Halaman
- Halaman Utama
- Kurikulum Vitae
- Salam Santun pendahuluan
- Daftar Guru PNS
- dunia
- Arti Matematika
- Apa sih Matematika
- Tambah Kurang
- tentang blog
- Rahasia Awet mudah
- Manfaat Menagis
- Album Keluarga
- makan dan minum berdiri
- Mitos TTG Matematika
- Tokoh Matematika islam
- Arti Matematika Dalam Kehidupan
- mate
- Ematika
- manfaat mat
- Fhoto keluarga
- visi dan misi
- Arti Kebahagiaan
- JAGA LISANMU
Senin, 22 April 2013
Ajang Pamer Aurat Miss World, Hati-Hati Menjadi Syaithan Bisu Tanpa sadar | Al-Khilafah.org
Nama Hafit Bokko, Asal Tana Toraja, Suku Toraja, Sul-Sel
Mengapa Muktamar Khilafah (lagi)?
Nama Hafit Bokko, Asal Tana Toraja, Suku Toraja, Sul-Sel
Peduli terhadap sesama Muslim
Banyak nash, baik dalam Alquran maupun al-Hadits, yang menegaskan
bahwa sesama Muslim itu bersaudara. Allah SWT, misalnya, berfirman
(yang artinya): Sesungguhnya kaum Mukmin itu bersaudara (TQS al-Hujurat [49]: 10). Baginda Rasulullah SAW pun antara lain bersabda, “Muslim itu saudara bagi Muslim lainnya.” (HR al-Hakim).
Persaudaraan sesama Muslim tentu tidak akan bermakna apa-apa jika masing-masing tidak memperhatikan hak dan kewajiban saudaranya, tidak saling peduli, tidak saling menutupi aibnya, tidak saling menolong, dst. Baginda Rasulullah SAW memerintahkan hal demikian, sebagaimana sabdanya, “Siapa saja yang meringankan beban seorang Mukmin di dunia, Allah pasti akan meringankan bebannya pada Hari Kiamat. Siapa saja yang memberikan kemudahan kepada orang yang kesulitan, Allah pasti akan memberi dia kemudahan di dunia dan akhirat. Siapa saja yang menutupi aib seorang Muslim di dunia, Allah pasti akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah SWT selalu menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya.” (HR Muslim dan at-Tirmidizi).
Itulah penghargaan Allah SWT yang luar bisa kepada hamba-Nya yang peduli kepada sesamanya. Sebaliknya, Allah SWT menegur seorang Muslim yang tidak memedulikan sesamanya. Dalam hal ini, Abu Hurairah ra menuturkan bahwa Baginda Rasululullah SAW pernah bersabda: Sesungguhnya Allah SWT berkata pada Hari Kiamat nanti, “Wahai manusia, Aku pernah sakit. Mengapa engkau tidak menjenguk Aku.” Manusia menjawab, “Tuhanku, bagaimana aku menjenguk Engkau, sementara Engkau adalah Tuhan alam semesta?” Allah SWT berkata, “Bukankah engkau dulu tahu hamba-Ku si fulan pernah sakit di dunia, tetapi engkau tidak menjenguknya? Bukankah engkau pun tahu, andai engkau menjenguk dia, engkau akan mendapati diri-Ku di sisinya? Wahai manusia, Aku pernah meminta makan kepada engkau di dunia, tetapi engkau tidak memberi Aku makan.” Manusia menjawab, “Tuhanku, bagaimana Aku memberi Engkau makan, sementara Engkau adalah Tuhan alam semesta?” Allah SWT menjawab, “Bukankah engkau tahu, hamba-Ku pernah meminta makan kepada engkau, tetapi engkau tidak memberi dia makan? Bukankah andai engkau memberi dia makan, engkau mendapati diri-Ku ada di situ?” Wahai manusia, Aku pernah meminta minum kepada engkau, tetapi engkau tidak memberi Aku minum?” Manusia berkata, “Tuhanku, bagaimana aku memberi Engkau minum, sementara engkau adalah Tuhan alam semesta?” Allah SWT menjawab, “Bukankah engkau tahu, hamba-Ku pernah meminta makan kepada engkau di dunia, tetapi engkau tidak memberi dia makan? Bukankah andai engkau memberi dia makan, engkau mendapati diri-Ku ada di situ?” (HR Muslim).
