam ketahanan pangan.
  • Menyebabkan terganggunya hidrologis lingkungan yang berakibat terjadinya kekurangan air pada musim kemarau.
Dengan beberapa pertimbangan di atas, maka harus dibuat manajemen pengelolaan secara sistematis dan terencana dengan para pihak yang terkait.
 Rekayasa dan Solusi
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, rekayasa dan solusi untuk mengatasi kekeringan ini juga bisa dibedakan menjadi dua. Ada yang terkait dengan teknis akademis dan keahlian, dan non-teknis. Untuk kategori yang pertama, kekeringan bisa diatasi, antara lain dengan cara:
  • Gerakan masyarakat melalui edukasi dan penyuluhan, baik langsung maupun tidak langsung. Bisa melalui berbagai media, cetak, elektronik, online, visual, audio visual dan sebagainya. Tujuannya untuk membangun kesadaran masyarakat, dan melibatkan seluruh masyarakat dalam upaya secara sistematis dan terencana.
  • Negara bersama-sama masyarakat membangun, merehabilitasi dan memelihara jaringan irigasi. Termasuk waduk-waduk, dengan kincir air dan mesin penggerak air di sejumlah titik yang dibutuhkan untuk masing-masing wilayah di seluruh dunia.
  • Negara bersama-sama masyarakat membangun, merehabilitasi, dan memelihara konservasi lahan dan air. Termasuk melindungi hutan lindung, daetah resapan air, dan sebagainya agar tetap pada fungsinya. Sekaligus menindak penyalahgunaannya, dan mengembalikannya kepada fungsi asalnya.
  • Negara memberikan bantuan sarana produksi (benih dan pupuk, pompa spesifik lokasi) kepada masyarakat.
  • Negara bersama-sama masyarakat mengembangkan budidaya hemat air dan input.
Adapun untuk mengatasi kekeringan, karena faktor klimatologis Negara Khilafah akan melakukan:
  • Penyebaran informasi prakiraan iklim lebih akurat, sesuai dengan wilayah masing-masing, yang dihasilkan oleh BMKG dengan tim terbaiknya dari seluruh dunia.
  • Membuat kalender tanam.
  • Menerapkan dan memperhatikan peta rawan kekeringan yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian melalui data interpretasi, yang disebarluaskan dan disosialisasikan melalui jaringan online dan cetak di seluruh dunia. Peta tersebut tersedia untuk seluruh wilayah, yang bisa diunduh di website, misalnya. Selain sumber di atas data dapat juga diperoleh melalui BMKG.
Secara non-teknis, khalifah juga akan memimpin umat Islam untuk memohon kepada Allah SWT, dengan mendekatkan diri kepada Allah, meninggalkan maksiat, baik melalui shalat istisqa’, anjuran berdoa, mendoakan dan minta didoakan di hari, waktu dan tempat mustajab agar Allah menurunkan hujan untuk kemaslahatan umat.
Ini pernah terjadi di masa Nabi SAW ketika Madinah mengalami kekeringan, masyarakat datang menghadap Nabi sebagai kepala negara untuk berdoa, agar Allah menurunkan hujan. Nabi SAW pun mengajak penduduk Madinah untuk melakukan shalat istisqa’ di lapangan, yang kini dibangun Masjid Ghamamah. Setelah itu, hujan pun turun tak henti-henti sepanjang hari, sampai mereka pun datang kembali kepada Nabi SAW untuk berdoa, agar hujan berhenti. Nabi SAW pun berdoa, “Allahumma hawalaina wa la ‘alaina.” Hujan pun berhenti.
Ketika ‘Umar bin Khatthab menjadi khalifah, sungai Nil meluap hingga menyebabkan terjadinya banjir di daerah sekitarnya. ‘Umar pun menulis surat kepada sungai Nil, agar berhenti meluap. Sungai itu pun berhenti. Sa’ad bin Abi Waqqash, panglima Perang Qadisiyah, ketika hendak menaklukkan Persia, harus menaklukkan sungai Dajlah. Sa’ad yang doanya memang mustajab itu memimpin doa, dan bersama pasukannya beliau berhasil melintasi sungai yang ganas itu bersama pasukan berkuda. Dalam riwayat lain, mereka bisa berjalan di atas air, melintasi sungai Dajlah.
Rekayasa dan solusi non-teknis ini tak kalah pentingnya. Semuanya pun menjadi mudah, ketika rakyat dan negaranya menerapkan syariah-Nya. Karena dengannya, keberkahan dari langit dan bumi akan dicurahkan Allah kepada mereka, “La fatahna ‘alaihim barakatin min as-sama’i wa al-ardh.” [QS al-A’raf: 96].
Sumber: Tabloid mediaumat

Al-islam terbaru

Pengorbanan, Ketaatan dan Berkah Bagi Kehidupan 

Pengorbanan, Ketaatan dan Berkah Bagi Kehidupan

[Al-Islam edisi 773, 11 Dzulhijjah 1436 H – 25 September 2015 M]
Hari ini (Jumat) kita berada pada awal Hari Tasyriq. Selain kemarin (Kamis) sebagai Hari Nahr, hari ini dan dua hari ke depan adalah hari-hari pensyariatan penyembelihan hewan kurban.
Idul Adha dan pelaksanaan penyembelihan hewan kurban tahun ini berada di tengah situasi perekonomian yang makin sulit. Kurs rupiah terhadap dolar AS terus melemah. Daya beli masyarakat terus menurun. Harga-harga berbagai kebutuhan terus naik. Beban ekonomi akibat inflasi makin tinggi. Pajak makin mencekik. Berbagai subsidi terus dikurangi bahkan dicabut. Pengangguran makin bertambah. Demikian seterusnya.
Meski perekonomian tengah sulit, semangat kaum Muslim untuk berkurban masih menggelora, padahal harga hewan kurban saat ini juga ikut naik. Hal ini tidak lain dilakukan semata-mata demi memenuhi seruan Allah SWT dan Rasulullah saw. Dengan kata lain, pengorbanan itu dilakukan untuk membuktikan ketaatan dan ketundukan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Begitu pula dengan jutaan jamaah haji yang saat ini tengah melaksanakan manasik haji dengan melempar jumrah di Mina. Mereka rela mengorbankan harta yang tak sedikit. Mereka berpayah-payah meski tak sedikit dari mereka yang telah lanjut usia dan didera penyakit. Semua itu tidak lain semata-mata untuk memenuhi seruan Allah SWT.
Nabi Ibrahim as., istri beliau Hajar, dan putra beliau Ismail as., telah memberikan teladan pengorbanan paripurna dan ketaatan mutlak di sepanjang kehidupan mereka. Keteladanan mereka ini diabadikan oleh Allah SWT yang tercermin dalam tatacara manasik haji, syariat kurban dan Idul Adha. Setiap tahun, syariat haji, kurban dan Idul Adha memperbarui spirit dan tekad dalam diri kita untuk memberikan pengorbanan paripurna dan mewujudkan ketaatan mutlak itu secara nyata di tengah-tengah kehidupan kita.
Tentu, spirit pengorbanan paripurna dan ketaatan mutlak itu tidak boleh berhenti selama ibadah haji dan kurban saja. Spirit itu harus terus dipupuk dan diwujudkan secara nyata dalam seluruh aspek kehidupan. Apalagi dalam kondisi memprihatinkan yang sedang dihadapi oleh kaum Muslim dan umat manusia saat ini.
Sebagaimana kita rasakan, saat ini dunia telah disesaki dengan ragam kezaliman, ketidakadilan, perampasan hak serta penghisapan darah, keringat dan harta manusia. Kaum Muslim di seluruh dunia dizalimi, dianiaya dan hak mereka dirampas; seperti yang terjadi di Myanmar, Eropa, beberapa negeri Afrika dan lainnya. Saat kaum Muslim menjadi mayoritas, mereka pun dizalimi oleh para penguasa mereka sendiri. Harta kekayaan mereka dirampok oleh para kapitalis dan pihak asing serta banyak disia-siakan dan dihambur-hamburkan oleh penguasa mereka. Penerapan berbagai kebijakan sekular kapitalistik oleh para penguasa kaum Muslim, termasuk di negeri ini, membuat kehidupan kaum Muslim makin memburuk. Krisis demi krisis terus mendera dan berulang makin cepat.
Pangkal dari semua itu adalah penyimpangan terhadap aturan Allah SWT dalam bentuk kemaksiatan sistemik melalui penerapan sistem dan ideologi sekular demokrasi kapitalis. Padahal Allah SWT telah jauh-jauh hari memperingatkan kita semua:
﴿ وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى ﴾
Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku, sesungguhnya bagi dia kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkan dirinya pada Hari Kiamat nanti dalam keadaan buta (TQS Thaha [20]: 124).