Berkaitan dengan kepedulian kepada sesama Muslim, Baginda Rasulullah SAW juga pernah bersabda, sebagaimana penuturan Bara’ bin ‘Azib, “Baginda Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada kami tujuh perkara dan melarang kami dari tujuh perkara pula. Beliau memerintahkan kami untuk: menjenguk orang sakit; mengiringi jenazah (ke kuburan); mendoakan orang yang bersin; membenarkan sumpah; menolong orang yang terzalimi; memenuhi undangan; dan menebarkan salam…” (HR al-Baihaqi).
Ditegaskan pula oleh Rasulullah SAW dalam hadits lain yang berbunyi, “Hak Muslim atas Muslim yang lain ada lima: menjawab salam; mengunjungi orang sakit; mengiringi jenazah; memenuhi undangan; mendoakan orang yang bersin.” (HR Ahmad).
Mengunjungi saudara sesama Muslim, termasuk menjenguknya saat sakit, merupakan salah satu amal terpuji. Dalam hal ini, Tsauban menuturkan bahwa Baginda Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya seorang Muslim itu, jika mengunjungi saudaranya, berarti selama itu ia berada di taman surga.” (HR Muslim).
Adapun Ali ra menuturkan bahwa Baginda Rasulullah pernah bersabda, “Tidaklah seorang Muslim mengunjungi Muslim yang lain pada pagi hari, kecuali seribu malaikat mendoakan dirinya hingga sore hari. Jika ia mengunjungi Muslim yang lain pada siang hari, seribu malaikat akan mendoakannya hingga pagi hari.” (HR at-Tirmidzi).
Adapun tentang mendoakan orang yang bersin, sebagian menghukumi sunnah, dan sebagian lagi bahkan menghukumi wajib; tidak ada yang menghukumi mubah. Sebab, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang bersin. Karena itu, jika salah seorang dari kalian bersin, maka hendaklah memuji Allah. Sesungguhnya hak Muslim atas Muslim lainnya, jika ia mendengarnya bersin, hendaklah menjawab (mendoakan)-nya.” (HR al-Bukhari).
Sementara itu, terkait menerbarkan salam, Baginda Rasulullah SAW dalam hadits lain tegas memerintahkan, “Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR Muslim).
Di antara faedah menebarkan salam adalah: asma Allah menjadi tersebar; bisa menumbuhkan rasa cinta kepada sesama Muslim; menunjukkan pelakunya rendah hati dan tidak sombong; membuktikan pelakunya memiliki kesucian hati; mewujudkan rasa kasih sayang sesama Muslim (Iqazh al-Afham fi Syarh Umadh al-Ahkam, IV/51).
Semoga kita termasuk orang yang selalu memedulikan saudara sesama Muslim.
Wama tawfiqi illa billah.
Persaudaraan sesama Muslim tentu tidak akan bermakna apa-apa jika masing-masing tidak memperhatikan hak dan kewajiban saudaranya, tidak saling peduli, tidak saling menutupi aibnya, tidak saling menolong, dst. Baginda Rasulullah SAW memerintahkan hal demikian, sebagaimana sabdanya, “Siapa saja yang meringankan beban seorang Mukmin di dunia, Allah pasti akan meringankan bebannya pada Hari Kiamat. Siapa saja yang memberikan kemudahan kepada orang yang kesulitan, Allah pasti akan memberi dia kemudahan di dunia dan akhirat. Siapa saja yang menutupi aib seorang Muslim di dunia, Allah pasti akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah SWT selalu menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya.” (HR Muslim dan at-Tirmidizi).
Itulah penghargaan Allah SWT yang luar bisa kepada hamba-Nya yang peduli kepada sesamanya. Sebaliknya, Allah SWT menegur seorang Muslim yang tidak memedulikan sesamanya. Dalam hal ini, Abu Hurairah ra menuturkan bahwa Baginda Rasululullah SAW pernah bersabda: Sesungguhnya Allah SWT berkata pada Hari Kiamat nanti, “Wahai manusia, Aku pernah sakit. Mengapa engkau tidak menjenguk Aku.” Manusia menjawab, “Tuhanku, bagaimana aku menjenguk Engkau, sementara Engkau adalah Tuhan alam semesta?” Allah SWT berkata, “Bukankah engkau dulu tahu hamba-Ku si fulan pernah sakit di dunia, tetapi engkau tidak menjenguknya? Bukankah engkau pun tahu, andai engkau menjenguk dia, engkau akan mendapati diri-Ku di sisinya? Wahai manusia, Aku pernah meminta makan kepada engkau di dunia, tetapi engkau tidak memberi Aku makan.” Manusia menjawab, “Tuhanku, bagaimana Aku memberi Engkau makan, sementara Engkau adalah Tuhan alam semesta?” Allah SWT menjawab, “Bukankah engkau tahu, hamba-Ku pernah meminta makan kepada engkau, tetapi engkau tidak memberi dia makan? Bukankah andai engkau memberi dia makan, engkau mendapati diri-Ku ada di situ?” Wahai manusia, Aku pernah meminta minum kepada engkau, tetapi engkau tidak memberi Aku minum?” Manusia berkata, “Tuhanku, bagaimana aku memberi Engkau minum, sementara engkau adalah Tuhan alam semesta?” Allah SWT menjawab, “Bukankah engkau tahu, hamba-Ku pernah meminta makan kepada engkau di dunia, tetapi engkau tidak memberi dia makan? Bukankah andai engkau memberi dia makan, engkau mendapati diri-Ku ada di situ?” (HR Muslim).
Berkaitan dengan kepedulian kepada sesama Muslim, Baginda Rasulullah SAW juga pernah bersabda, sebagaimana penuturan Bara’ bin ‘Azib, “Baginda Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada kami tujuh perkara dan melarang kami dari tujuh perkara pula. Beliau memerintahkan kami untuk: menjenguk orang sakit; mengiringi jenazah (ke kuburan); mendoakan orang yang bersin; membenarkan sumpah; menolong orang yang terzalimi; memenuhi undangan; dan menebarkan salam…” (HR al-Baihaqi).
Ditegaskan pula oleh Rasulullah SAW dalam hadits lain yang berbunyi, “Hak Muslim atas Muslim yang lain ada lima: menjawab salam; mengunjungi orang sakit; mengiringi jenazah; memenuhi undangan; mendoakan orang yang bersin.” (HR Ahmad).
Mengunjungi saudara sesama Muslim, termasuk menjenguknya saat sakit, merupakan salah satu amal terpuji. Dalam hal ini, Tsauban menuturkan bahwa Baginda Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya seorang Muslim itu, jika mengunjungi saudaranya, berarti selama itu ia berada di taman surga.” (HR Muslim).
Adapun Ali ra menuturkan bahwa Baginda Rasulullah pernah bersabda, “Tidaklah seorang Muslim mengunjungi Muslim yang lain pada pagi hari, kecuali seribu malaikat mendoakan dirinya hingga sore hari. Jika ia mengunjungi Muslim yang lain pada siang hari, seribu malaikat akan mendoakannya hingga pagi hari.” (HR at-Tirmidzi).
Adapun tentang mendoakan orang yang bersin, sebagian menghukumi sunnah, dan sebagian lagi bahkan menghukumi wajib; tidak ada yang menghukumi mubah. Sebab, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang bersin. Karena itu, jika salah seorang dari kalian bersin, maka hendaklah memuji Allah. Sesungguhnya hak Muslim atas Muslim lainnya, jika ia mendengarnya bersin, hendaklah menjawab (mendoakan)-nya.” (HR al-Bukhari).