Menurut Imam Ibnu Katsir, “berpaling dari peringatan-Ku” bermakna: menyalahi perintah-Ku dan apa yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku (al-Quran), melupakannya dan mengambil petunjuk dari selainnya (Ibn Katsir,Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, V/323).
Allah SWT telah memperingatkan, bahwa Dia akan menimpakan sebagian akibat dari penyimpangan itu sebagai peringatan agar manusia segera kembali pada ketaatan kepada-Nya:
]ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ[
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan (kemaksiatan) manusia, supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (TQS ar-Rum [30]: 41).

Oleh karena itu, untuk menghentikan segala bentuk kerusakan (fasâd) yang terjadi, maka langkah pertama adalah dengan segera menghilangkan faktor penyebabnya, yakni penerapan ideologi dan sistem sekular demokrasi kapitalis itu. Setelah itu ganti dengan penerapan syariah Islam secara kâffahdalam semua aspek kehidupan (politik, pemerintahan, politik luar negeri, hukum, ekonomi, sosial, pendidikan dan sebagainya). Allah SWT tegas berfirman:
﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ ﴾
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kalian (TQS al-Baqarah [2]: 208).

Untuk menerapkan syariah Islam secara kâffah dalam semua aspek kehidupan—baik di level individu, masyarakat maupun negara—tentu dibutuhkan institusi pelaksananya. Institusi tersebut tidak lain adalah Khilafah Rasyidah ‘ala minhaj an-nubuwwah yang berfungsi sebagai munaffidzah asy-syarî’ah(pelaksana syariah). Hanya dengan Khilafah, Islam dapat ditegakkan secara sempurna dan syariahnya dapat dilaksanakan secara menyeluruh.
Khilafah Rasyidah juga akan mewujudkan penjagaan dan perlindungan terhadap kaum Muslim dan siapapun yang menjadi rakyatnya. Dengan itu darah, kehormatan, harta dan hak-hak mereka akan terjaga. Sebab, sebagaimana dinyatakan oleh Imam an-Nawawi, Imam/Khalifah merupakan benteng/tameng karena ia melindungi rakyat dari serangan musuh terhadap kaum Muslim, memelihara hubungan kaum Muslim satu sama lain dan menjaga kekayaan mereka.
Oleh karena itu, segera mewujudkan penegakan kembali Khilafah Rasyidah menjadi sangat mendesak saat ini. Itulah kunci agar Islam bisa tegak secara sempurna, syariahnya bisa Islam diterapkan secara menyeluruh, serta kaum Muslim dan seluruh rakyat yang bernaung di bawahnya bisa terjaga dan terlindungi. Imam al-Ghazali dalam bukunya, Al-Iqtishâd fî al-I’tiqâd, menyatakan, “Agama dan kekuasaan itu ibarat saudara kembar. Karena itu dikatakan, ‘Agama adalah pondasi dan kekuasaan adalah penjaga.Sesuatu tanpa pondasi akan roboh dan sesuatu tanpa penjaga akan hilang.”
Imam al-Amidi dalam bukunya, Ghâyah al-Marâm, juga menyatakan, Mengangkat imam (khalifah) termasuk kemaslahatan paling penting untuk kaum Muslim dan pilar paling agung untuk agama. Hal itu menjadi wajib karena telah diketahui dengan wahyu bahwa yang demikian adalah maksud dari syariah dan bukan perkara yang mungkin dikatakan kewajibannya secara akal semata.
Karena itulah, upaya mewujudkan Khilafah Rasyidah yang menerapkan syariah Islam secara kâffah harus menjadi agenda utama kaum Muslim.

Wahai Kaum Muslim:
Spirit pengorbanan paripurna dan ketaatan mutlak, sebagaimana tercermin dalam ibadah haji dan kurban, harus segera diwujudkan secara nyata di tengah-tengah kehidupan dengan menerapkan syariah Islam untuk menghukumi semua urusan masyarakat. Itulah sesungguhnya karakter Mukmin sejati.
] إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ [
Sesungguhnya jawaban kaum Mukmin itu, bila mereka diseru kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukumi mereka, ialah mereka mengucapkan, “Kami mendengar dan kami patuh.” Mereka itulah orang-orang yang beruntung (TQS al-Nur [24]: 51).