Sementara itu, terkait menerbarkan salam, Baginda Rasulullah SAW dalam hadits lain tegas memerintahkan, “Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR Muslim).
Di antara faedah menebarkan salam adalah: asma Allah menjadi tersebar; bisa menumbuhkan rasa cinta kepada sesama Muslim; menunjukkan pelakunya rendah hati dan tidak sombong; membuktikan pelakunya memiliki kesucian hati; mewujudkan rasa kasih sayang sesama Muslim (Iqazh al-Afham fi Syarh Umadh al-Ahkam, IV/51).
Semoga kita termasuk orang yang selalu memedulikan saudara sesama Muslim.
Wama tawfiqi illa billah.
Arief B. Iskandar
Nama Hafit Bokko, Asal Tana Toraja, Suku Toraja, Sul-Sel
Minggu, 21 April 2013
PEMBACA YANG BUDIMAN
selamat datang di webblog
SALAM PEMBACA YANG BUDIMAN SEBAGAI TANGGAPAN DARI PEMBACA, SILAHKAN TINGGALKAN KOMENTAR..........BIAR ADA TANDA ........
SALAM PEMBACA YANG BUDIMAN SEBAGAI TANGGAPAN DARI PEMBACA, SILAHKAN TINGGALKAN KOMENTAR..........BIAR ADA TANDA ........
Nama Hafit Bokko, Asal Tana Toraja, Suku Toraja, Sul-Sel
Penjelasan Kepala SMA 2 Tolitoli tentang 5 siswi yang lecehkan gerakan shalat | Al-Khilafah.org
Nama Hafit Bokko, Asal Tana Toraja, Suku Toraja, Sul-Sel
Ibu.....
Siang sudah sampai pada pertengahan. Dan Ibu begitu anggun menjumpai
saya di depan pintu. Gegas saya rengkuh punggung tangannya, menciumnya
lama. Ternyata rindu padanya tidak bertepuk sebelah tangan. Ibu juga
mendaratkan kecupan sayang di ubun-ubun ini, lama. “Alhamdulillah, kamu
sudah pulang” itu ucapannya kemudian. Begitu masuk ke dalam rumah, saya
mendapati ruangan yang sungguh bersih. Sudah lama tidak pulang.
Ba’da Ashar, “Nak, tolong angkatin panci, airnya sudah mendidih”.
Gegas saya angkat pancinya dan dahipun berkerut, panci kecil itu diisi
setengahnya. “Ah mungkin hanya untuk membuat beberapa gelas teh saja”
pikir saya “Eh,tolongin bawa ember ini ke depan, Ibu mau menyiram”.
Sebuah ember putih ukuran sedang telah terisi air, juga setengahnya.
Saya memindahkannya ke
halaman depan dengan mudahnya. Saya pandangi bunga-bunga peliharaan
Ibu. Subur dan terawat. Dari dulu Ibu suka sekali menanam bunga.
“Nak, Ibu ba ru saja mencuci sarung, peras dulu, abis itu jemur di
pagar yah” pinta Ibu. “Eh,bantuin Ibu potongin daging ayam” sekilas saya
memandang Ibu yang tengah bersusah payah memasak. Tumben Ibu begitu
banyak meminta bantuan, biasanya beliau anteng dan cekatan dalam segala
hal.
Sesosok wanita muda, sedang menyapu ketika saya masuk rumah sepulang
dari ziarah. “Neng..” itu sapanya, kepalanya mengangguk ke arah saya.
“Bu, siapa itu…?” tanya saya. “Oh itu yang bantu-bantu Ibu sekarang”
pendeknya. Dan saya semakin termangu, dari dulu Ibu paling tidak suka
mengeluarkan uang untuk mengupah orang lain dalam pekerjaan rumah
tangga. Pantesan rumah terlihat lebih bersih dari biasanya.
Dan, semua pertanyaan itu seakan terjawab ketika saya menemaninya
membaca al-qur’an selepas maghrib. Tangan Ibu gemetar memegang penunjuk
yang terbuat dari kertas koran yang dipilin kecil, menelusuri tiap huruf
al-qur’an. Dan mata ini memandang lekat pada jemarinya. Ke riput,
urat-uratnya menonjol jelas, bukan itu yang membuat saya tertegun.