Jika kini kita bersegera dan dengan ringan memenuhi perintah berkurban, padahal itu menurut jumhur fukaha hukumnya sunnah, maka semestinya kita lebih bersegera dan dengan lebih ringan menerapkan syariah Islam dan memutuskan perkara dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah SWT. Sebab, menerapkan syariah Islam hukumnya wajib, dan itu hanya sempurna diwujudkan dengan penegakan Khilafah Rasyidah yang mengikuti manhaj kenabian.
Sekaranglah saatnya kita menorehkan kemuliaan dengan berjuang sungguh-sungguh dan berkurban untuk menegakkan Khilafah Rasyidah ‘ala minhaj an-nubuwwah, yang akan menerapkan seluruh syariah Islam yang akan mendatangkan kerahmatan untuk umat manusia dan alam semesta. WalLâh a’lam bi ash-shawâb[]


Pengorbanan, Ketaatan dan Berkah Bagi Kehidupan

[Al-Islam edisi 773, 11 Dzulhijjah 1436 H – 25 September 2015 M]
Hari ini (Jumat) kita berada pada awal Hari Tasyriq. Selain kemarin (Kamis) sebagai Hari Nahr, hari ini dan dua hari ke depan adalah hari-hari pensyariatan penyembelihan hewan kurban.
Idul Adha dan pelaksanaan penyembelihan hewan kurban tahun ini berada di tengah situasi perekonomian yang makin sulit. Kurs rupiah terhadap dolar AS terus melemah. Daya beli masyarakat terus menurun. Harga-harga berbagai kebutuhan terus naik. Beban ekonomi akibat inflasi makin tinggi. Pajak makin mencekik. Berbagai subsidi terus dikurangi bahkan dicabut. Pengangguran makin bertambah. Demikian seterusnya.
Meski perekonomian tengah sulit, semangat kaum Muslim untuk berkurban masih menggelora, padahal harga hewan kurban saat ini juga ikut naik. Hal ini tidak lain dilakukan semata-mata demi memenuhi seruan Allah SWT dan Rasulullah saw. Dengan kata lain, pengorbanan itu dilakukan untuk membuktikan ketaatan dan ketundukan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Begitu pula dengan jutaan jamaah haji yang saat ini tengah melaksanakan manasik haji dengan melempar jumrah di Mina. Mereka rela mengorbankan harta yang tak sedikit. Mereka berpayah-payah meski tak sedikit dari mereka yang telah lanjut usia dan didera penyakit. Semua itu tidak lain semata-mata untuk memenuhi seruan Allah SWT.
Nabi Ibrahim as., istri beliau Hajar, dan putra beliau Ismail as., telah memberikan teladan pengorbanan paripurna dan ketaatan mutlak di sepanjang kehidupan mereka. Keteladanan mereka ini diabadikan oleh Allah SWT yang tercermin dalam tatacara manasik haji, syariat kurban dan Idul Adha. Setiap tahun, syariat haji, kurban dan Idul Adha memperbarui spirit dan tekad dalam diri kita untuk memberikan pengorbanan paripurna dan mewujudkan ketaatan mutlak itu secara nyata di tengah-tengah kehidupan kita.
Tentu, spirit pengorbanan paripurna dan ketaatan mutlak itu tidak boleh berhenti selama ibadah haji dan kurban saja. Spirit itu harus terus dipupuk dan diwujudkan secara nyata dalam seluruh aspek kehidupan. Apalagi dalam kondisi memprihatinkan yang sedang dihadapi oleh kaum Muslim dan umat manusia saat ini.
Sebagaimana kita rasakan, saat ini dunia telah disesaki dengan ragam kezaliman, ketidakadilan, perampasan hak serta penghisapan darah, keringat dan harta manusia. Kaum Muslim di seluruh dunia dizalimi, dianiaya dan hak mereka dirampas; seperti yang terjadi di Myanmar, Eropa, beberapa negeri Afrika dan lainnya. Saat kaum Muslim menjadi mayoritas, mereka pun dizalimi oleh para penguasa mereka sendiri. Harta kekayaan mereka dirampok oleh para kapitalis dan pihak asing serta banyak disia-siakan dan dihambur-hamburkan oleh penguasa mereka. Penerapan berbagai kebijakan sekular kapitalistik oleh para penguasa kaum Muslim, termasuk di negeri ini, membuat kehidupan kaum Muslim makin memburuk. Krisis demi krisis terus mendera dan berulang makin cepat.
Pangkal dari semua itu adalah penyimpangan terhadap aturan Allah SWT dalam bentuk kemaksiatan sistemik melalui penerapan sistem dan ideologi sekular demokrasi kapitalis. Padahal Allah SWT telah jauh-jauh hari memperingatkan kita semua:
﴿ وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى ﴾
Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku, sesungguhnya bagi dia kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkan dirinya pada Hari Kiamat nanti dalam keadaan buta (TQS Thaha [20]: 124).

Menurut Imam Ibnu Katsir, “berpaling dari peringatan-Ku” bermakna: menyalahi perintah-Ku dan apa yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku (al-Quran), melupakannya dan mengambil petunjuk dari selainnya (Ibn Katsir,Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, V/323).
Allah SWT telah memperingatkan, bahwa Dia akan menimpakan sebagian akibat dari penyimpangan itu sebagai peringatan agar manusia segera kembali pada ketaatan kepada-Nya:
]ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ[
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan (kemaksiatan) manusia, supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (TQS ar-Rum [30]: 41).

Oleh karena itu, untuk menghentikan segala bentuk kerusakan (fasâd) yang terjadi, maka langkah pertama adalah dengan segera menghilangkan faktor penyebabnya, yakni penerapan ideologi dan sistem sekular demokrasi kapitalis itu. Setelah itu ganti dengan penerapan syariah Islam secara kâffahdalam semua aspek kehidupan (politik, pemerintahan, politik luar negeri, hukum, ekonomi, sosial, pendidikan dan sebagainya). Allah SWT tegas berfirman:
﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ ﴾
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kalian (TQS al-Baqarah [2]: 208).

Untuk menerapkan syariah Islam secara kâffah dalam semua aspek kehidupan—baik di level individu, masyarakat maupun negara—tentu dibutuhkan institusi pelaksananya. Institusi tersebut tidak lain adalah Khilafah Rasyidah ‘ala minhaj an-nubuwwah yang berfungsi sebagai munaffidzah asy-syarî’ah(pelaksana syariah). Hanya dengan Khilafah, Islam dapat ditegakkan secara sempurna dan syariahnya dapat dilaksanakan secara menyeluruh.
Khilafah Rasyidah juga akan mewujudkan penjagaan dan perlindungan terhadap kaum Muslim dan siapapun yang menjadi rakyatnya. Dengan itu darah, kehormatan, harta dan hak-hak mereka akan terjaga. Sebab, sebagaimana dinyatakan oleh Imam an-Nawawi, Imam/Khalifah merupakan benteng/tameng karena ia melindungi rakyat dari serangan musuh terhadap kaum Muslim, memelihara hubungan kaum Muslim satu sama lain dan menjaga kekayaan mereka.
Oleh karena itu, segera mewujudkan penegakan kembali Khilafah Rasyidah menjadi sangat mendesak saat ini. Itulah kunci agar Islam bisa tegak secara sempurna, syariahnya bisa Islam diterapkan secara menyeluruh, serta kaum Muslim dan seluruh rakyat yang bernaung di bawahnya bisa terjaga dan terlindungi. Imam al-Ghazali dalam bukunya, Al-Iqtishâd fî al-I’tiqâd, menyatakan, “Agama dan kekuasaan itu ibarat saudara kembar. Karena itu dikatakan, ‘Agama adalah pondasi dan kekuasaan adalah penjaga.Sesuatu tanpa pondasi akan roboh dan sesuatu tanpa penjaga akan hilang.”
Imam al-Amidi dalam bukunya, Ghâyah al-Marâm, juga menyatakan, Mengangkat imam (khalifah) termasuk kemaslahatan paling penting untuk kaum Muslim dan pilar paling agung untuk agama. Hal itu menjadi wajib karena telah diketahui dengan wahyu bahwa yang demikian adalah maksud dari syariah dan bukan perkara yang mungkin dikatakan kewajibannya secara akal semata.
Karena itulah, upaya mewujudkan Khilafah Rasyidah yang menerapkan syariah Islam secara kâffah harus menjadi agenda utama kaum Muslim.

Wahai Kaum Muslim:
Spirit pengorbanan paripurna dan ketaatan mutlak, sebagaimana tercermin dalam ibadah haji dan kurban, harus segera diwujudkan secara nyata di tengah-tengah kehidupan dengan menerapkan syariah Islam untuk menghukumi semua urusan masyarakat. Itulah sesungguhnya karakter Mukmin sejati.
] إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ [
Sesungguhnya jawaban kaum Mukmin itu, bila mereka diseru kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukumi mereka, ialah mereka mengucapkan, “Kami mendengar dan kami patuh.” Mereka itulah orang-orang yang beruntung (TQS al-Nur [24]: 51).

Jika kini kita bersegera dan dengan ringan memenuhi perintah berkurban, padahal itu menurut jumhur fukaha hukumnya sunnah, maka semestinya kita lebih bersegera dan dengan lebih ringan menerapkan syariah Islam dan memutuskan perkara dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah SWT. Sebab, menerapkan syariah Islam hukumnya wajib, dan itu hanya sempurna diwujudkan dengan penegakan Khilafah Rasyidah yang mengikuti manhaj kenabian.
Sekaranglah saatnya kita menorehkan kemuliaan dengan berjuang sungguh-sungguh dan berkurban untuk menegakkan Khilafah Rasyidah ‘ala minhaj an-nubuwwah, yang akan menerapkan seluruh syariah Islam yang akan mendatangkan kerahmatan untuk umat manusia dan alam semesta. WalLâh a’lam bi ash-shawâb[]

Komentar al-Islam:
Menurut Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, gini rasio yang menjadi indikator kesenjangan terus meningkat sejak 2002 hingga 2014. Saat ini, menurut dia, 20 persen penduduk teratas atau penduduk kelas atas menguasai hampir 50 persen konsumsi perekonomian Indonesia. Sebaliknya, 40 persen penduduk terbawah atau kelas bawah hanya menguasai 20 persen konsumsi perekonomian. Puan juga menyebutkan jumlah penduduk yang menganggur saat ini diperkirakan mencapai 7,2 juta jiwa. Namun, lanjut dia, kurang lebih 40 juta penduduk lainnya masih atau sedang akan mencari pekerjaan yang lebih layak (Kompas.com, 21/9/2015).
  1. Ingat, semua itu akibat nyata dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme neoliberal. Karena itu tidak layak sistem seperti itu terus dipertahankan dan diterapkan.
  2. Sebelum terlambat, segera tinggalkan sistem kapitalisme dan ganti dengan sistem Islam, niscaya perekonomian yang diliputi pemerataan, keadilan dan keejahteraan akan benar-benar terwuju

Sabtu, 19 September 2015

Kisah Cerita Atika binti Zaid

Suatu ketika ada seorang wanita bernama Atika binti Zaid bin Amar bin Nufail. Wanita tersebut merupakan keturunan dari salah satu kabilah Quraisy yang baik nasabnya. Wanita ini memiliki perangai yang lembut, paras yang cantik, berakhlak mulia dan bersih hatinya. Semasa hidupnya, beliau menikah dengan pria-pria yang terbaik di jaman tersebut dan keempatnya mati syahid. Bagaimana ceritanya?

Suami pertama adalah Abdullah bin Abu Bakr Ash Shidiq

Pernikahan pertama beliau adalah dengan Abdullah, putra dari Abu Bakr Ash Shidiq. Siapa yang tidak kenal dengan Abu Bakr dan keluarganya? Mereka adalah orang-orang yang terdepan dalam jihad dan membela Rasulullah pada masa Jahiliyah. Bahkan mereka menginfaqkan hampir seluruh hartanya di jalan Allah dan untuk membela RasulNya. Namun karena kecantikan Atikah dan kepandaiannya dalam berinteraksi, Abdullah lalai dalam shalat berjama’ah. Pasangan ini asyik bercanda dari sebelum adzan hingga shalat selesai ditunaikan. Maka sang ayah memanggil anaknya dan mengatakan padanya untuk menceraikan Atikah.
Setelah bercerai dengan Atikah, Abdullah jatuh sakit. Maka Abu Bakr pun mengijinkan sang anak untuk rujuk dengan Atikah, namun dengan satu syarat, yakni jangan sampai cintanya kepada Atikah mengalahkan cintanya kepada Allah dan RasulNya. Waktu pun terus berjalan, kedua sejoli ini saling mencintai karena Allah. Hingga akhirnya Abdullah gugur sebagai syuhada di perang Thaif. Atikah pun menjanda, janda seorang Syuhada.

Suami kedua adalah Umar bin Khattab

Setelah selesai masa ‘iddah beliau, Atikah yang sangat sholeh ini dipersunting oleh Amirul Mukminin kedua, yakni Umar bin Khattab. Keduanya menjalin kasih yang amat mesra karena Allah. Atikah pun secara penuh mengabdi kepada suaminya yang baru. Cinta dan kasih sayangnya kepada Umar bin Khattab bahkan bisa dirasakan oleh masyarakat sekitarnya. Namun hal ini akhirnya sirna tatkala Umar ditikam oleh seorang yang bejat. Maka untuk kedua kalinya Atikah menjadi janda Syuhada.
cerita kisah wanita baik bersuamikan empat Mujahid

Suami ketiga adalah Zubair bin Awwam

Zubair bin Awwam adalah seorang sahabat nabi yang sangat tidak diragukan lagi perannya dan kesolehannya. Komitmennya dalam dakwah dan jihad sangat besar. Tak berselang lama selewat masa ‘iddah, Atikah dipersunting oleh Zubair bin Awwam. Sekali lagi, Atikah menunjukkan bahwa dirinya adalah wanita yang baik dan istri yang sholihah. Namun seiring waktu, akhirnya keadaan tersebut berakhir dengan meninggalnya Zubair bin Awwam di medan perang Jamal. Maka untuk ketiga kalinya Atikah menjadi janda Syuhada.