Tangan itu terus bergetar. Saya berpaling, menyembunyikan bening kristal
yang tiba-tiba muncul di kelopak mata. Mungkinkah segala bantuan yang
ia minta sejak saya pulang, karena tangannya tak lagi paripurna
melakukan banyak hal? “Dingin” bisik saya, sambil beringsut membenamkan
kepala di pangkuannya. Ibu masih terus mengaji, sedang tangan kirinya
membelai kepala saya. Saya memeluknya, merengkuh banyak kehangatan yang
dilimpahkannya tak berhingga.
Adzan isya berkumandang,
Ibu berdiri di samping saya, bersiap menjadi imam. Tak lama suaranya
memenuhi udara mushala kecil rumah. Usai shalat, saya menunggunya
membaca wirid, dan seperti tadi saya pandangi lagi tangannya yang terus
bergetar. “Duh Allah, sayangi Mamah” spontan saya memohon. “Neng…” suara
ibu membuyarkan lamunan itu, kini tangannya terangsur di depan saya,
kebiasaan saat selesai shalat, saya rengkuh tangan berkah itu dan
menciumnya.
“Tangan ibu kenapa?” tanya saya pelan. Sebelum menjawab, ibu
tersenyum manis sekali. “Penyakit orang tua. Sekarang tangan ibu hanya
mampu melakukan yang ringan-ringan saja, irit tenaga” tambahnya.
Udara semakin dingin. Bintang-bintang di langit kian gemerlap
berlatarkan langit biru tak berpenyangga. Saya memandangnya dari teras
depan rumah. Ada bulan yang sudah memerak sejak tadi. Malam perlahan
beranjak jauh. Dalam hening itu, saya membayangkan senyuman manis Ibu
sehabis shalat isya tadi.
Apa maksudnya? Dan mengapakah, saya seperti melayang. Telah banyak
hal yang dipersembahkan tangannya untuk saya. Tangan yang tak pernah
mencubit, sejengkel apapun perasaannya menghadapi kenakalan saya. Tangan
yang selalu berangsur ke kepala dan membetulkan letak jilbab ketika
saya tergesa pergi sekolah. Tangan yang selalu dan selalu mengelus
lembut ketika saya mencari kekuatan di pangkuannya saat hati saya ber
gemuruh. Tangan yang menengadah ketika memohon kepada Allah untuk setiap
ujian yang saya jalani. Tangan yang pernah membuat bunga dari pita-pita
berwarna dan menyimpannya di meja belajar saya ketika saya masih kecil
yang katanya biar saya lebih semangat belajar.
Sewaktu saya baru memasuki bangku kuliah dan harus tinggal jauh
darinya, suratnya selalu saja datang. Tulisan tangannya kadang membuat
saya mengerutkan dahi, pasalnya beberapa huruf terlihat sama, huruf n
dan m nya mirip sekali. Ibu paling suka menulis surat dengan tulisan
sambung. Dalam suratnya, selalu Ibu menyisipkan puisi yang diciptakannya
sendiri. Ada sebuah puisinya yang saya sukai. Ibu memang suka
menyanjung :
Kau adalah gemerlap bintang di langit malam
Bukan!, kau lebih dari itu
Kau adalah pendar rembulan di angkasa sana,
Bukan!, kau lebih dari itu,
Kau adalah benderang matahari di tiap waktu,
Bukan!, kau lebih dari itu
Kau ada lah Sinopsis semesta
Itu saja.
Tangan ibunda adalah perpanjangan tangan Tuhan. Itu yang saya baca
dari sebuah buku. Jika saya renungkan, memang demikian. Tangan seorang
ibunda adalah perwujudan banyak hal : Kasih sayang, kesabaran, cinta,
ketulusan ..