Suami keempat adalah Husein bin Ali bin Abi Thalib

Pada masa itu ‘Ali bin Abi Thalib hendak mempersunting Atikah. Namun Ali mengurungkan niatnya tersebut karena Atikah mengajukan syarat yang tidak mungkin dipenuhi oleh beliau, yakni supaya siapapun suaminya nanti tidak akan terjun ke dalam kancang jihad bil qital. Oleh karena itu akhirnya Husein bin Ali yang menyunting janda Syuhada tersebut. Meskipun kala itu Atikah sudah berusia kepala lima dan terpaut cukup jauh dengan Husein, namun keduanya tetap saling mengasihi dan senantiasa harmonis. Mereka saling mencintai karena Allah. Namun takdir Allah tidak dapat ditolah, Husein bin Ali juga meninggal syahid di Karbala, Iraq. Maka untuk keempat kalinya, Atikah menjadi janda Syuhada hingga akhirnya meninggal pada tahun 40 H.
Hal ini membuktikan bahwa benar ketentuan Allah yang menyatakan bahwa hanya orang baik saja yang dipasangkan dengan orang baik. Semoga kita dapat mengambil hikmahnya. (iwan)
referensi : http://hidayahseeker.multiply.com/journal/item/216/Atikah

Kisah Istri Rasulullah

Kisah Khadijah Istri Rasulullah

Cerita islami mengenai kisah Khadijah Istri Rasulullah, ia merupakan wanita kaya raya istri pertama dari junjungan kita yaitu Nabi Muhammad SAW, Ketahui cerita lengkap mengenai Kadijah pada cerita di bawah ini, selamat membaca.
Kisah Cerita Khadijah binti Khuwailid
Wanita sholehah itu bernama Khadijah, nama lengkapnya Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai, ia berasal dari golongan pembesar di Mekkah. Khadijah al-Kubra memiliki ayah bernama Khuwailid bin Asad dan ibunya bernama Fatimah binti Za’idah, ia berasal dari kabilah Bani Asad dari suku Quraisy.
Pada suatu hari, saat masih pagi buta, dengan penuh kegembiraan Khadijah pergi ke rumah sepupunya yang bernama Waraqah bin Naufal. Khadijah berkata, “Tadi malam aku bermimpi sangat menakjubkan. Aku melihat matahari berputar-putar di atas kota Mekkah, lalu turun ke arah bumi. Ia semakin mendekat dan semakin mendekat. Aku terus memperhatikannya untuk melihat kemana ia turun. Ternyata ia turun dan memasuki rumahku. Cahayanya yang sangat agung itu membuatku tertegun. Lalu aku terbangun dari tidurku”.
Kemudian Waraqah mengatakan, “Aku sampaikan berita gembira kepadamu, bahwa seorang lelaki agung dan mulia akan datang meminangmu. Ia memiliki kedudukan penting dan kemasyhuran yang semakin hari semakin meningkat”. Tidak lama kemudian Khadijah ditakdirkan menjadi isteri Nabi Muhammad.
Ketika Nabi Muhammad masih muda dan dikenal sebagai pemuda yang lurus dan jujur sehingga Muhammad mendapat julukan Al-Amin, telah diperkenankan untuk ikut menjualkan barang dagangan milik Khadijah. Hal yang lebih banyak menarik perhatian Khadijah adalah kemuliaan jiwa Nabi Muhammad.
Yang menarik dari pernikahan antara Nabi Muhammad dan Khadijah adalah Khadijah lah yang lebih dahulu mengajukan permohonan untuk meminang Beliau, Padahal pada saat itu bangsa Arab jahiliyah memiliki adat, pantang bagi seorang wanita untuk meminang pria dan semua itu terjadi dengan adanya usaha orang ketiga, yaitu Nafisah Binti Munyah dan peminangan dibuat melalui paman Muhammad yaitu Abu Thalib. Keluarga terdekat Khadijah tidak menyetujui rencana pernikahan ini. Namun Khadijah sudah tertarik oleh kejujuran, kebersihan dan sifat-sifat istimewa Beliau ini, sehingga ia tidak memperduliakan segala kritikan dan kecaman dari keluarga dan kerabatnya.
Kisah Khadijah istri Rasulullah – Khadijah juga merupakan wanita yang cerdas, mengenai ketertarikannya kepada Nabi Muhammad ia mengatakan, “Jika segala kenikmatan hidup diserahkan kepadaku, dunia dan kekuasaan para raja Persia dan Romawi diberikan kepadaku, tetapi aku tidak hidup bersamamu, maka semua itu bagiku tak lebih berharga daripada sebelah sayap seekor nyamuk”
Khadijah menikah dengan Nabi Muhammad, ketika berumur 40 tahun, sedangkan Nabi Muhammad saat ini masih berumur 25 tahun. Ada yang mengatakan usianya saat itu tidak sampai 40 tahun, hanya sedikit lebih tua dari Nabi Muhammad. Khadijah merupakan wanita kaya dan juga terkenal. Khadijah dapat hidup mewah dengan hartanya sendiri. Meskipun memiliki kekayaan melimpah, Khadijah merasa kesepian hidup menyendiri tanpa suami, karena suami pertama dan keduanya telah meninggal. Namun ada beberapa sumber menyangkal bahwa Khadijah pernah menikah sebelum bertemu Nabi Muhammad.
Kisah Khadijah istri Rasulullah, Sewaktu malaikat turun membawa wahyu kepada Muhammad maka Khadijah adalah orang pertama yang mengakui kenabian suaminya, dan wanita pertama yang memeluk Islam, sehingga ia termasuk as-Sabiqun al-Awwalun (orang pertama yang memeluk islam). Sepanjang hidupnya bersama Nabi, Khadijah begitu setia menemaninya dalam setiap peristiwa baik suka dan duka. Setiap kali suaminya ke Gua Hira’, Khadijah pasti menyiapkan semua perbekalan dan keperluan suaminya. Seandainya suaminya agak lama tidak pulang ke rumah, Khadijah akan melihat untuk memastikan keselamatan Nabi Muhammad. Sekiranya Nabi Muhammad khusyuk bermunajat, Khadijah tinggal di rumah dengan sabar sehingga Beliau pulang. Apabila suaminya mengadu kesusahan serta berada dalam keadaan gelisah, beliau coba sekuat mungkin untuk mententram dan menghiburkan, sehingga suaminya benar-benar merasai tenang. Setiap ancaman dan penganiayaan mereka dihadapi bersama. Kemudian Allah mengkaruniakannya 3 orang anak, mereka adalah Qasim, Abdullah, dan Fatimah.
Khadijah merupakan wanita yang sholehah, ia sangat berbakti kepada sang suami. Misalnya dalam banyak kegiatan pribadatan suaminya, Khadijah bisa dipastikan selalu bersama nabi Muhammad dan membantunya, sepertinya menyediakan air untuk berwudu suaminya. Sehingga sangat wajar jika dalam salah satu sabda Nabi muhammad, disebutkan keistimewaan Khadijah, “Di saat semua orang mengusir dan menjauhiku, ia beriman kepadaku. Ketika semua orang mendustakan aku, ia meyakini kejujuranku. Sewaktu semua orang menyisihkanku, ia menyerahkan seluruh harta kekayaannya kepadaku.”
Khadijah meninggal pada usia 64 tahun 6 bulan. ia menjadi istri nabi muhammad selama 24 tahun, hidup bersama nabi Muhammad, menemaninya dalam suka dan duka.
Itulah sepenggal Kisah Khadijah Istri Rasulullah, ia merupakan wanita sholehah yang patut menjadi taulana para wanita muslimah. Semoga para wanita dapat meneladani sifat-sifat Khadijah Aamiin.

Kisah Nabi Ibrahim, Ismail Dan Siti Hajar

Cerita Nabi Ibrahim

Cerita islami yang mengulas mengenai cerita nabi Ismail, Cerita ini dimulai Ketika Nabi ibrahim as yang telah berhijrah meninggalkan mesir, ia bersama dengan istrinya yang bernama sarah, dan dayangnya yang bernama Hajar ke palestina. Ia juga membawa pindah semua binatang ternaknya, dan seluruh harta miliknya yang diperoleh dari hasil usaha perdagangan di mesir.
cerita nabi ismail
 Al-Bukhari meriwayatkan dari ibunu Abbas ra berkata : Pertama-tama yang menggunakan stegi (setagen) adalah hajar ibu Nabi Ismail yang bertujuan untuk menyembunyikan kandungannya dari siti sarah yang telah lama menikah dengan Nabi ibrahim as tetapi belum juga mengandung, tetapu walau bagaimana pun juga akhirnya terbukalah rahasia yang disembunyikan itu dengan lahirnya Nabi Ismail as. Tentunya sewajarnya seorang istri, siti sarah merasa telah dikalahkan oleh Siti Hajar sebagi seorang dayang diberikan kepada Nabi Ibrahim as. Mulai saat itu siti sarah merasa bahwa suaminya lebih sering dekat kpada siti hajar, karena ia senang dengan hadirnya Ismail. Tentu saja ini menjadi penyebab keretakan rumah tangga mereka Nabi ibrahim as, Siti sarah hatinya tidak kuat melihat suaminya lebih dekat kepada siti hajar, sehingga ia meminta Nabi ibrahim agar siti hajar dijauhkan dan berpindah tempat.
 Kemudian Allah yang maha esa menurunkan wahyu kepada Ibrahim supaya keinginan istrinya tersebut dipenuhinya. Lalu berangkatlah Nabi Ismail as bersama siti hajar dan anaknya yang masih kecil sekali, yaitu Ismail pergi ke tempat yang belum diketahui tujuannya, dan juga mau dititipkan kemana anak dan istrinya tersebut.
Nabi ibrahim bersama anak dan istrinya pergi dengan menaiki unta ke tempat yang belum jelas tujuannya, ia hanya berserah diri kepada Allah, Tuhan yang ia yakini akan menuntunnya kemana rah langkahnya. Unta yang ditunggangi tiga hamba Allah itu terus berjalan sampai kahirnya keluar dari kota, memasuki lautan pasir dan pdang yang terbuka. Terik matahari begitu pedih menyengat tubuh dihasi dengan angina yang kencang dengan debu-debu pasir yang bertebaran.

 Cerita Nabi Ismail dan Siti Hajar

Akhirnya Nabi Irabhim bersama Ismail dan ibunya tiba di suatu tempat setelah berminggu-minggu dalam dalam perjalanan jauh. Ia tiba dikota suci yang disebut Makkah, yang nantinya ka’bah akan didirikan di kota itu, yang akan menjadi kiblat manusia di seluruh dunia. Unta Nabi ibrahim berhenti mengakhiri perjalanan di tempat dimana Masjidil Haram dibangun saat ini. Di tempatitulah Nabi Ibrahim meninggalkan siti hajar bersama dengan Ismail putranya, mereka ditinggal hanya dibekali dengan serantang bekal makanan dan minuman, sementara itu keadaan di sekitarnya masih belum ada tumbuh-tumbuhan, tidak ada air yang mengalir, batu dan pasir kering lah yang ada saat itu.
Cerita nabi ismail – Siti hajar begitu cemas dan sedih ketika Nabi ibrahim akan meninggalkannya seorang diri bersama anaknya yang masih kecil, di tempat yang begit sunyi senyap, tidak ada orang sama sekali, keculi hanya pasir dan batu. Seraya merintih dan meninangis, ia memegang kuat-kuat baju Nabi ibrahim as sambil memohon belas kasihannya, meminta agar ia tidak ditinggalkan seorang diri di tempat yang begitu hampa, tdak ada seorang manusia sama sekali, tidak ada binatang, tidak ada pohon dan air mengalir pun juga tidak terlihat di tempat itu. Semenara itu ia masih bertanggung jawab untuk mengasuh anak kecil yang masih menyusu kepadanya. Mendengar keluh kesah siti hajar, tentunya Nabi ibrahim as merasa tidak tega untuk meninggalknya ia sendiri bersama putranya yang ia sayangi tersebut di tempat yang sepi. Namun ia juga sadar bahwa apa yang dilakukannya merupakan kinginan dan perintah Allah yang maha pencipta, yang tentunya mengandung hikmah yang belum diketahuinya dan ia sadar bahwa Allah yang maha kuasa akan melindungi putra dan siti hajar di tempat sepi tersebut dari kesukaran dan penderitaaan.

Nabi ibrahim as pun berkata kepada siti hajar : ”Bertawakallah kepada Allah yang telah menentukan kehendak-Nya, percayalah kepada kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya. Dialah yang memerintah aku membawa kamu ke sini dan dialah yang akan melindungi kamu dan menyertai kamu di tempat yang sunyi ini. Sungguh kalau bukan perintah dan wahyu-Nya, tidak sekaipun aku tega meninggalkan kamu di sini seorang diri bersama puteraku yang sangat aku cintai ini. Percayalah wahai hajar bahwa Allah yang Maha kuasa tidak akan menelantarkan kamu berdua tanpa perlindunga-Nya. Rahmat dan barakah-Nya akan tetap turun di atas kamu untuk selamnya. Insya-Allah”

Mendengar rangkaian kata dari Nabi ibrahim itu, siti hajar segera melepaskan genggamannya dari baju Nabi ibrahim as dan dilepaskannya beliau menunggang untanya untuk kembali ke palestina dengan iringan air mata yang bercurah membasahi tubuh Nabi Ismail as yang sedang menyusu.