Pernahkah ia pamrih setelah tangannya menyajikan masakan di meja
makan untuk sarapan? Pernahkan Ia meminta upah dari tengadah jemari
ketika mendoakan anaknya agar diberi Allah banyak kemudahan dalam
menapaki hidup? Pernahkah Ia menagih uang atas jerih payah tangannya
membereskan tempat tidur kita? Pernahkah ia mengungkap balasan atas
semua persembahan tangannya?..Pernahkah..?
Ketika akan meninggalkannya untuk kembali, saya masih merajuknya “Bu,
ikutlah ke jakarta, biar dekat dengan anak-anak”. “Ah, Allah lebih
perkasa di banding kalian, Dia menjaga Ibu dengan baik di sini. Kamu
yang seharusnya sering datang, Ibu akan lebih senang” Jawabannya ringan.
Tak ada air mata seperti saat-saat dulu melepas saya pergi. Ibu tampak
lebih pasrah,
menyerahkan semua kepada kehendak Allah. Sebelum pergi, saya merengkuh kembali punggung tangannya, selagi sempat , saya reguk seluruh keikhlasan yang pernah dipersembahkannya untuk saya. Selagi sisa waktu yang saya punya masih ada, tangannya saya ciumi sepenuh takzim. Saya takut, sungguh takut, tak dapati lagi kesempatan meraih tangannya, meletakannya di kening.
menyerahkan semua kepada kehendak Allah. Sebelum pergi, saya merengkuh kembali punggung tangannya, selagi sempat , saya reguk seluruh keikhlasan yang pernah dipersembahkannya untuk saya. Selagi sisa waktu yang saya punya masih ada, tangannya saya ciumi sepenuh takzim. Saya takut, sungguh takut, tak dapati lagi kesempatan meraih tangannya, meletakannya di kening.
IBUMU adalah Ibunda darah dagingmu
Tundukkan mukamu
Bungkukkan badanmu
Raih punggung tangan beliau
Ciumlah dalam-dalam
Hiruplah wewangian cintanya
Dan rasukkan ke dalam kalbumu
Agar menjadi azimah bagi rizki dan kebahagiaan
***
Emha Ainun Najib
Emha Ainun Najib
Nama Hafit Bokko, Asal Tana Toraja, Suku Toraja, Sul-Sel
Selasa, 16 April 2013
Info Amik nurmal
Amik Nurmal........
http://amik-nurmal.ac.id/maba.html
http://amik-nurmal.ac.id/maba.html
Nama Hafit Bokko, Asal Tana Toraja, Suku Toraja, Sul-Sel
terimakasih guru
Guru guru guru........nasibmu tak seindah pengorbananmu.......
Nama Hafit Bokko, Asal Tana Toraja, Suku Toraja, Sul-Sel
Orasi Pelajar "Setetes Tangisan Cinta dari Bumi Syam"
tayangan pesan para pelajar yang berjuang untuk tegaknya syariah dan khilafah
Nama Hafit Bokko, Asal Tana Toraja, Suku Toraja, Sul-Sel
Selasa, 09 April 2013
10 cara
10 Cara Kreatif dalam Mengajar Matematika secara Efektif
10 Cara Kreatif dalam Mengajar Matematika secara Efektif ~ Mengajarkan
matematika tidaklah semudah yang kita bayangkan. Selain karena ilmu
hitung matematika yang abstrak, pandangan keliru dari para siswa tentang
matematika pun sangat berpengaruh. Misalnya, tidak sedikit siswa yang
merasa takut dengan matematika. Sehingga setiap pelajaran matematika,
siswa tersebut sering dilanda stress.
Untuk itulah diperlukan peran aktif dan kreatif seorang guru matematika
dalam menghadapi hal tersebut, berikut ini beberapa aktivitas yang dapat
Anda (guru) lakukan dalam mengajar matematika dikelas 1-3 SD seperti
yang telah dilansir oleh istiyanto.