Sementara itu Nabi ibrahim juga tidak dapat menahan air mata ketika ia turun dari dataran tinggi meningalkan mekah menuju kembali ke palestina, tempat dimana istri pertamanya, siti sarah dengan punya keduanya yaitu Nabi ishak as sedang menunggu. Selama dalam perjalanan, Nabi ibrahim tidak henti-hentinya memohon perlindungan, rahmat dan barokah serta karunia dan rezeki bagi putra dan siti hajar yang ditinggalkannya di mekah yang masih sepi dan asing itu. Doa Nabi ibrahim kepada Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an sebagai berikut :

“Ya Tuhan kamu, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturuanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”

Sejak Nabi ibrahim pergi, tinggalah siti hajar dan Ismail di tempat yang sunyi dan jauh dari peradapan itu. Ia harus bisa menerima nasib yang oleh Allah telah ditakdirkan kepadanya dengan kesabaran dan keyakinan penuh bahwa Allah akan melingunginya. Sementara itu bekal dan makanan yang dibawah dalam perjalan pada akhirnya habis juga setelah dimakan beberapa hari sejak ditinggal oleh Nabi Ibrahim as. Dimulailah beratnya beban hidup yang harus ditanggungnya sendiri tanpa bantuan suaminya. Ditambah lagi ia masih punya tangggung jawab menyusui Ismail, sedangkan susunya semakin lama semakin mengering karena kekurangan makanan.  Sehingga anaknya pu menangis tak henti hentinya karena tidak bisa menum air susu dengan puas dari Siti Hajar. Ibunya pun menjadi bingung, panis dan cemas mendengar anak yang disayanginya menangis menyayat hati. Siti hajar menoleh ke kanan dan ke kiri, berlaki ke kanan ke sana kesini untuk mencari sesuap makan atau seteguk air yang bisa meringankan kelaparan dan meredakan tangisan anaknya, namun usaha yang dilakukannya tidak membuahkan hasil.

Lalu siti hajar pergi ke bukti safa, ia berharap bisa mendapatkan sesuatu yang bisa menolongnya, namuan hanya batu dan pasir yang ditemuinya di sana, lalu dari bukit safa itu ia melihat bayangan air yang mengalir di atas bukit marwah, kemudian berlarilah ia ke bukti marwah, namun setelah sampai di sana yang dikiranya air ternyata hanya bayangan atau fatamorgana belaka. Lalu ia mendengar seolah-olah ada suara yang memanggilnya dari bukti safa, pergilah ia ke bukit safa, namun setelah sampai di bukit safa ia tidak menjupai apa-apa.

Cerita Asal usul air zamzam

Siti hajar memiliki keinginan yang kuat untuk tetap hidup bersama putra yang disayanginya, Siti hajar pun berlari mondari-mandir sebanyak tujuh kali antara bukit safa dan marwah, yang pada akhirnya ia duduk termenung, kepalanya merasa pusing dan hampir saja ia putus asa.
 cerita nabi ismail as
Diriwayathkan bahwa saat itu ibu dari Ismail ini berada alam keadaan yang tidak berdaya dan hampir putus asa kecuali dari rahmat Allah dan pertolongan-Nya datanglah malaikat jibril kepadanya, lalu malaikat jibril itu bertanya kepada Siti Hajar : “siapakah sebenarnya engkau ini?” Kemudian siti hajar menjawab : “Aku adalah hamba sahaya ibrahim”. Jibril bertanya lagi :” Kepada siapa engkai dititipkan di sini?”, Siti hajar menjawab : “Hanya kepada Allah.

Lalu malaikat jibril berkata lagi : “Jika demikian, maka engkau telah dititipkan kepada Dzat yang maha pemurah dan maha pengasih, yang akan melingungimu, mencukupkan keperluan hidupmu dan tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan ayah puteramu kepada-Nya”

Setelah percakapan itu, diajaklah siti hajar pergi ke suatu tempat mengikutinya di suatu tempat dimana malaikat jibril menginjakkan telapak kakinya kuat kuat di atas tanah dan atas izin Allah segeralah keluar dari bekas telapak kaki itu air yang begitu jernih, Itu merupakan mata iar zam-zam yang sampai saat ini dianggap keramat oleh jemaah haji. Mereka rela berdesak-desakan mengelilinya untuk mendapatkan setitik atau seteguk air. Karena sejarahnya mata air itu dengan nama “Injakan jibril”

Dalam kesejap, air bekas injakan kaki jibril tersebut melimpah kemana-mana, kemudian malaikat jibri berkata : “zamzam!”, yang artinya “berkumpullah:. Kemudian air itu berkumpul dan sampai sekarang air itu diberinama zam-zam. Kemudian malaikat jibril berkata lagi : “Hai siti hajar janganlah engkau takut akan kehausan di sini, karena sesungguhnya Allah menjadikan air ini untuk minuman orang-orang yang ada di dunia ini. Dan air ini akan terus mengalir dan tidak akan berhenti, dan nantin Ibrahim akan kembali juga ke di sini untuk mendirikan ka’bah”

Melihat air yang deras itu  Siti hajar begitu gembira dan lega. Lalu segeralah ia membasahi bibir puteranya dengan air keramat itu dan wajah puteranya pun segera terlihat segar lagi, begitu juga dengan siti gahar,  wajahnya terasa segar  dan ia merasa sangat bahagia dengan hadirnya mukzijat dari Allah yang mengembalikan kesegaran hidup kepadanya dan juga kepada putranya setelah sebelumnya dibayang-bayangi oleh kematian karena kelaparan.

 Dengan dikeluarkannya air zazam itu, datanglah burung-burung mengelilingi daerah yang ada airnya tersebut. Burung-burung kemudian menarik perhatian sekelompok bangsa arab dari suku juhrum yang merntau dan sedang berkemah di sekitar Makkah. Mereka mengetahui dari pengalaman bahwa dia mana ada terlihat burung di udara, maka di bawahnya juga terdapat air, maka mereka mengutus beberapa orang untuk memeriksa kebenaran teori ini. Para pemeriksa itu kemudian pengri mendatangi tempat dimana siti hajar berada, kemudian mereka kembali kepada kaumnya dengan membawa kabar gembira mengenai adanya mata air zamzam dan juga keadaan siti hajar bersama puteranya. Sejak itu, segeralah sekelompok suku juhtum itu memindahkan perkemahannya ke tempat sekitar zamzam, tentu saja kedatangan suku juhrum tersebut disambut dengan gembira oleh siti hajar karena dengan hadirnya sekolompok suku juhrum itu bisa menghilangkan kesunyian dan kesepian yang selama ini dirsakan oleh siti hajar yang hanya hidup berdua dengan Ismail saja.  Siti hajar bersyukur kepada Allah yang maha pengasih dan penyayang, dengan rahmatnya telah membuka hati orang-orang itu untuk datang meramaikan dan memecah kesunyian.

Cerita Nabi ismail dikorbankan

Beberapa waktu kemudian Nabi Ibrahim pergi ke Makkah untuk mengunjungi putranya yaiti Nabi Ismail as di tempat yang dianggapnya masih asing, untuk menghilangkan rasa rindu pada putranya yang sangat disayanginya, dan juga untuk menenangkan hatinya yang selalu risau jika mengingat keadaan puteranya bersama ibunya yang ditinggalkan di tempat yang tandus. Jauh dari masyarakat kota dan pergaulan umum.

Ketika Nabi Ismail as mencapai usia remaja, Nabi ibrahim mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih puteranya, yaitu Nabi Ismail.  Dan mimpi seorang Nabi merupakan salah satu dari cara Allah menurunkan wahtunya kepada Nabi, jadi perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim as. Mengetahui perintah itu, ibrahim duduk dan termenung memikirkan ujian dari Allah yang begitu berat tersebut. Sebagai seorang ayah yang baru saja dikarunia seorang puterang setelah puluhan tahun diharapkan dan didamnbakan, serta saat ini ia sedang penuh kebahagiaan bersama puteranya yang diharapkan bisa menjadi pewaring dan menyambung kelangsungan keturunannya, tiba tiba harus dijadikan qurban dan harus direnggut oleh tangan ayahnya sendiri.

Cerita nabi islami – Tapi karena ia merupakan seorang Nabi, yang menjadi pesuruh Allah dan pembawa agama yang seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam beribadah kepada Allah, menjalankan segala pernitah-Nya dan menempatkan cintanya kepada Allah di atas cintanya kepada anak, istri, harta dan benda lain-lain. Tentu ia harus melaksanakan perintah dari Allah yang diwahyukan melalui mimpinya, apapun yang akan terjadi sebagai akibat pelaksanaan perintah itu.

Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim as, namun sesuai dengan firman Allah yang bermaksud : “Allah lebih mengetahui dimana dan kepada siap Dia mengamanatkan risalah-Nya”. Lalu Nabi ibrahim as tidak membuang waktu lagi, berniat tetap akan menyembelih Nabi Ismail as puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah diterimanya. Dan berangkatlah Nabi Ibrahim as menuju ke Makkah untuk menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan.

Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sangat taat kepada Allah dan bakti kepada orang tuanya, ketika Nabi Ismail as mulai besar Nabi ibrahim as berkata : “Hai anakku! Aku telah bermimpi, di dalam tidur seolah-olah saya menyembelih kamu, maka bagaimanakah pendapatmu?”

Tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang Nabi Ismail pun menjawab perkataaan ayahnya :
“Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu agar ayah mengikatku kuat kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan Ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkan darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku ketika ibuku melihatnya, ketiga tajamkanlah pedangmu dan percepatlah pelaksanaan penyembelihan agar meringankan penderitaaan dan rasa pendihku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaianku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya”

Kemudian dipeluknya Nabi Ismail as dan dicium pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata :

“Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah”

Cerita Nabi Ismail disembelih

Saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua tangan dan kaki Nabi Ismail as, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah parang tajam yang sudah tersedia dan sambil memegang parang ditangannya, kedua mata Nabi ibrahi asi tergenang air berpindah memadang dari wajah puteranya ke parah yang mengkilap di tangannya, seakan-akan pada saat itu hari beliau menjadi tempat pertarungan antara perasaan seorang ayah di satu pihak dan kewajiban seorang rasul di satu pihak yang lain. Pada akhirnya dengan memejamkan matanya, parang diletakkan pada leher Nabi Ismail as dan penyembelihan dilakukan. Akan tetapi apa saya, parang yang sudah ditajamkan itu ternyata menjadi tumpul di leher Nabi Ismail as dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan sebagaimana diharapkan.
Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizati dari Allah yang menegaskan bahwa perintah pengorbatan islmail itu hanya suatu ujian Nabi ibrahim as dan Nabi Ismail as sampai sejauh mana cinta dan taat mereka kepada Allah. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Nabi ibrahim as telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pengorbanan puteranya untuk berbakti melaksanakan perintah Allah sedangkan Nabi Ismail as tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam melaksanakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan, sampai-sampai terjadi seketika merasa bahwa perang itu tidak mampu memotong lehernya, berkatalah ia kepada ayahnya :
 “Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong leherku karena melihat wajahku, cobalah telangkupkan aku dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku”
 Akan tetapi parang itu ttetap tidak berdaya mengeluarkan setitik darah pun dari daging Ismail walau telah telangkupkan dan dicoba memotong lehernya dari belakang.
 Dalam keadaan bingung dan sedih hati, karena gagal dalam usahanya menyembelih puteranya, datanglah kepada Nabi ibrahim wayu allah dengan firmannya : dan kami panggilah dia : Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpimu itu sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan besar:. Kemudian sebagia ganti nyawa Nabi Ismail as yang telah diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim as menyembelih seekor kambing yang telah tersedia disampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh beliau dengan parang yang tmpul di leher puterangnya tadi itu. Dan inilah asal permulaan sunnah berqurnban yang dilakukan oleh umat islam pada setiap hari raya Idhul Adha di seluruh dunia.

Cerita Nabi Ismail dan istrinya

Ketika Nabi Ismail as telah dewasa, ia dinikahkan dengan seorang wanita dari suku jurhum. Pada suatu hari ketika Nabi ibrahim as datang ke rumah Nabi Ismail as, namun ketika itu anaknya sedang tidak berada di rumah, namun hanya istrinya yang ada di rumah. Kemudian Nabi ibrahim as pulang karena rupaya ia tidak dterima dengan baik oleh menantunya itu. Nabi Ibrahim as minta izin pulang dengan meninggalkan pesan untuk anaknya Nabi Ismail as.
Nabi ibrahim berkata : “Jika suamimu datang nanti, katakanlah bahwa saya datang kemari, ceritakanlah ada orang tua sifanya seperti ini, dan berpesan kepadany, bahwa saya ini tidak suka kepada bawang pintu rumah ini dan minta supaya lekas ditukarnya”
cerita nabi ismail – Setelah Nabi Ismail tiba di rumahnya, istrinya tadi menceritakan semua pesan ayahnya kepada Nabi Ismail as. Lalu Nabi Ismail berkata kepada istrinya :
“Itulah dia ayahku (Ibrahim) dan rupayanya engkau tidak menghiraukan dan menghormati ayahku, sekarang engkau saya cerai sebab ayahku tidak menyukai orang yang berperangai rendah”
Kemudian Nabi Ismail as menikah kembali dengan seorang wanita jurhum lainya, dan Nabi ibrahim as sangat menyukai menantu ini. Dari pernikahan dengan wanita kedua ini, Nabi brahim dikarunia keturunan yang banyak dan anak-anaknya menjadi peimpin kaumnya dan mereka itu dinamakan Rab Musta’ribah
Nabi Ismail meninggal dunia pada suai 137 tahun di negeri palestina, namun ada riwayat lain yang  menyebutkan bahwa bahwa beliau meninggal di Mekah.
Nabi ibrahim dan Nabi Ismail mempunyai wasiat untuk anak cucunya, yang bunyinya sebagai berikut :
“Hai anak-anaku! Sesungguhnya Allah telah memilih islam menjadi agamamu, karena itu janganlah kamu mati kecuali tetap dalam ke Islaman.
Semoga kita bisa mengambil banyak hikmah dari cerita nabi ismail di atas.