1. Mengajarlah Matematika dengan dramatisasi
Ada baiknya guru bisa mendramatisasi sebuah permasalahan. Misalnya,
anak-anak disuruh merasakan berada dalam sebuah bola atau prisma, suruh
mereka untuk merasakan permukaan, tepi dan sudut-sudutnya. Untuk
mendramatisasi masalah aritmatika misalnya, suruh anak untuk
berpura-pura bagaimana jika ia melompat ke dalam kolam, kemudian
melompat lagi dan satu lagi. Berapakah jumlah keseluruhan lompatan
mereka.
2. Gunakan bagian tubuh mereka
Beritahu anak-anak untuk menunjukkan berapa banyak kaki, mulut, dan
sebagainya yang mereka miliki. Ketika diminta untuk menunjukkan jumlah
mereka “tiga tangan,” pasti mereka akan menanggapi protes keras, dan
kemudian memberitahu berapa banyak yang mereka memiliki dan menunjukkan
(“membuktikan”) itu. Kemudian mengajak anak-anak untuk menunjukkan angka
dengan jari, misalnya dimulai dengan, “Berapa umurmu?” Untuk
menampilkan angka dalam cara yang berbeda, misalnya, lima sebagai tiga
di satu sisi dan dua di sisi lain.
3. Ajaklah anak-anak bermain
Libatkan anak-anak dalam bermain secara bersamaan yang memungkinkan
mereka untuk melakukan perhitungan matematika dengan berbagai cara,
termasuk pengurutan, menciptakan bentuk simetris dan kesebangunan,
membuat pola, dan sebagainya. Kemudian perkenalkan mereka dengan
permainan Toko Dinosaurus. Suruhlah anak-anak berpura-pura membeli dan
menjual mainan dinosaurus atau benda kecil lainnya. Hal ini berarti
mereka telah belajar berhitung, aritmatika, dan konsep uang.
4. Gunakan mainan anak-anak.
Dorong anak-anak untuk menggunakan permainan dan bertindak misalnya
seperti tiga mobil di jalan, atau, dua monyet di atas pohon dan dua di
tanah.
5. Gunakan buku cerita anak-anak.
Banyak buku cerita anak-anak yang berkaitan secara tidak langsung dengan Matematika tetapi memiliki cerita yang baik juga.
6. Gunakan pengalaman anak-anak.
Cobalah untuk menggali pengalaman anak-anak dan kembangkanlah agar
pengalaman tersebut dapat dihubungkan dengan konsep Matematika yang
sedang dibahas.
7.Gunakan kreativitas alami dari anak-anak.
Ide-ide anak-anak berkaitan dengan matematika harus didiskusikan dengan
semua anak. Misalnya “percakapan matematika” antara dua anak laki-laki,
masing-masing 6 tahun: “Pikirkan jumlah terbesar Anda dapat sekarang
tambahkan lima lalu dan seterusnya.
8. Gunakan kemampuan anak memecahkan masalah Matematika.
Mintalah anak-anak untuk menjelaskan bagaimana mereka mengetahui masalah
misalnya, berapa banyak snack yang mereka butuhkan jika ada teman lain
yang bergabung dengan kelompok. Dorong mereka untuk menggunakan
jari-jari mereka sendiri atau memanipulasi apapun yang mungkin berguna
untuk pemecahan masalah.
9. Gunakan berbagai strategi.
Bawalah konsep Matematika kemanapun Anda pergi di kelas Anda, dari
menghitung anak-anak pada pertemuan pagi, untuk mengatur meja, untuk
meminta anak-anak untuk membersihkan nomor tertentu atau bentuk barang.
Juga, menggunakan kurikulum berbasis penelitian untuk menggabungkan
serangkaian kegiatan belajar diurutkan ke dalam program Anda.
10. Gunakan teknologi
Cobalah kamera digital untuk merekam karya matematika anak-anak, dalam
bermain mereka dan dalam kegiatan yang direncanakan, dan kemudian
menggunakan foto untuk membantu diskusi dan refleksi dengan anak-anak,
perencanaan kurikulum, dan komunikasi dengan orang tua. Gunakan komputer
secara bijaksana.
Nama Hafit Bokko, Asal Tana Toraja, Suku Toraja, Sul-Sel
Langganan:
Postingan (Atom)